Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

IHSG Dibuka Hijau, 138 Saham Terpantau Menguat

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 14 October 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
IHSG Dibuka Hijau, 138 Saham Terpantau Menguat

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat  ke level 7527.293 atau naik sebesar -0,09 persen pada perdagangan  Senin, 14 Oktober 2024.

Mengutip RTI Business pukul 09:00 WIB, 138 saham terpantau menguat, 49 saham melemah, dan 212 saham mengalami stagnan.

Terdapat sejumlah saham yang bertengger di posisi top gainers pada pagi ini di antaranya adalah AYLS (+13,33 persen), WOOD (+9,45 persen),  MLPT (+4,78 persen), PICO (+4,55 persen), dan  IOTF (+3,31 persen).

Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan di antaranya INDX (-8,24 persen), KDTN (-3,33 persen),  APII (-3,28 persen), RSGK (-3,16 persen), dan KOBX (-2,78 persen).

Sementara itu Research Team PT Reliance Sekuritas Tbk, memproyeksikan IHSG akan bergerak mixed dengan kecenderungan menguat dengan support pada level 7,460 dan resistance pada level 7,619.

"Secara teknikal, candle terakhir IHSG berbentuk bullish harami serta indikator stochastic masih dalam keadaan golden cross pada area oversold. Ini mengartikan IHSG berpeluang besar melanjutkan kenaikannya," tulis Reliance Sekuritas dalam risetnya yang diterima Kabarbursa.com.

Adapun Reliance Sekuritas menyampaikan sejumlah saham memiliki potensi kenaikan pada beberapa hari mendatang, di antaranya SMGR, JPFA, AMMN, TOWR.

Fiskal China Diprediksi bakal Pengaruhi 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin, 14 Oktober 2024 diprediksi akan terpengaruh dengan kebijakan moneter China. Pemerintah China, melalui Menteri Keuangan berencana memperluas defisit fiskal.

“Pasar sedang fokus pada konferensi pers Kementerian Keuangan China terkait kebijakan fiskal dan pertumbuhan ekonomi di China pada Sabtu, 12 Oktober 2024,” tulis analisis Phintraco Sekuritas dikutip Minggu, 13 Oktober 2024.

Sementara di dalam negeri, Phintraco menilai, neraca perdagangan yang diperkirakan surplus hingga USD3.1 miliar pada September 2024 menjadi katalis pekan depan. Di sisi lain, pasar juga menunggu keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia untuk penetapan suku bunga dan pertumbuhan kredit.

“Neraca Perdagangan Indonesia diperkirakan surplus sebesar USD3.1 miliar pada September 2024. Kemudian pasar juga menanti rapat RDG-BI terkait penentuan suku bunga serta pertumbuhan kredit di Indonesia,” jelasnya.

Diketahui, IHSG pekan lalu menguat sebesar 0,33 persen menjadi berada di level 7.520,602 dari 7.496,091 selama satu pekan periode 7-11 Oktober 2024.

Dalam keterangan Bursa Efek Indonesia (BEI), kapitalisasi pasar juga turut menanjak sebesar 0,01 persen menjadi Rp12.532 triliun dari Rp12.531 triliun pada pekan sebelumnya.

Sedangkan, rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa mengalami perubahan sebesar 7,26 persen menjadi 1,18 juta kali transaksi dari 1,27 juta kali transaksi pada pekan lalu. Adapun rata-rata transaksi harian bursa selama sepekan mengalami perubahan 8,5 persen menjadi 23,10 miliar lembar saham dari 25,25 miliar lembar saham pada minggu sebelumnya.

Selama sepekan, BEI juga mencatat rata-rata nilai transaksi harian Bursa mengalami perubahan sebesar 43,29 persen menjadi Rp11,07 triliun dari Rp19,53 triliun pada pekan sebelumnya. Dengan pergerakan investor asing mencatat nilai jual bersih sebesar Rp88,85 miliar dan sepanjang tahun 2024 investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp43,31 triliun.

Phintraco sendiri menilai, penutupan IHSG pekan lalu menjaga posisi psikologi di level 7.500. Adapun pergerakan tersebut dinilai sejalan dengan penyempitan negative slope pada MACD yang masih berlanjut. Dengan begitu, IHSG dinilai masih akan mempertahankan posisinya di pembukaan perdagangan pekan depan.

“IHSG berpeluang lanjutkan technical rebound sampai kisaran 7550-7580 di Senin. Akan tetapi perkembangan sejumlah sentimen eksternal akan mempengaruhi pergerakan IHSG di sisa pekan ini,” tulis Phintraco.

Kebijakan Moneter China

Dikutip dari Reuters, Pemerintah China berencana memperluas utang dalam rangka memulihkan perekonomian domestiknya yang tengah lesu. Meski begitu, kebijakan pemerintah China dinilai membingungkan para investor lantaran tidak ada rincian untuk mengukur reli pasar saham.

Menteri Keuangan China Lan Foan menyebut pemerintah pusat akan membantu daerah-daerah untuk menyelesaikan persoalan utang dengan menawarkan subsidi kepada warga berpenghasilan rendah, mendukung pasar properti, dan mengisi modal perbankan.

Dalam laporan Reuters, kebijakan yang diambil pemerintah China berdasarkan pada desakan para investor agar negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tidak kehilangan momentum dan berjuang untuk mengatasi tekanan deflasi dan meningkatkan kepercayaan konsumen di tengah anjloknya pasar properti.

Direktur Pelaksana Strategi Investasi di OCBC Singapura, Vasu Menon menilai, ada kelalaian Lan Foan yang tidak merinci kebijakan moneter tersebut. Menurutnya, hal tersebut akan memperpanjang penantian investor yang gelisah akan peta jalan kebijakan hingga pertemuan legislatif China berikutnya, yang menyetujui penerbitan utang tambahan.

“Stimulus fiskal besar-besaran yang diharapkan oleh para investor untuk menjaga reli pasar saham tetap berjalan tidak terwujud,” kata Menon.

Kondisi IHSG Jelang Transisi Pemerintahan

Transisi pemerintahan baru yang sedang dialami Indonesia diprediksi tidak memberikan dampak besar bagi perdagangan saham Indonesia. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemungkinan akan mendapat angin segar di tengah agenda besar pemerintahan ini.

Diketahui, pada Oktober 2024 ada dua agenda besar yang sangat berpengaruh bagi masa depan bangsa, yaitu pelantikan anggota DPR dan DPD RI yang dilaksanakan Selasa, 1 Oktober 2024, dan pelantikan Presiden serta Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang akan dilaksanakan pada 20 Oktober mendatang.

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi, mengatakan pasar saham Indonesia sedang menemukan tren positifnya meskipun di akhir September kemarin ditutup merah. Apalagi, belakangan ini sentimen yang mempengaruhi IHSG mayoritas berasal dari eksternal, seperti adanya stimulus dari Bank Central China. Selain itu, adanya rilis kinerja emiten pada kuartal ketiga akan semakin mendorong sentimen positif IHSG.

“Stimulus ini yang  membuat terjadinya inflow ke pasar China sangat deras dan di Indonesia kalau kita lihat kemarin untuk transaksi dalam satu pekan terakhir sudah terjadi outflow lebih dari Rp7 triliun. Kemudian, kita juga bisa berkaja dari tren tahun ke tahun, bahwa kinerja IHSG pada Oktober sepanjang lima tahun terakhir cukup baik,” ujar dia kepada  KabarBursa.com, Selasa, 1 Oktober 2024.

Itulah mengapa Audi begitu optimistis IHSG bisa menguat pada bulan ini. “Kalau melihat di bulan Oktober atau dalam lima tahun terakhir, secara trend memang dalam bulan Oktober 60 persen probabilitas IHSG bisa menghijau,” tutur dia.

Sentimen-sentimen eksternal tersebut tidak hanya memberikan tren positif, tetapi juga membuat gejolak di bursa.

“Kami menyadari betul faktor-faktor internal dalam negeri akan memberikan sentimen positif. Saham perbankan diprediksi masih akan menjadi motor penggerak IHSG pada Oktober ini apalagi sejak Agustus kemarin, kinerja perbankan terbilang positif. Jadi saya optimis IHSG di bulan ini kemungkinan masih bisa terdorong lagi,” katanya.(*)