KABARBURSA.COM - PT TBS Energi Utama tbk (TOBA) berencana melakukan buyback (pembelian kembali) saham sebanyak-banyaknya senilai Rp474.586.690.626 atau setara dengan USD30.829.329. Ada apa di balik pembelian kembali saham TOBA ini, di saat harga energi sedang tinggi-tingginya?
Dalam prospektus yang disampaikan Senin, 7 Oktober 2024, manajemen TOBA menjelaskan bahwa rencananya jumlah saham yang dibeli sebanyak 816.782.697 lembar atau mewakili 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Dalam pembelian kembali tersebut, sumber dana yang akan digunakan adalah kas internal sebesar Perkiraan Dana Pembelian Kembali atau sebesar 3,28 persen dari seluruh total aset perseroan berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan tercatat sebesar USD938.695.280.
"Dana tersebut (Rp474.586.690.626) sudah termasuk biaya transaksi, biaya pedagang perantara dan biaya lainnya yang berkaitan dengan transaksi Pembelian Kembali Saham Perseroan," jelas manajemen.
Untuk melancarkan aksi tersebut, rencananya akan digelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang rencananya digelar pada 14 November 2024.
Pada hari ini, saham PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) mengalami penurunan yang signifikan sebesar -3,45 persen, dengan harga penutupan di level Rp560 per saham, turun Rp20 dari harga sebelumnya di Rp580. Saham TOBA dibuka pada level Rp600, yang menunjukkan optimisme di awal sesi perdagangan.
Harga sempat menyentuh titik tertinggi di Rp620, namun kemudian mengalami tekanan jual yang cukup besar. Tekanan jual tersebut membawa harga saham turun hingga mencapai level terendah di Rp540, sebelum akhirnya ditutup di Rp560. Pada sesi perdagangan sebelumnya, saham TOBA ditutup di level Rp580.
Batas atas kenaikan saham (ARA) ditetapkan pada Rp725, namun tidak tercapai pada sesi ini. Begitu pula dengan batas bawah penurunan saham (ARB) adalah di level Rp436, jauh dari penurunan yang terjadi pada hari ini.
Sebanyak 1,310 ribu lot saham TOBA diperdagangkan hari ini. Nilai transaksi mencapai Rp76,1 miliar, mencerminkan tingginya minat pasar terhadap saham ini meskipun terjadi penurunan harga. Harga rata-rata perdagangan pada hari tersebut tercatat di Rp581 per saham.
Investor asing tercatat membeli saham TOBA senilai Rp12,1 miliar. Namun, investor asing lebih banyak melakukan penjualan dengan nilai mencapai Rp17,8 miliar, yang mengindikasikan tekanan jual dari pihak asing yang lebih tinggi dibandingkan aksi beli.
Frekuensi transaksi saham TOBA mencapai 8.722 kali, menunjukkan likuiditas yang cukup tinggi, dengan minat yang besar baik dari investor ritel maupun institusional.
Penurunan harga saham TOBA sebesar -3,45 persen pada hari ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh aksi jual besar-besaran oleh investor asing, yang terlihat dari nilai penjualan asing yang lebih tinggi dibandingkan pembelian. Meskipun saham ini dibuka dengan harga optimis di Rp600 dan sempat menyentuh Rp620, tekanan jual terus meningkat sepanjang hari, membawa harga turun ke level Rp540 sebelum akhirnya ditutup di Rp560.
Dengan nilai transaksi yang mencapai Rp76,1 miliar dan frekuensi perdagangan yang cukup tinggi, saham TOBA masih menarik perhatian pelaku pasar. Namun, aksi jual asing menjadi faktor utama yang menekan harga, meski investor domestik tampaknya masih menunjukkan minat terhadap saham ini.
PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), perusahaan emiten di sektor batu bara, berhasil mencatatkan peningkatan laba bersih yang signifikan selama periode Januari hingga Juni 2024.
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan hingga akhir Juni 2024, TOBA melaporkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD26,49 juta, yang jika dikonversi ke dalam rupiah mencapai Rp411,49 miliar (dengan kurs Rp15.532). Pencapaian ini menunjukkan peningkatan tajam sebesar 207,98 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Meskipun laba bersih TOBA mengalami kenaikan drastis, hal ini terjadi di tengah penurunan kinerja pendapatan perusahaan yang menurun 10,61 persen yoy menjadi USD248,67 juta. Secara lebih rinci, sumber utama pendapatan perusahaan masih berasal dari penjualan batu bara, yang mencapai angka USD204,36 juta.
Namun, yang patut dicatat adalah kemampuan TOBA dalam menekan beban pokok pendapatan sebesar 18,97 persen yoy menjadi USD193,97 juta. Pengurangan ini berkontribusi pada peningkatan laba kotor perusahaan yang tercatat sebesar USD54,70 juta, atau tumbuh 41,02 persen secara tahunan pada semester pertama tahun 2024.
Selain itu, emiten yang memiliki keterkaitan dengan Pandu Sjahrir ini juga mencatatkan peningkatan EBITDA yang disesuaikan sebesar 67,1 persen menjadi USD83,7 juta. Pencapaian ini dianggap mencerminkan efisiensi operasional yang terus meningkat dan strategi investasi TOBA dalam mengembangkan bisnis ramah lingkungan.(*)