Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Impor China Tumbuh 13 Persen, Harga Batu Bara Naik USD1,5

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 15 October 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Impor China Tumbuh 13 Persen, Harga Batu Bara Naik USD1,5

KABARBURSA.COM - Harga batu bara mengalami kenaikan harga pada Senin, 14 Oktober 2024, usai China mengimpor si batu hitam ke tingkat tertinggi pada September 2024. Selain itu, meningkatnya konsumsi dan penurunan harga batu bara internasional juga menjadi pemicu berikutnya.

Harga batu bara Newcastle untuk Oktober 2024 naik sebesar USD1,5 menjadi USD148,2 per ton. Untuk bulan November 2024, harga meningkat USD1,5 menjadi USD150,9 per ton, sementara Desember 2024 juga naik USD1,5 menjadi USD153,4 per ton.

Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk Oktober 2024 meningkat USD1,25 menjadi USD120,75. Harga untuk November 2024 naik USD1,55 menjadi USD121,55, sedangkan Desember 2024 melesat USD1,9 menjadi USD123,15.

Adapun China mengimpor total 47,59 juta metrik ton batu bara bulan lalu, meningkat 13 persen dari September 2023, menurut data dari Administrasi Umum Kepabeanan negara tersebut yang dirilis pada hari Senin.

Pembangkit listrik tenaga batu bara telah kembali mencatat pertumbuhan di China dalam beberapa minggu terakhir, sementara permintaan batu bara dari sektor kimia juga turut meningkatkan konsumsi, kata para analis kepada Reuters.

Di tengah permintaan yang meningkat dan penurunan harga internasional, China mengimpor volume batu bara tertinggi sepanjang masa pada bulan September karena pasokan dari luar negeri lebih murah dibandingkan batu bara yang ditambang secara domestik.

Harga batu bara acuan Asia, di Newcastle, Australia, turun selama sebagian besar bulan lalu. Tingkat terendah di bulan September, yaitu USD136,46 per metrik ton pada 23 September, merupakan penurunan 7 persen dari puncak harga di bulan Agustus yang mencapai USD147,13 per ton, menurut perkiraan Reuters.

China mencatatkan peningkatan pertama dalam pembangkitan listrik tenaga batu bara dalam empat bulan pada bulan Agustus, meskipun produksi dari sumber energi bersih meningkat dan proporsi energi terbarukan dalam campuran listrik terus berkembang.

Produksi listrik China dari sumber thermal—yang sebagian besar berbahan bakar batu bara—meningkat sebesar 3,7 persen di bulan Agustus dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, menurut data resmi China yang dikutip oleh kolumnis Reuters, Clyde Russell.

Sementara China mengejar ekspansi cepat kapasitas energi terbarukan, negara tersebut tidak meninggalkan batu bara. Ekonomi terbesar kedua di dunia ini memimpin dalam investasi dan instalasi energi terbarukan global dan memiliki peran dominan dalam banyak rantai pasokan energi bersih, termasuk peralatan solar, pengolahan lithium, serta penambangan dan pengolahan logam baterai kritis lainnya.

Namun, China juga terus memperluas armada pembangkit listrik tenaga batu bara seiring pertumbuhan permintaan listriknya, untuk memastikan keamanan energi dan pasokan listrik yang stabil, terutama pada periode permintaan puncak.

Perusahaan Batu Bara China

Perusahaan penambangan batu bara terbesar di China akan menginvestasikan sekitar USD 24 miliar untuk membangun fasilitas konversi batu bara menjadi produk petroleum dalam upaya mengurangi kelebihan pasokan komoditas energi yang diperkirakan akan terjadi.

Menurut laporan Bloomberg, fasilitas yang dijadwalkan mulai beroperasi pada 2027 ini akan menggunakan tenaga angin dan matahari.

China adalah produsen batu bara terbesar di dunia dan sedang mencari cara baru untuk memanfaatkan komoditas ini, yang produksinya mencapai rekor tertinggi sebesar 4,7 miliar ton pada tahun 2023. Konversi batu bara menjadi petrokimia adalah salah satu cara untuk memanfaatkan batu bara, selain menggunakannya untuk pembangkit listrik dan pembuatan baja.

Namun, Bloomberg mencatat dalam laporannya bahwa peningkatan kapasitas produksi ini bertepatan dengan surplus petrokimia setelah periode pertumbuhan pesat. Tahun lalu, laba produsen produk konversi batu bara menjadi minyak mengalami penurunan sebesar 53 persen di tengah melemahnya permintaan. Salah satu faktor penyebabnya adalah penurunan harga minyak, karena laba tersebut bergantung pada selisih yang lebih besar antara harga batu bara dan minyak.

Sementara itu, batu bara masih menjadi bagian terbesar dari campuran energi China, yang menyumbang 71 persen dari total pembangkit listrik pada tahun lalu. China adalah investor dan pengembang terbesar di dunia dalam energi angin dan solar, dan ini mulai mengancam dominasi batu bara, tetapi akan memerlukan waktu sebelum sumber energi terbarukan ini dapat menggantikannya.

Pada tahun 2021, otoritas China menyatakan bahwa mereka menargetkan energi angin dan solar untuk melampaui kapasitas terpasang bahan bakar fosil pada tahun 2025. Target ini tercapai lebih awal dari tenggat waktu, dengan 50,9 persen dari kapasitas pembangkit listrik China tahun ini berasal dari sumber non-hidrokarbon.

Ini membantu China menurunkan pangsa batu bara dalam total pembangkit listriknya menjadi sekitar 60 persen lebih awal tahun ini. Penurunan ini terjadi sebagian besar karena lonjakan dalam pembangkit listrik tenaga air setelah dua tahun pertumbuhan, meskipun aktivis iklim mengaitkan perkembangan ini dengan upaya transisi China. (*)