KABARBURSA.COM - Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan mendorong pelonggaran moneter global pada minggu mendatang dengan pemangkasan suku bunga yang hampir ditolak oleh para pembuat kebijakan hanya sebulan yang lalu.
Penurunan seperempat poin ketiga dalam siklus ini dipandang oleh para ekonom sebagai pertanda percepatan tindakan yang lebih lama oleh para pejabat yang berupaya melindungi zona euro dari pukulan terhadap pertumbuhan yang disebabkan oleh periode biaya pinjaman tinggi yang panjang, dan sekarang berjalan dengan lambat.
Presiden ECB Christine Lagarde, pada konferensi pers yang akan diselenggarakannya setelah pertemuan Kamis, 17 Oktober, nanti di dekat Ibu Kota Slovenia, Ljubljana, mungkin akan ditanyai tentang langkah selanjutnya untuk pemangkasan lebih lanjut dan tentang apa yang berubah secara material dari pertemuan September.
Dengan jarak waktu yang lebih pendek dari biasanya, hanya lima minggu antara keputusan, dan tidak banyak data baru yang tersedia, para pejabat tampaknya mengabaikan kehati-hatian baru-baru ini tentang tekanan inflasi yang masih ada untuk menanggapi terutama data survei yang menunjukkan kontraksi dalam ekonomi sektor swasta.
Mengutip The Business Times, Senin, 14 Oktober 2024, laporan-laporan tersebut telah menggerakkan pasar keuangan dan memicu momentum untuk pemangkasan yang telah diantisipasi secara luas setelah para pembuat kebijakan sebagian besar mendukung perubahan taruhan.
Peralihan itu terjadi secara tiba-tiba. Pada keputusan 12 September, para pejabat hampir mengecualikan pemangkasan pada Oktober. Beberapa hari kemudian, gubernur bank sentral Slovakia Peter Kazimir menyatakan kita hampir pasti perlu menunggu hingga Desember untuk langkah selanjutnya karena sangat sedikit informasi baru yang akan tersedia pada 17 Oktober.
Sejumlah pembuat kebijakan di Bank Sentral Eropa (ECB) menyuarakan dukungan untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut pada pekan depan. Namun, beberapa anggota lainnya masih ragu, mengingat ketidakstabilan yang terjadi di Timur Tengah memicu fluktuasi harga energi, yang berpotensi memengaruhi kebijakan moneter.
Sepanjang tahun ini, ECB telah memangkas suku bunga dua kali. Kini, pemotongan suku bunga deposito menjadi 3,5 persen yang direncanakan pada 17 Oktober mendatang sudah diperkirakan oleh pasar keuangan. Ini menunjukkan bahwa para investor berharap ECB akan mempercepat pelonggaran kebijakan, menyusul perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan inflasi yang turun lebih cepat dari perkiraan.
“Pemangkasan suku bunga sangat mungkin terjadi, dan ini bukan yang terakhir. Ritmenya akan bergantung pada perkembangan lebih lanjut dalam upaya melawan inflasi,” ujar Gubernur Bank Sentral Prancis, Francois Villeroy de Galhau, dalam wawancara dengan stasiun radio Franceinfo, dikutip Reuters, Kamis 10 Oktober 2024.
Komentar tersebut sejalan dengan ekspektasi pasar, mengingat lebih dari 90 persen ekonom yang disurvei oleh Reuters memprediksi pemangkasan akan dilakukan pekan depan, dengan mayoritas yang sama mengantisipasi langkah serupa pada Desember.
“Bahkan jika kita memangkas 25 basis poin sekarang dan satu kali lagi di bulan Desember, suku bunga hanya akan kembali ke 3 persen—masih dalam level yang cukup ketat,” kata Gubernur Bank Sentral Yunani, Yannis Stournaras, kepada Financial Times.
Gubernur Bank Sentral Finlandia, Olli Rehn, Martins Kazaks dari Latvia, serta Mario Centeno dari Portugal juga mengutarakan dukungan mereka terhadap pemangkasan suku bunga pada Oktober. Sementara itu, Presiden ECB Christine Lagarde mengisyaratkan langkah tersebut, yang semakin memperkuat spekulasi pasar.
Tantangannya, perekonomian kawasan Eropa telah menunjukkan kelesuan hampir sepanjang tahun ini, pasar tenaga kerja terus melemah, dan pertumbuhan upah melambat. Sementara itu, laju inflasi merosot jauh lebih cepat dari yang diperkirakan oleh ECB.
Dengan kondisi tersebut, langkah pemangkasan suku bunga kembali menjadi pilihan yang dipertimbangkan oleh ECB untuk menyesuaikan kebijakan di tengah ketidakpastian global.
Data terbaru dari Badan Statistik Eurostat menunjukkan inflasi di zona euro merosot ke 1,8 persen pada September, jauh di bawah target 2 persen yang ditetapkan oleh Bank Sentral Eropa (ECB). Angka ini sejalan dengan prediksi para ekonom yang disurvei oleh Reuters, setelah inflasi tahunan pada Agustus tercatat di level terendah tiga tahun sebesar 2,2 persen.
Mengutip laporan CNBC International, inflasi inti—yang tidak memperhitungkan harga energi, makanan, alkohol, dan tembakau yang lebih volatile—berada di kisaran 2,7 persen. Angka ini stabil jika dibandingkan dengan inflasi inti pada Agustus yang mencapai 2,8 persen. Seperti dikutip di Jakarta, Rabu 2 September 2024.
Sektor jasa, salah satu kontributor utama inflasi zona euro, menunjukkan penurunan pada September menjadi 4 persen, sedikit lebih rendah dari 4,1 persen di bulan sebelumnya, menurut data yang dirilis. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan meredanya tekanan inflasi di beberapa ekonomi utama zona euro seperti Prancis dan Jerman, di mana tingkat inflasi yang diselaraskan juga turun lebih dari perkiraan menjadi 1,8 persen secara tahunan.
Meski begitu, para analis memproyeksikan kemungkinan adanya lonjakan inflasi sementara dalam beberapa bulan ke depan. Namun, angka inflasi keseluruhan diperkirakan akan tetap di bawah 2 persen sepanjang tahun mendatang. “Meski ada potensi kenaikan sementara, inflasi utama akan cenderung tetap di bawah target ECB,” ujar Franziska Palmas, Ekonom Senior Eropa di Capital Economics.
Di sisi lain, Bert Colijn, Kepala Ekonom untuk Belanda di ING, menggarisbawahi ketidakpastian terkait proyeksi kenaikan inflasi. “Meski peningkatan inflasi pada kuartal keempat telah diprediksi sebelumnya, pertanyaannya adalah seberapa besar dampaknya mengingat harga bensin telah jatuh tajam seiring penurunan harga minyak global,” jelasnya.
Dengan tren inflasi yang melandai ini, tekanan terhadap ECB untuk terus menaikkan suku bunga kemungkinan berkurang, membuka ruang bagi bank sentral untuk mempertimbangkan kebijakan moneter yang lebih longgar di masa depan.(*)