KABARBURSA.COM - PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) saat ini tengah melakukan penjajakan peluang bisnis baru sebagai bagian dari strategi pengembangan yang lebih luas. Langkah ini diharapkan dapat membawa nilai tambah yang signifikan bagi pemegang saham dan meningkatkan posisi perusahaan di pasar.
Sekretaris Perusahaan Fortune Indonesia Sari Dewi, mengungkapkan bahwa rencana penjajakan bisnis baru FORU mencakup berbagai sektor yang menjanjikan. Salah satunya terkait dengan manufaktur baja.
Dewi mengaku, ada peningkatan permintaan akan infrastruktur dan pembangunan di mana sektor manufaktur baja menawarkan peluang yang luas untuk ekspansi. Karena itu, FORU berencana memanfaatkan kekuatan ini untuk memperkuat lini produksinya.
Seiring dengan pertumbuhan sektor pertambangan di Indonesia, FORU juga melihat potensi besar dalam menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan, seperti jalan dan fasilitas pendukung lainnya, untuk mendukung operasi pertambangan yang lebih efisien.
Untuk itu, penyewaan alat berat menjadi semakin penting dalam industri konstruksi dan pertambangan. FORU berencana untuk memasuki pasar ini dengan menawarkan alat berat modern dan berkualitas tinggi untuk mendukung proyek-proyek besar.
Terakhir, FORU juga mempertimbangkan untuk terjun langsung ke sektor pertambangan, yang diyakini memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan.
Meskipun memiliki rencana untuk menjajaki bisnis baru, Sari Dewi menegaskan bahwa perusahaan akan terus mematuhi ketentuan peraturan yang berlaku dan akan melakukan pengungkapan tambahan jika ada perkembangan material terkait rencana penjajakan bisnis baru ini.
“Untuk menghindari keragu-raguan, belum ada kesepakatan atau komitmen yang mengikat yang dibuat oleh perseroan sampai dengan adanya ditandatanganinya perjanjian definitif atas rencana penjajakan bisnis baru tersebut,” kata Sari Dewi dalam keterbukaan informasinya, Sabtu, 12 Oktober 2024.
Sebelumnya, pada 7 Maret 2024, IMR Asia Holding Pte Ltd telah mengakuisisi 361,5 juta saham FORU, yang setara dengan 77,7 persen dari total saham. Akuisisi ini menandai perubahan signifikan dalam struktur kepemilikan perusahaan, yang sebelumnya dikendalikan oleh konglomerat terkenal, Peter Sondakh. Kini, Anirudh Misra, yang menjabat sebagai direktur utama, menjadi penerima manfaat akhir dari perusahaan ini.
Sementara itu, kinerja saham FORU juga menunjukkan tren yang sangat positif. Pada perdagangan 11 Oktober 2024, saham FORU mengalami kenaikan auto reject atas (ARA) sebesar 9,87 persen ke level Rp 3.340. Dalam periode tahun berjalan (year to date), saham ini telah meningkat secara signifikan hingga 2.374{6fb4e9191d3a368937c8efd0d66239a5ef26a13b97be884ddf8bd2ce9168b1d8}, menandakan minat investor yang tinggi terhadap potensi pertumbuhan FORU ke depan.
Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 1,554 triliun, FORU memiliki total liabilitas yang rendah, namun menghadapi tantangan serius dalam hal profitabilitas. Sejak akuisisi oleh IMR Asia Holding Pte Ltd pada Maret 2024, di mana 77,7 persen saham FORU berpindah tangan, perhatian kini tertuju pada langkah-langkah baru yang diambil oleh manajemen di bawah pimpinan direktur utama Anirudh Misra.
Sementara itu, menganalisis earning per share FORU melalui strategi Warren Buffett, dapat terlihat bahwa meskipun ada potensi pertumbuhan dalam beberapa sektor baru, analisis keuangan menunjukkan bahwa FORU masih berada dalam posisi sulit. Dengan Current EPS sebesar -15.23 dan Annualized EPS -21.22, perusahaan menunjukkan kerugian yang signifikan. Ini mencerminkan tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan profitabilitas.
Free Cash Flow yang tercatat negatif sebesar -8 triliun juga menyoroti bahwa FORU belum dapat menghasilkan kas yang cukup untuk menutupi pengeluarannya. Ini menjadi sinyal peringatan bagi investor tentang risiko kelangsungan operasional perusahaan.
Di sisi lain, pendapatan FORU mengalami pertumbuhan sebesar 28.70 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan laba kotor yang tumbuh 9.67 persen. Ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat menghasilkan pendapatan dari kegiatan utamanya, tetapi tantangan besar masih ada dalam menurunkan biaya operasional untuk mencapai profitabilitas.
FORU memiliki current ratio sebesar 5.43, menunjukkan bahwa perusahaan cukup likuid untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Namun, hal ini tidak menjamin profitabilitas di masa depan. Adapun total liabilitas perusahaan terhadap ekuitas sangat rendah (0.27), yang menunjukkan bahwa FORU tidak terlalu bergantung pada utang untuk pembiayaan. Ini memberikan sedikit perlindungan terhadap risiko likuiditas.
Walau begitu, FORU menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang baik sebesar 28.70 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini bisa menjadi sinyal positif bahwa meskipun mengalami kerugian, perusahaan memiliki potensi untuk tumbuh di masa depan jika manajemen berhasil mengelola biaya dan meningkatkan profitabilitas.
Pertumbuhan laba kotor sebesar 9.67 persen juga menunjukkan bahwa perusahaan dapat menghasilkan pendapatan dari kegiatan utamanya, meskipun ada tantangan dalam menurunkan biaya operasional.
Dengan semua faktor yang dipertimbangkan, langkah FORU untuk menjajaki peluang bisnis baru adalah langkah yang diperlukan untuk mengubah arah perusahaan. Namun, investor harus berhati-hati dengan tantangan yang dihadapi, terutama dalam hal kerugian yang terus berlanjut dan arus kas negatif.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.