KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia kembali merosot pada Jumat, 11 Oktober 2024, meskipun mencatat kenaikan mingguan kedua berturut-turut. Penurunan ini terjadi saat investor mencermati potensi gangguan pasokan akibat ketegangan di Timur Tengah serta dampak dari Badai Milton yang menghantam Florida.
Berdasarkan laporan Reuters, harga minyak mentah Brent turun sebesar 36 sen atau 0,45 persen menjadi USD79,04 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 29 sen atau 0,38 persen ke level USD75,56 per barel. Walaupun terjadi penurunan harian, secara mingguan kedua acuan minyak ini tetap mencatat kenaikan lebih dari 1 persen.
Kepala Ekonom Matador Economics, Tim Snyder, mengungkapkan bahwa ketegangan meningkat setelah Israel mempertimbangkan kemungkinan respons terhadap serangan Iran. "Jika Israel menghancurkan infrastruktur minyak dan gas Iran, harga minyak akan melonjak," ujar Snyder.
Iran, yang diduga meluncurkan lebih dari 180 rudal ke Israel pada awal Oktober, meningkatkan potensi respons yang dapat memengaruhi pasar energi global. Namun, hingga kini Israel belum mengambil langkah militer.
Analis di Again Capital, John Kilduff, menyebut harga WTI di level USD75 per barel masih tergolong wajar di tengah ketidakpastian yang tinggi ini. Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, memperingatkan bahwa serangan terhadap Iran akan mematikan, tepat sasaran, dan mengejutkan.
Ketegangan ini juga memicu kekhawatiran di antara negara-negara Teluk, yang mendesak Amerika Serikat untuk mencegah serangan Israel terhadap Iran, khawatir fasilitas minyak mereka dapat menjadi target balasan Iran dan sekutunya.
Selain faktor geopolitik, badai Milton yang melanda Florida juga memberikan tekanan pada harga minyak. Meskipun menewaskan setidaknya 10 orang dan memutus aliran listrik ke jutaan penduduk, badai ini berpotensi menurunkan konsumsi bahan bakar di negara bagian tersebut. Florida, sebagai konsumen bensin terbesar ketiga di Amerika Serikat, sangat bergantung pada impor bahan bakar, yang sempat terganggu akibat badai.
Di sisi lain, pemulihan produksi minyak Libya hingga 1,25 juta barel per hari setelah krisis di bank sentral, serta laporan pendapatan yang melemah dari beberapa perusahaan minyak besar seperti BP, turut berkontribusi pada penurunan sentimen pasar. BP melaporkan bahwa laba kuartal ketiga mereka menurun hingga USD600 juta akibat melemahnya margin kilang dan menurunnya permintaan bahan bakar secara global.
Ahli strategi pasar dari IG, Yeap Jun Rong, menambahkan bahwa cadangan minyak mentah yang tinggi serta pelonggaran kebijakan moneter yang lebih lambat dari The Fed juga menjadi faktor yang menahan kenaikan harga minyak baru-baru ini.
Pada Kamis, 10 Oktober 2024, harga minyak global mengalami penurunan. Penurunan terjadi disebabkan lonjakan stok minyak mentah di Amerika Serikat dan kekhawatiran tentang perlambatan permintaan energi global.
Meski demikian, ancaman potensi gangguan pasokan dari Timur Tengah serta dampak Badai Milton di AS berhasil menahan sebagian kerugian harga minyak.
Harga minyak mentah Brent, patokan internasional, ditutup melemah 0,8 persen atau 60 sen, menjadi USD76,58 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, turun 0,5 persen atau 33 sen, menjadi USD73,24 per barel.
Penurunan harga minyak global sebagian besar dipicu oleh laporan lonjakan stok minyak mentah AS. Data dari Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan stok minyak mentah AS naik sebesar 5,8 juta barel pada minggu lalu, jauh melebihi perkiraan kenaikan 2 juta barel oleh para analis dalam jajak pendapat Reuters. Peningkatan stok yang signifikan ini menimbulkan kekhawatiran akan kelebihan pasokan di pasar minyak global.
Namun, dampak penurunan harga minyak akibat peningkatan stok ini sedikit teredam oleh penarikan besar-besaran stok bensin dan bahan bakar sulingan.
“Ada unsur bullish dalam data bensin, yang mungkin merupakan rebound dari badai sebelumnya,” kata Direktur Mizuho Bob Yawger, di New York, merujuk pada Badai Helene yang menghantam Amerika, beberapa minggu lalu.
Selain data stok minyak, ketidakpastian di Timur Tengah juga menjadi faktor penting yang memengaruhi pergerakan harga minyak. Potensi gangguan pasokan minyak dari kawasan penghasil minyak terbesar dunia ini tetap menjadi perhatian utama pasar, meski harga minyak sempat anjlok lebih dari 4 persen pada Rabu, 9 Oktober 2024, akibat laporan adanya kemungkinan gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel.
Presiden AS Joe Biden melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu, terkait rencana Israel terhadap Iran, produsen minyak utama di Timur Tengah. Meski tidak ada rincian yang diberikan, spekulasi tentang kemungkinan serangan terhadap infrastruktur minyak Iran terus menggerakkan pasar.
“Spekulasi serangan terhadap Iran bernilai sekitar USD5 per barel,” ujar mitra di Again Capital, New York, John Kilduff.(*)