KABARBURSA.COM - Harga crude palm oil (CPO) di bursa derivatif Malaysia mengalami penguatan pada Februari 2024, menunjukkan peningkatan sebesar 4 poin menjadi 3,747 ringgit per metrik ton. Tren positif ini juga terpantau pada kontrak Maret 2024, yang mengalami kenaikan sebesar 3 poin menjadi 3,766 ringgit per metrik ton.
Mengutip Reuters, minyak kelapa sawit berjangka Malaysia menunjukkan kenaikan pada sesi kedua pada Rabu (27/12), walaupun volume perdagangan yang rendah sedikit membatasi potensi penguatan. Pembukaan pasar yang sedikit lebih tinggi, didorong oleh pergerakan minyak mentah dan penguatan di bursa Dalian, memberikan dampak positif. Meskipun demikian, seorang pedagang berbasis di Kuala Lumpur menyatakan bahwa perdagangan cenderung stagnan, bergerak sideways antara 3,775 ringgit hingga 3,785 ringgit.
"Pasar mengalami tipisnya aktivitas karena sebagian besar pelaku pasar masih berlibur," ungkap pedagang tersebut.
Harga minyak umumnya stabil pada Rabu (27/12) setelah mengalami kenaikan signifikan pada bulan sebelumnya. Investor tetap memantau perkembangan situasi di Laut Merah, dan meskipun serangan masih berlanjut, beberapa pengirim barang besar tetap melanjutkan perjalanan mereka.
Sementara itu, prospek masa depan minyak mentah yang lebih lemah membuat kelapa sawit menjadi kurang menarik sebagai pilihan bahan baku biodiesel. Data dari Intertek Testing Services dan AmSpec Agri Malaysia menunjukkan bahwa ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1-25 Desember 2023 diperkirakan mengalami penurunan antara 4 persen hingga 16 persen dibandingkan dengan bulan November 2023.
Dewan Minyak Sawit Malaysia memberikan informasi bahwa Malaysia akan mempertahankan pajak ekspor minyak sawit mentah pada Januari 2024 sebesar 8 persen dan menaikkan harga referensi. Pada Dalian, kontrak minyak kedelai paling aktif, DBYcv1, mengalami kenaikan sebesar 1,29 persen, sementara kontrak minyak sawit, DCPcv1, meningkat sebesar 1,56 persen. Di Chicago Board of Trade (CBOT), kontrak minyak kedelai, BOcv1, juga naik 0,21 persen.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang perdagangan kontrak minyak kelapa sawit, Ringgit Malaysia, ditutup menguat sebesar 0,19 persen terhadap dolar AS. Penguatan Ringgit membuat minyak kelapa sawit menjadi kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.