Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Jumlah Kelas Menengah Menurun, Saham Konsumer bakal Raup Cuan

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 14 October 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Jumlah Kelas Menengah Menurun, Saham Konsumer bakal Raup Cuan

KABARBURSA.COM - Dalam beberapa waktu terakhir, fenomena penurunan kelas menengah menjadi kelas bawah di Indonesia tampaknya membawa dampak positif bagi sektor saham konsumer.

Di tengah perubahan ini, pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto diprediksi akan lebih mendukung konsumen dari kalangan berpenghasilan rendah.

Analis Andrian A Saputra mengatakan, berdasarkan laporan terbaru CGS International Sekuritas Indonesia, kebijakan pemerintah yang berpihak pada segmen ini dapat menjadi angin segar bagi sektor konsumsi, khususnya untuk kebutuhan bahan pokok.

Namun, meskipun ada potensi keuntungan, Andrian tetap mengeluarkan rekomendasi netral terkait saham-saham di sektor ini.

Kekhawatiran muncul dari kompetisi yang semakin ketat, yang dapat berdampak negatif pada kinerja saham perusahaan-perusahaan besar seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

Dalam penjelasannya, Andrian menyoroti bahwa saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan MYOR merupakan pilihan utama di sektor konsumsi. Perusahaan-perusahaan ini diperkirakan akan meraih manfaat terbesar dari program-program pemerintah mendatang, termasuk program Makan Bergizi Gratis yang direncanakan. Program tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah, sehingga berdampak positif pada kinerja penjualan.

Andrian juga mencatat beberapa faktor lain yang berpotensi mendongkrak prospek saham konsumer, seperti kemungkinan insentif konsumsi baru dari pemerintah.

Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga diharapkan dapat mendorong arus masuk modal ke Indonesia, memberikan tambahan energi bagi pasar saham.

Di sisi lain, tantangan yang dihadapi sektor konsumer tidak bisa diabaikan. Salah satu isu serius adalah tingginya tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK), yang berpotensi menekan daya beli masyarakat.

Selain itu, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat mempengaruhi biaya impor, yang pada gilirannya dapat berdampak pada harga produk di pasaran.

Dalam konteks yang lebih luas, analisis yang dilakukan oleh CGS Sekuritas menyebutkan adanya masalah perjudian online yang mungkin menghambat konsumsi di Indonesia.

Pada tahun 2023, transaksi judi online diperkirakan mencapai USD21 miliar, menciptakan kekhawatiran akan dampak negatif terhadap pola konsumsi masyarakat. Namun, survei yang dilakukan terhadap tren pencarian Google terkait judi online menunjukkan bahwa pada kuartal ketiga 2024, 15 dari 20 situs judi online mengalami penurunan dalam aktivitas transaksi. Ini menjadi indikasi bahwa potensi penghambat terhadap sektor konsumer mungkin mulai berkurang.

Dari data yang dilaporkan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), total transaksi judi online di Indonesia menurun dari USD6 miliar pada kuartal pertama menjadi USD5 miliar pada kuartal kedua tahun 2024.

Diketahui, beberapa grup judi online mulai menawarkan promosi dan bonus untuk menarik lebih banyak pengguna, menandakan adanya pergeseran strategi yang dapat mempengaruhi pola konsumsi.

Menyusul perkembangan tersebut, Andrian memproyeksikan bahwa emiten-emiten di sektor konsumsi akan mengalami variasi dalam pertumbuhan laba per saham (EPS) pada kuartal ketiga 2024, dengan perkiraan penurunan antara 9 persen hingga kenaikan 46 persen secara kuartalan.

Secara tahunan, EPS untuk emiten sektor konsumsi diperkirakan akan mengalami penurunan 30 persen hingga kenaikan 43 persen.

Untuk PT Indofood, proyeksi laba bersih inti (NPAT) sebesar Rp2,44 triliun menunjukkan peningkatan 4 persen dibandingkan kuartal sebelumnya dan kenaikan 8 persen dibandingkan tahun lalu, sementara margin EBIT diharapkan meningkat 70 basis poin.

Di sisi lain, MYOR diperkirakan akan mencatatkan laba bersih inti sebesar Rp756 miliar, mencerminkan kenaikan 46 persen secara kuartalan namun penurunan 2 persen dibandingkan tahun lalu.

Saham lain yang menarik perhatian adalah Sido Muncul (SIDO), yang diprediksi akan mengalami kenaikan laba bersih 43 persen secara tahunan, tetapi penurunan 9 persen secara kuartalan. CMRY juga diperkirakan akan menghasilkan laba bersih yang konsisten dengan konsensus sebesar Rp420 miliar, mencerminkan kenaikan 1 persen secara kuartalan dan 22 persen secara tahunan.

Sebaliknya, untuk Unilever, analisis menunjukkan laba bersih diperkirakan akan berada di bawah Rp1 triliun, mengalami penurunan 30 persen secara tahunan. Namun, laba bersih sembilan bulan diharapkan sejalan dengan konsensus di angka Rp3,5 triliun, meskipun ada penurunan 17 persen dibandingkan tahun lalu.

Dalam rangka mengoptimalkan investasi, CGS Sekuritas memberikan rekomendasi untuk menambah saham ICBP dengan target harga Rp12.400, karena perusahaan ini diharapkan menjadi salah satu penerima manfaat utama dari kebijakan pemerintah baru.

ICBP juga diprediksi akan mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih sebesar 5,1 persen di tahun 2024.

Sementara itu, Mayora Indah juga dianjurkan untuk ditambah dengan target harga Rp2.850, berkat potensi keuntungan dari program-program pemerintah. Unilever, di sisi lain, direkomendasikan untuk di-hold dengan target harga Rp2.280, dengan imbal hasil dividen yang tetap menarik di antara perusahaan sejenis.

Dengan berbagai dinamika ini, sektor konsumer di Indonesia menunjukkan prospek yang menjanjikan, meskipun tetap diwarnai tantangan yang harus dihadapi oleh para pelaku industri. (*)