KABARBURSA.COM - Ketegangan di Timur Tengah membuat harga sejumlah komoditi meningkat dan menjadi salah satu sentimen positif untuk saham perusahaan batu bara di Indonesia. Selain saham ADRO, PTBA, saham yang juga terkerek naik adalah PT Indo Tambang Raya Megah Tbk (ITMG).
ITMG merupakan salah satu perusahaan energi yang bergerak di beberapa bidang usaha, yakni pertambangan, energi dan energi terbarukan. Di sektor pertambangan, perusahaan batu bara termal dengan beragam kualitas ini menyuplai kebutuhan beberapa negara.
Sementara, di sektor energi perusahaan ini memaksimalkan rantai industri dengan menjadi kontraktor dan penjual batu bara yang saat ini kembali naik daun.
Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Triwibowo, mengatakan potensi emiten yang bergerak di bidang pertambangan batu bara sedang naik daun. Saham yang ikut terkerek adalah ITMG. Wahyu mengungkapkan, ITMG mencatatkan kenaikan pada produksi dan volume penjualan batu bara masing-masing sebesar 14 persen dan 9 persen year-on-year (yoy).
“Pendapatan perusahaan menurun sebesar 19 persen yoy dikarenakan oleh penurunan harga jual rata-rata (ASP). Sedangkan beban pokok pendapatan menurun sebesar 8 persen yoy. ITMG melaporkan laba bersih untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024 sebesar USD129 juta,” kata Wahyu kepada Kabarbursa.com, Minggu, 6 Oktober 2024.
Pada kuartal pertama 2024, ITMG mencatat laba bersih sebesar Rp978 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan kinerja kuartal yang sama di 2023, yaitu Rp2,737 triliun. Penurunan ini bisa disebabkan oleh fluktuasi harga komoditas serta tantangan eksternal lainnya. Namun, di kuartal kedua 2024, ITMG berhasil meningkatkan laba bersihnya menjadi Rp1,138 triliun. Hal ini mengindikasikan adanya pemulihan dalam kinerja operasional.
Jika melihat kinerja tahunan, proyeksi laba bersih annualised untuk 2024 diperkirakan mencapai Rp4,232 triliun, cukup stabil meski masih di bawah pencapaian 2023 yang mencapai Rp7,725 triliun.
Dibandingkan dengan tahun 2022, yang merupakan tahun gemilang dengan laba mencapai Rp18,712 triliun, memang terjadi penurunan signifikan. Namun, ini lebih disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti volatilitas harga batu bara dan kebijakan energi global.
ITMG memiliki sejumlah rasio keuangan yang menarik perhatian para pelaku pasar. Price to Earnings (PE) Ratio TTM perusahaan tercatat sebesar 5,66 kali, jauh di bawah median IHSG yang berada di angka 7,89.
Ini menunjukkan bahwa saham ITMG terbilang murah jika dibandingkan dengan rata-rata emiten di IHSG, yang berarti potensi undervaluation cukup besar.
Di sisi lain, Earnings Yield perusahaan mencapai 17,65 persen, angka yang cukup tinggi dan menarik bagi investor yang menginginkan keuntungan melalui dividen atau pertumbuhan pendapatan.
Dengan rasio Price to Sales (TTM) sebesar 0,86, ITMG memperlihatkan efisiensi dalam menghasilkan pendapatan dari setiap rupiah yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Price to Book Value (P/BV) sebesar 1,02 juga menunjukkan bahwa nilai saham saat ini hampir sepadan dengan nilai buku, yang menandakan stabilitas.
Sementara untuk EV to EBITDA sebesar 2,00 dan EV to EBIT sebesar 2,31 memperlihatkan bahwa nilai perusahaan masih berada di level yang cukup rendah dibandingkan pendapatan operasionalnya, memberikan ruang bagi pertumbuhan lebih lanjut.
Berdasarkan data keuangan dan valuasi saham, ITMG terlihat cukup menarik untuk beberapa skenario investasi, baik untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang. Bagi investor yang mencari keuntungan cepat, saham ITMG dapat menjadi pilihan menarik.
Dengan rasio PE (TTM) yang rendah dan Earnings Yield yang tinggi, potensi kenaikan harga saham dalam jangka pendek cukup terbuka, apalagi jika ada peningkatan harga batu bara atau berita positif terkait sektor energi. Kinerja positif di kuartal kedua 2024 juga bisa memberikan dorongan sentimen pasar dalam waktu dekat.
Sementara untuk jangka menengah, ITMG masih memiliki potensi pertumbuhan yang stabil. Meskipun laba bersih menurun dibandingkan puncaknya pada tahun 2022, fundamental perusahaan tetap kuat dengan nilai Price to Book Value yang mendekati satu dan Price to Sales yang menunjukkan efisiensi. Proyeksi tahunan yang stabil di Rp4,232 triliun pada 2024 memberikan keyakinan bahwa ITMG dapat menghadapi volatilitas di sektor komoditas dengan baik.
Dalam jangka panjang, ITMG memiliki tantangan yang lebih besar terkait dengan transisi global menuju energi terbarukan. Namun, perusahaan ini memiliki posisi yang cukup kuat dengan diversifikasi ke berbagai proyek tambang yang lebih ramah lingkungan.
Dengan rasio Price to Free Cashflow (TTM) sebesar 8,55, ITMG menunjukkan manajemen kas yang baik, yang penting bagi keberlangsungan bisnis di masa depan. Investor yang berorientasi jangka panjang mungkin bisa memanfaatkan fluktuasi harga saat ini untuk mendapatkan posisi yang lebih baik, sembari memperhatikan perkembangan industri batu bara secara global.
Secara keseluruhan, ITMG berada dalam posisi yang cukup kuat meskipun menghadapi tantangan eksternal. Kinerja kuartalan yang stabil, dipadukan dengan valuasi saham yang relatif murah, menjadikan ITMG pilihan investasi yang menarik untuk jangka pendek dan menengah.
Namun, bagi investor jangka panjang, perlu diperhatikan perkembangan di sektor energi, terutama terkait kebijakan transisi energi bersih yang dapat memengaruhi prospek jangka panjang perusahaan.
Sekadar informasi, belum lama ini PT Indo Tambangraya Megah mengumumkan pembagian dividen tunai interim tahun buku 2024 sebesar USD90 juta atau setara Rp1.228 per lembar saham kepada para pemegang saham.
Dividen ini mewakili 70 persen dari laba bersih perseroan yang dilaporkan sepanjang semester pertama 2024. Pembagian dividen tunai interim ini merujuk pada Keputusan Direksi tanggal 26 Agustus 2024 yang disetujui oleh Dewan Komisaris Perseroan pada tanggal 29 Agustus 2024.
Dividen interim akan dibagikan kepada pemegang saham Perseroan yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) atau Recording Date pada tanggal 11 September 2024 dan atau Pemilik saham perseroan pada sub rekening efek di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSE) pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia pada tanggal tersebut.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.