KABARBURSA.COM - Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 7.560, dengan range pergerakan di kisaran 7.450 – 7.700. Indeks terlihat melakukan rebound dari level support pada moving average (MA5), yang mengindikasikan potensi pemulihan lebih lanjut jika level ini dapat dipertahankan. Volume perdagangan yang menyertai rebound ini memberikan sinyal positif mengenai minat beli di pasar.
Pada posisi ini, Muhammad Wafi, analis dari RHB Sekuritas, memberikan rekomendasi "Buy" pada saham Barito Pacific Tbk (BRPT). Menurut dia, saham BRPT menunjukkan pergerakan positif pada perdagangan terakhir, ditutup pada level Rp1.015 per saham, dengan kenaikan 20 poin atau sebesar 2,01 persen.
Kenaikan ini memperkuat sinyal bullish bagi saham yang masuk kategori syariah ini, dengan potensi breakout yang signifikan jika level kunci berhasil ditembus.
Itulah mengapa Wafi kemudian merekomendasikan beli untuk saham ini, mengingat outlook teknikalnya yang menunjukkan momentum breakout di level Rp1.010. Dengan adanya potensi pergerakan lebih lanjut, target harga (target price/TP) saham BRPT berada pada dua level penting, yaitu TP1: Rp1.090 dan TP2: Rp1.195. Ini menunjukkan peluang bagi para investor untuk mendapatkan keuntungan lebih besar jika harga saham mampu bertahan di atas level kunci tersebut.
"Sebaliknya, jika harga saham BRPT turun di bawah level support yang kuat di Rp985, investor disarankan untuk mempertimbangkan exit guna meminimalkan potensi kerugian," tulis Wafi dalam risetnya, dikutip Selasa, 15 Oktober 2024.
Dalam perdagangan terakhir, BRPT mencatatkan volume transaksi sebesar Rp73,5 miliar, dengan total frekuensi transaksi sebanyak 9.602 kali. Harga saham bergerak di kisaran Rp995 hingga Rp1.030, menunjukkan adanya fluktuasi namun tetap berada dalam tren naik. Harga rata-rata perdagangan (average price) berada di Rp1.018, memperlihatkan minat beli yang cukup kuat.
Investor asing juga berperan dalam perdagangan saham BRPT. Tercatat nilai pembelian oleh investor asing sebesar Rp6,3 miliar, sementara nilai penjualan mencapai Rp11,3 miliar, menandakan adanya sedikit aksi jual dari pihak asing, namun tidak signifikan dalam mempengaruhi momentum kenaikan harga.
Secara teknikal, saham BRPT memiliki potensi pergerakan bullish yang menjanjikan, terutama dengan breakout dari level resistance di Rp1.010. Dengan target harga di Rp1.090 dan Rp1.195, investor bisa mempertimbangkan untuk masuk ke posisi beli, tetapi harus tetap memperhatikan level support di Rp985 sebagai batas cut loss.
Dengan momentum ini, BRPT menjadi saham menarik bagi investor yang mencari peluang di sektor energi dan infrastruktur yang terdiversifikasi.
Investor disarankan untuk terus memantau pergerakan pasar dan perkembangan harga saham BRPT guna mengambil keputusan investasi yang tepat di tengah volatilitas pasar.
Tentang Barito Pacific Tbk
PT barito Pacific Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di sektor industri pembangkit listrik dan petrokimia. Perusahaan dengan kode saham BRPT ini berdiri pada 1978 dengan nama awal PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan. Lalu pada 1983 beroperasi secara komersial dan berganti nama menjadi PT Barito Pacific.
BRPT memiliki beberapa lini bisnis, meliputi petrokimia, energi, properti, logistik, dan produksi lem. Barito Pacific tercatat sebagai pemilik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dan telah mengakuisisi kepemilikan saham Star Energy, yang merupakan perusahaan panas bumi terbesar ketiga di dunia.
Saham BRPT pertama kali diperdagangkan di bursa saham melalui Initial Public Offering (IPO) pada 1993 dengan jumlah saham penawaran terbanyak 85 juta lembar saham senilai Rp1.000 per lembarnya.
Pemegang saham terbesar adalah presiden komisaris perseroan, yaitu sebanyak 71,53 persen atau setara dengan Rp6,4 triliun. Lalu, 26,24 persen (Rp2,3 triliun) kepemilikan publik, dan 1,27 persen atau senilai Rp112 miliar dipegang oleh PT Barito Pacific Lumber. Sementara, kapitalisasi pasar saham BRPT sampai saat ini mencapai Rp98,5 triliun.
BRPT terus melakukan ekspansi melalui anak usahanya, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA). Perusahaan ini telah mengakuisisi 80 persen saham Shell dan proses akuisisinya ditarget selesai akhir tahun ini. Akusisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan TPIA hingga enam kali lipat, mendorong pemulihan yang menguntungkan.
Selain itu, anak usaha TPIA, yaitu Chandra Daya Investasi (CDI) melakukan spin-off. Langkah ini diyakini akan membuka nilai serta meningkatkan valuasi TPIA dan BRPT. Ekpansi inilah yang kemudian membuat saham milik Prajogo Pangestu ini banyak mendapat perhatian investor.
Dalam konteks performa historis, BRPT telah menunjukkan peningkatan harga lebih dari 600 persen sejak tahun 2000, mengungguli banyak perusahaan sejenis. Namun, pada reli pasar terbaru, BRPT hanya naik 2 persen, tertinggal 12 persen dari pesaingnya.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.