KABARBURSA.COM - Pasar saham diperkirakan dalam keadaan baik menjelang masa transisi pemerintahan dari Presiden Joko Widodo ke presiden terpilih Prabowo Subianto. Keduanya akan dilantik pada Minggu, 20 Oktober 2024 mendatang.
Founder Republik Investor Hendra Wardana, mengatakan transisi pemerintahan kemungkinan akan berjalan mulus. Berkaca dengan kondisi tesebut, ia yakin jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga bakal bergerak positif hingga pelantikan presiden baru nanti.
"Kalau kita lihat transisi (pemerintahan) ini kan berjalan dengan mulus, jadi diharapkan perekonomian kita juga membaik terutama untuk IHSG. Ini akan direspon positif oleh para investor," kata Hendra kepada Kabarbursa.com, Senin, 14 Oktober 2024.
Namun, sentimen positif pada IHSG ini tidak hanya datang dari rencana pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih, tetapi juga adanya faktor eksternal yang salah satunya adalah stimulus China.
"Tapi, saya rasa sampai menjelang tanggal 20 Oktober 2024, IHSG akan bergerak sideways dengan kecenderungan menguat terbatas," ujar dia.
Hal senada diungkapkan Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi. Ia mengatakan, pasar saham Indonesia sedang menemukan tren positifnya, meskipun di akhir September kemarin ditutup merah. Apalagi, belakangan ini sentimen yang mempengaruhi IHSG mayoritas berasal dari eksternal, seperti stimulus Bank Central China. Juga, rilis kinerja emiten pada kuartal ketiga akan semakin mendorong sentimen positif IHSG.
“Stimulus ini yang membuat terjadinya inflow ke pasar China sangat deras dan di Indonesia kalau kita lihat kemarin untuk transaksi dalam satu pekan terakhir sudah terjadi outflow lebih dari Rp7 triliun. Kemudian, kita juga bisa berkaca dari tren tahun ke tahun, bahwa kinerja IHSG pada Oktober sepanjang lima tahun terakhir cukup baik,” jelas Oktavianus kepada Kabarbursa.com, Selasa, 1 Oktober 2024.
Itulah mengapa Audi begitu optimistis IHSG bisa menguat pada bulan ini.
“Kalau melihat di bulan Oktober atau dalam lima tahun terakhir, secara tren memang dalam bulan Oktober 60 persen probabilitas IHSG bisa menghijau,” tutur dia.
Sentimen-sentimen eksternal tersebut tidak hanya memberikan tren positif, tetapi juga membuat gejolak di bursa.
“Kami menyadari betul faktor-faktor internal dalam negeri akan memberikan sentimen positif. Saham perbankan diprediksi masih akan menjadi motor penggerak IHSG pada Oktober ini apalagi sejak Agustus kemarin, kinerja perbankan terbilang positif. Jadi saya optimis IHSG di bulan ini kemungkinan masih bisa terdorong lagi,” ucapnya.
Kebijakan Ekonomi Prabowo Realistis, Tantangan Ada di Birokrasi
Diberitakan sebelumnya, pengamat ekonomi Core Indonesia Etikah Karyani Suwondo, menilai bahwa rencana kemandirian ekonomi yang sering diusung oleh Prabowo Subianto mencakup banyak sektor penting.
Menurutnya, langkah konkret yang diperlukan untuk mencapai kemandirian ekonomi tidak hanya terbatas pada hilirisasi industri, tetapi juga pengembangan sumber daya manusia (SDM), swasembada pangan, serta penguatan infrastruktur dan reformasi birokrasi.
“Langkah konkret ada banyak, hampir di semua sektor. Pengembangan SDM, industrialisasi, hilirisasi sektoral, swasembada pangan, hingga penguatan infrastruktur sangat penting. Selain itu, reformasi birokrasi dan regulasi juga tak kalah penting agar pelaksanaan kebijakan bisa lebih efektif,” ujar Etika kepada Kabarbursa.com di Jakarta, Minggu, 13 Oktober 2024.
Prabowo sering menekankan pentingnya mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor, terutama untuk kebutuhan pokok seperti pangan dan energi. Menurut Etikah, gagasan ini merupakan upaya yang solid dan relevan dengan kondisi saat ini, di mana ketahanan ekonomi nasional menjadi kunci untuk menghadapi tantangan global.
Namun, target yang dipatok oleh Prabowo, seperti pertumbuhan ekonomi di atas 6-7 persen per tahun dan bahkan mencapai 10 persen untuk periode tertentu, dianggap Etikah sebagai sesuatu yang ambisius.
“Target tersebut memang tampak ambisius, tetapi jika didukung oleh kebijakan yang tepat, bukan hal yang mustahil. Kuncinya ada pada implementasi,” jelasnya.
Salah satu kebijakan penting yang disebutkan adalah upaya untuk meningkatkan rasio penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari 10 persen menjadi 16 persen.
Meskipun angka ini terdengar tinggi, Etikah menilai bahwa angka 15 persen dianggap ideal untuk negara berkembang. Namun, pencapaiannya akan memerlukan reformasi sistem pajak yang komprehensif dan efektif.
Etikah juga menyoroti pentingnya investasi besar-besaran dalam infrastruktur dan industri nasional, terutama untuk mengurangi ketergantungan pada impor barang-barang dasar seperti kendaraan dan bahan makanan.
“Pelaksanaan kebijakan ini butuh investasi besar dalam infrastruktur dan industri nasional. Selain itu, diperlukan strategi pemasaran yang efektif untuk menggeser pangsa pasar global,” katanya.
Adapun sebagian besar kebijakan yang diusulkan oleh Prabowo dinilai realistis dan relevan dengan kebutuhan Indonesia, terutama dalam hal pengembangan industri, kemandirian energi, dan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Namun, tantangan seperti kebutuhan investasi yang besar, birokrasi yang rumit, dan reformasi jangka panjang harus diatasi dengan perencanaan yang matang.
“Jika tantangan ini bisa diatasi, kemandirian ekonomi bukanlah sekadar mimpi, tetapi bisa menjadi kenyataan,” tutup Etikah.(*)