KABARBURSA.COM - Setelah kinerja kuat yang ditunjukkan oleh PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) pada kuartal kedua tahun 2024, saham SIDO akhirnya mengalami penurunan yang signifikan sejak akhir Juli. Penurunannya mencapai 10,67 persen. Meski demikian, saham SIDO dinilai masih memiliki peluang bangkit.
Investment Analyst Lead Stockbit Securitas Edi Chandren, mengatakan pada riset 24 Juli 2024 ada potensi kenaikan harga saham (upside) SIDO yang relatif terbatas setelah terjadi lonjakan signifikan sepanjang tahun. Ini mencerminkan bagaimana berbagai faktor positif telah terpriced-in dalam harga saham, sehingga menyebabkan ekspektasi kenaikan lebih lanjut menjadi minim.
Namun, sejak tanggal tersebut hingga penutupan pasar pada 4 Oktober 2024, harga saham SIDO telah melemah -11 persen, dari Rp720 ke Rp640. Penurunan ini mencerminkan perubahan sentimen pasar yang lebih luas daripada perubahan fundamental perusahaan.
"Oleh karena itu, dengan valuasi saat ini yang lebih rendah dan potensi dividen yang solid, kami melihat ini sebagai kesempatan emas bagi investor untuk mempertimbangkan kembali SIDO," kata Edi dalam tulisannya, Senin, 7 Oktober 2024.
Pada harga Rp640 per saham, SIDO diperdagangkan dengan valuasi yang sangat menarik, yaitu 15,0x 1-Year Forward P/E (Price-to-Earnings). Valuasi ini berada sekitar 2 Standar Deviasi di bawah rata-rata historis selama lima tahun terakhir dan menjadikannya salah satu level harga paling atraktif yang pernah ditawarkan SIDO dalam beberapa tahun terakhir.
Secara historis, saham SIDO selalu menarik perhatian investor karena konsistensi kinerja keuangannya, pertumbuhan yang stabil, dan fokus perusahaan dalam menjaga profitabilitas.
Selama periode penurunan harga saham ini, tidak ada perubahan signifikan dalam prospek fundamental perusahaan. SIDO masih mempertahankan posisi kuat di pasar jamu dan suplemen kesehatan, dengan produk-produknya yang terus diminati masyarakat.
Permintaan terhadap produk-produk kesehatan tetap solid, terlebih lagi dengan meningkatnya kesadaran akan gaya hidup sehat pasca-pandemi. Dengan demikian, penurunan harga saham ini lebih disebabkan oleh volatilitas pasar ketimbang kinerja operasional perusahaan yang melemah.
Salah satu faktor yang membuat SIDO menarik bagi investor jangka panjang adalah komitmennya untuk membagikan dividen yang besar.
"Kami memperkirakan,untuk tahun buku 2024 SIDO akan membagikan dividen sebesar Rp39 per saham, berdasarkan asumsi dividend payout ratio sebesar 90 persen. Ini setara dengan dividend yield sekitar 6,1 persen pada harga Rp640 per saham. Bagi investor yang mencari saham dengan potensi dividen tinggi, SIDO merupakan salah satu opsi terbaik saat ini," ucap dia.
Pembagian dividen SIDO juga terbagi dalam dua tahap, di mana dividen interim biasanya dibagikan pada November, sementara dividen final akan dibayarkan pada April atau Mei tahun berikutnya. Dengan prospek dividen yang stabil dan konsisten, saham SIDO tidak hanya menawarkan potensi capital gain, tetapi juga pendapatan pasif yang menarik melalui dividen.
Dengan valuasi yang kini lebih murah dan tidak ada perubahan signifikan dalam fundamental perusahaan, Edi menilai penurunan harga saham SIDO memberikan kesempatan untuk membeli. Selain itu, prospek dividen yang menarik dan posisi kuat di pasar kesehatan memberikan daya tarik tambahan bagi investor.
Bagi mereka yang mencari saham defensif dengan potensi yield yang tinggi, SIDO adalah salah satu pilihan yang patut dipertimbangkan.
Untuk mengembalikan kinerja keuangannya, SIDO berencana meningkatkan kontribusi ekspor menjadi 15 persen dalam waktu 3 sampai 5 tahun ke depan.
Direktur Keuangan SIDO Budiyanto mengatakan, kinerja penjualan ekspor perusahaan pada paruh pertama tahun ini melonjak hingga 73 persen dibanding periode yang sama tahun 2023.
Menurut Budiyanto, penjualan ekspor tersebut ini mampu berkontribusi besar terhadap total penjualan terhadap total penjualan Sido Muncul.
“Penjualan ekspor berkontribusi 8 persen terhadap total penjualan Sido Muncul,” ujar dia, 29 Agustus 2024.
Melihat ke belakang, Budiyanto menjelaskan bahwa angka penjualan ekspor sebesar 8 persen ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2020 yang hanya mencapai 2,3 persen.
Beberapa negara yang menjadi fokus ekspor Sido Muncul antara lain adalah Malaysia, yang memberikan kontribusi sebesar 4 hingga 5 persen. Selain itu, Filipina dan Nigeria masing-masing menyumbang 1 hingga 2 persen.
“Ketiga negara ini berkontribusi sekitar 8 persen, sementara sisanya berasal dari negara-negara lain,” ujar Budiyanto.
Karena itu, pada rentang 3 sampai 5 tahun ke depan, ada sejumlah negara yang menjadi incaran Sido Muncul dalam melakukan ekspor. Negara yang sudah pasti adalah Vietnam yang direncanakan sudah mengirim barang dalam waktu dekat.
“Negara baru antara lain Vietnam kami sudah akan targetkan untuk bisa pengiriman perdana di semester kedua dan juga kami sedang berbicara dengan negara-negara lain di beberapa benua seperti Afrika,” tutur Budiyanto.(*)