KABARBURSA.COM - PT Indika Energy Tbk (INDY) berhasil mengantongi dana sebesar Rp41,77 miliar, hasil menjual dua anak usahanya, yaitu PT Mitra Energi Agung (MEA) dan PT Trisetia Citagraha (TCG). Kedua anak usaha tersebut dijual masing-masing ke PT Niaga Gilang Persada (NGP) dan PT Barito Pacific Lumber (BPL).
Perusahaan energi terkemuka yang dimiliki oleh Arsjad Rasjid, telah mengambil langkah strategis dalam merampingkan portofolio bisnisnya dengan melepas dua anak usahanya dalam waktu kurang dari sebulan. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat fokus perusahaan pada sektor yang lebih berkelanjutan dan sejalan dengan visi jangka panjang perusahaan untuk bertransformasi menuju energi yang lebih hijau.
Pada Selasa, 9 Oktober 2024, Indika Energy melalui anak usahanya, PT Indika Indonesia Resources (IIR), resmi menjual seluruh kepemilikan sahamnya di PT Mitra Energi Agung (MEA), perusahaan tambang batu bara, kepada PT Niaga Gilang Persada (NGP). Sebelum transaksi ini, IIR memegang 3.060 lembar saham MEA yang mewakili 60 persen dari total kepemilikan perusahaan tersebut. Nilai transaksi ini disepakati sebesar Rp15 miliar.
Dengan rampungnya penjualan ini, MEA tidak lagi berstatus sebagai anak usaha Indika Energy dan tidak akan dikonsolidasikan dalam laporan keuangan perusahaan. Meskipun demikian, manajemen Indika menegaskan bahwa penjualan ini tidak akan berdampak signifikan terhadap kegiatan operasional, aspek hukum, atau kondisi keuangan perusahaan.
Penjualan MEA dianggap sebagai langkah penting bagi Indika Energy dalam merampingkan portofolio dan mengarahkan sumber daya mereka pada proyek yang lebih mendukung keberlanjutan lingkungan. Dengan menjual anak usaha di sektor tambang batu bara, perusahaan semakin fokus pada pengembangan bisnis yang mendukung energi terbarukan.
Sebelumnya, pada awal Oktober 2024, Indika Energy juga telah melepas seluruh kepemilikan saham di anak usahanya, PT Trisetia Citagraha (TCG), kepada PT Barito Pacific Lumber (BPL), perusahaan yang dimiliki oleh konglomerat Prajogo Pangestu. Penjualan ini dilakukan melalui anak usaha Indika lainnya, PT Indika Multi Properti (IMP), dan menghasilkan total nilai transaksi sebesar Rp26,77 miliar.
Corporate Secretary Indika Energy, Adi Pramono, menjelaskan bahwa proses transaksi ini akan dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama, senilai Rp22,29 miliar, mencakup pengalihan uang muka penyetoran modal dan 80 persen saham IMP kepada BPL. Sementara tahap kedua senilai Rp4,47 miliar akan melibatkan pengalihan sisa 20 persen saham IMP.
PT Trisetia Citagraha, anak usaha tidak langsung Indika Energy, berfokus pada proyek energi terbarukan dan sektor kehutanan. Dengan selesainya transaksi ini, TCG tidak lagi menjadi bagian dari Indika Energy dan akan dikeluarkan dari laporan keuangan perusahaan.
Fokus pada Bisnis Berkelanjutan
Kedua transaksi ini menunjukkan komitmen Indika Energy untuk merampingkan portofolionya dan fokus pada pengembangan energi yang berkelanjutan. Penjualan aset-aset di sektor tambang batu bara dan kehutanan memungkinkan perusahaan mengarahkan sumber daya dan investasinya ke proyek-proyek energi terbarukan, sejalan dengan tren global menuju ekonomi yang lebih hijau dan ramah lingkungan.
Strategi ini dinilai sebagai langkah penting bagi Indika Energy dalam mendiversifikasi bisnisnya, mengurangi ketergantungan pada energi fosil, dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
Pergerakan Saham INDY
Saham INDY mengalami penurunan sebesar Rp40 atau 2,37 persen pada sesi perdagangan hari ini. Penurunan ini terjadi dari harga pembukaan Rp1.690 hingga mencapai harga terendah di Rp1.635.
Dengan harga tertinggi yang tercatat di Rp1.690 dan harga terendah di Rp1.635, saham INDY menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi hari ini. Hal ini mencerminkan ketidakpastian di pasar terkait kinerja perusahaan atau faktor eksternal yang mempengaruhi sektor energi.
Total nilai transaksi mencapai Rp47,4 miliar dengan frekuensi transaksi sebanyak 4.565 kali. Meskipun ada penurunan harga, volume transaksi yang relatif tinggi menunjukkan bahwa terdapat minat yang kuat dari investor untuk melakukan trading saham ini.
Fasilitas buy (Rp4,9 miliar) jauh lebih rendah dibandingkan dengan fasilitas sell (Rp9,8 miliar), menunjukkan bahwa tekanan jual lebih besar daripada minat beli. Hal ini berkontribusi pada penurunan harga saham.
Saham INDY berada di bawah level support yang mungkin berada di sekitar Rp1.635. Jika harga terus turun di bawah level ini, dapat memicu penurunan lebih lanjut. Namun, jika harga dapat kembali ke atas Rp1.690, ada kemungkinan untuk meraih kembali momentum positif.
Saham PT Indika Energy Tbk (INDY) mengalami tekanan jual yang signifikan hari ini, ditandai dengan penurunan harga dan rasio fasilitas sell yang lebih tinggi dibandingkan buy. Investor perlu mencermati kondisi ini dan mempertimbangkan risiko jika ingin melakukan investasi lebih lanjut. Memperhatikan level support dan resistance akan menjadi kunci untuk menentukan arah pergerakan harga di masa depan.(*)