Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Yustinus Prastowo Serok Tipis Saham di SMGR

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 08 October 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
Yustinus Prastowo Serok Tipis Saham di SMGR

KABARBURSA.COM - Komisaris PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Yustinus Prastowo, melakukan langkah investasi yang signifikan pada 1 Oktober 2024.

Corporate Secretary SMGR Vita Mahreyni, menyampaikan informasi ini melalui keterangan tertulis Selasa 8 Oktober 2024. Dalam transaksi tersebut, Yustinus Prastowo berhasil membeli sebanyak 89.900 lembar saham dengan harga Rp3.857,44 per saham.

Tujuan dari pembelian ini adalah untuk meningkatkan kepemilikan saham secara langsung. "Transaksi ini murni bertujuan untuk investasi dengan kepemilikan saham langsung," ungkap Vita.

Setelah melakukan pembelian, total kepemilikan saham Yustinus Prastowo di SMGR kini mencapai 89.900 lembar, yang setara dengan 0,00133 persen dari total saham perusahaan, meningkat dari posisi sebelumnya yang tidak memiliki saham.

Catatan Laba Bersih

Laba bersih PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) untuk periode April hingga Juni 2024 tercatat hanya Rp30 miliar, mencatatkan rekor terendah sejak 2015. Sebagai pemimpin pasar semen di Indonesia, laba tersebut jauh di bawah rata-rata laba kuartal kedua yang mencapai sekitar Rp300 miliar.

Penurunan laba bersih SMGR dipengaruhi oleh penurunan pendapatan pada kuartal II 2024 yang turun 0,75 persen menjadi Rp8,03 triliun. Sementara itu, beban pokok pendapatan meningkat 4,21 persen menjadi Rp6,38 triliun, menyebabkan laba kotor SMGR turun 16,17 persen menjadi Rp1,65 triliun.

Peningkatan beban pokok pendapatan pada kuartal II 2024 terutama disebabkan oleh kenaikan pemakaian bahan baku sebesar 5 persen menjadi Rp379 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, serta kenaikan biaya tenaga kerja sebesar 3,16 persen menjadi Rp555,08 miliar. Meskipun biaya bahan bakar dan energi turun 0,67 persen menjadi Rp2,21 triliun, penurunan ini tidak cukup untuk mengimbangi penurunan pendapatan.

Beban penjualan juga meningkat signifikan sebesar 11,76 persen menjadi Rp596 miliar, dari Rp533 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini tidak sejalan dengan tren penjualan yang menurun, menunjukkan bahwa pengeluaran untuk beban penjualan tidak efektif dalam mendorong penjualan perusahaan. Pos beban penjualan terbesar, seperti ongkos angkut, biaya tenaga kerja terkait penjualan, dan beban promosi, mengalami kenaikan masing-masing sebesar 3,28 persen, 25,22 persen, dan 44,27 persen.

Selain itu, beban umum dan administrasi meningkat 7,75 persen menjadi Rp717 miliar, dengan salah satu pendorong utamanya adalah kenaikan gaji, upah, kesejahteraan karyawan, serta bonus direksi dan komisaris, yang naik 15,17 persen menjadi Rp377 miliar dibandingkan dengan Rp327 miliar pada kuartal II 2023.

Secara keseluruhan, laba bersih SMGR untuk kuartal II 2024 menurun drastis menjadi Rp30 miliar karena pendapatan turun 0,75 persen, sementara total beban operasional naik 8,13 persen menjadi Rp1,58 triliun, dan beban pokok pendapatan naik 4,21 persen menjadi Rp6,38 triliun. Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, sisa laba bersih SMGR selama April-Juni 2024 hanya mencapai Rp30 miliar.

Bisnis Semen SMGR

SMGR adalah produsen semen terkemuka di Indonesia dengan pangsa pasar mencapai 50,5 persen hingga tahun 2023. Posisi kedua ditempati oleh Indocement (INTP) dengan pangsa pasar sebesar 26,9 persen, diikuti oleh Conch, Merah Putih (CMNT), dan Singa Merah dengan pangsa pasar masing-masing 6,8 persen, 6,7 persen, dan 2,9 persen.

Selain beroperasi di Indonesia, SMGR juga memiliki pabrik di Vietnam, yaitu Pabrik Quang Ninh, dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 2,3 juta ton.

Namun, industri semen saat ini menghadapi tantangan besar. Pasar mengalami kelebihan pasokan yang signifikan, mencapai hampir 50 juta ton per tahun. Kelebihan pasokan ini disebabkan oleh banyaknya pemain baru, terutama dari China, yang meningkatkan kapasitas produksi secara drastis. Sementara itu, permintaan tidak tumbuh secara signifikan, karena sektor properti lesu dan sektor infrastruktur tidak seagresif periode 2014-2017 ketika pembangunan tol Trans Jawa masih aktif.

Proyek IKN yang diharapkan dapat menyerap kelebihan pasokan semen hanya dapat menyerap sekitar 1 juta ton per tahun, yang kurang dari 10 persen dari total kelebihan pasokan.

Diperkirakan, situasi ini akan berlanjut hingga terjadi seleksi alam di industri semen, di mana beberapa perusahaan kecil mungkin akan keluar dari pasar. Dengan berkurangnya jumlah pemain, produksi secara bertahap dapat menurun dan kelebihan pasokan akan teratasi, meskipun proses ini diperkirakan akan memakan waktu cukup lama.

Dalam jangka pendek, SMGR perlu lebih efisien dalam mengelola biaya yang dapat dikendalikan, seperti bonus untuk dewan direksi dan komisaris serta pengeluaran lain di luar gaji tetap karyawan. Biaya sumber daya manusia (SDM) menjadi beban tambahan, sementara kenaikan gaji karyawan tidak berhasil meningkatkan pendapatan secara signifikan. Akibatnya, laba bersih SMGR menurun karena beban yang lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan.

Pergerakan Saham SMGR

Dari segi valuasi, rasio Price to Earnings (PE) SMGR pada Jumat, 9 Agustus 2024 berada di angka 14,21 kali, yang terbilang cukup murah dibandingkan dengan rata-rata historis lima tahun yang menunjukkan deviasi standar PE -1.

Namun, berdasarkan proyeksi kinerja 2024 dan ekspektasi dividen, PE saat ini dianggap masih mahal. PE wajar yang dihitung untuk SMGR adalah sekitar 12,69 kali. Jika mempertimbangkan proyeksi laba bersih per saham pada 2024 sebesar Rp307, harga wajar sahamnya diperkirakan sekitar Rp3.898 per saham. Dengan harga saat ini, saham SMGR sudah berada di sekitar nilai wajarnya.

Selain itu, perlu diperhatikan bahwa dividend payout ratio SMGR kemungkinan akan turun ke kisaran 25-30 persen dalam beberapa tahun mendatang hingga kinerja perusahaan membaik. (*)