KABARBURSA.COM - Jumat, 4 Oktober, Indeks Dow Jones Industrial Average mencetak rekor penutupan tertinggi, mengakhiri hari dengan kenaikan 341,16 poin atau 0,81 persen, mencapai level 42.352,75.
Indeks S&P 500 juga menunjukkan performa positif, naik 51,13 poin atau 0,90 persen menjadi 5.751,07, sementara Nasdaq Composite meningkat 219,37 poin atau 1,22 persen, berakhir di angka 18.137,85.
Kenaikan ini didorong oleh laporan pekerjaan yang lebih baik dari yang diperkirakan, yang membantu meredakan kekhawatiran investor mengenai potensi pelambatan perekonomian.
Meskipun terjadi lonjakan pada hari Jumat, selama sepekan kemarin, indeks hanya mencatat kenaikan tipis akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Secara keseluruhan, Dow mencatat kenaikan sebesar 0,1 persen, S&P 500 naik 0,2 persen, dan Nasdaq hanya meningkat 0,1 persen.
Sektor energi S&P mengalami kenaikan 1,1 persen seiring dengan peningkatan harga minyak. Kekhawatiran terkait situasi di Timur Tengah turut mempengaruhi indeks ini, yang melonjak 7 persen sepanjang minggu, mencatatkan kenaikan persentase mingguan tertinggi sejak Oktober 2022.
Data terbaru menunjukkan peningkatan lapangan kerja di Amerika Serikat (AS) pada bulan September mencapai titik tertinggi dalam enam bulan, dengan tingkat pengangguran turun menjadi 4,1 persen.
Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities, menilai, data ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi pada kuartal keempat kemungkinan akan tetap kuat.
“Ini adalah kejutan positif, tetapi saya percaya hal ini bisa memperlambat laju pemotongan suku bunga,” kata Cardillo.
Para trader kini semakin mengurangi ekspektasi mengenai pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin dalam pertemuan Federal Reserve yang dijadwalkan pada 6-7 November mendatang.
Berdasarkan alat FedWatch dari CME Group, peluang untuk pemotongan suku bunga tersebut kini hanya 8 persen, turun dari sekitar 31 persen sebelumnya.
The Fed sendiri telah memulai siklus pelonggaran moneter bulan lalu dengan pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin. Saham-saham perusahaan kecil dan sektor keuangan menunjukkan performa yang lebih baik, di mana indeks Russell 2000 naik 1,5 persen dan indeks keuangan S&P 500 naik 1,6 persen.
Namun, tidak semua saham mencatatkan performa positif. Saham Spirit Airlines anjlok 24,6 persen setelah laporan menyebutkan bahwa perusahaan tersebut sedang dalam pembicaraan dengan pemegang obligasi mengenai kemungkinan pengajuan kebangkrutan.
Sebaliknya, saham maskapai lainnya justru melonjak, dengan Frontier Group naik 16,4 persen, United Airlines meningkat 6,5 persen, dan Delta Air Lines naik 3,8 persen.
Saham Rivian juga mengalami penurunan sebesar 3,2 persen setelah perusahaan kendaraan listrik tersebut memangkas proyeksi produksi tahunan dan melaporkan pengiriman kendaraan yang lebih sedikit dari yang diharapkan pada kuartal ketiga.
Dalam perkembangan politik, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan bahwa jika dirinya berada di posisi Israel, dan akan mempertimbangkan alternatif selain menyerang ladang minyak Iran.
Ia juga menyatakan bahwa Israel belum memutuskan bagaimana merespons serangan rudal Iran yang terjadi pekan lalu.
Laporan pendapatan kuartal ketiga untuk perusahaan-perusahaan dalam indeks S&P 500 diperkirakan akan dimulai minggu depan, dengan beberapa perusahaan besar seperti JP Morgan Chase, Wells Fargo, dan BlackRock dijadwalkan untuk merilis laporan mereka pada 11 Oktober. Investor yang optimis berharap hasil laporan ini akan membenarkan penilaian yang semakin tinggi di pasar saham, di mana S&P 500 telah meningkat 20,6 persen sepanjang tahun ini.
Sementara itu, pelabuhan di Pantai Timur dan Teluk AS telah dibuka kembali, meskipun proses pembersihan penumpukan kargo diperkirakan akan memakan waktu.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pertemuan dengan para pemodal terkemuka AS di New York pada akhir September, selama Sidang Umum PBB. Dalam diskusi yang dihadiri lebih dari selusin eksekutif Wall Street, termasuk Presiden Goldman Sachs John Waldron dan CEO Blackstone Stephen Schwarzman, Macron memberikan penilaian terbuka mengenai kondisi ekonomi Prancis dan Eropa.
Macron mengisyaratkan kemungkinan kenaikan pajak untuk mendanai anggaran negara dan membahas tantangan fiskal yang dihadapi Prancis.
Meski demikian, ia juga mempromosikan Prancis sebagai destinasi investasi menarik dan menggarisbawahi peluang bisnis untuk perusahaan multinasional.
Pertemuan yang berlangsung pada 24 September ini merupakan bagian dari upaya Macron untuk membangun citra Prancis yang dinamis dan pro bisnis, mengikuti KTT “Choose France” selama tujuh tahun terakhir. Ini terjadi di tengah negosiasi anggaran oleh pemerintahan minoritas Macron, yang diperkirakan menghadapi defisit lebih dari 6 persen tahun ini, meningkatkan spekulasi mengenai kebijakan pajak.
Salah satu peserta mencatat bahwa perlambatan ekonomi di Eropa memerlukan konsolidasi keuangan melalui kenaikan pajak yang terarah dan sementara, berlawanan dengan kebijakan pemotongan pajak untuk perusahaan besar di masa lalu.
Macron mengingatkan para investor untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap potensi kenaikan pajak, sembari menekankan komitmennya untuk mengurangi pengeluaran.
Investor asing, yang memiliki sekitar 50 persen dari utang pemerintah Prancis, proporsi yang lebih tinggi daripada negara-negara zona euro lainnya, mengamati dengan seksama kebijakan-kebijakan fiskal Perancis.
Sementara itu, biaya pinjaman Prancis baru-baru ini meningkat di atas Spanyol, mencerminkan kekhawatiran investor. Meski demikian, Macron enggan memberikan janji spesifik kepada pemodal.
Pendekatan proaktif ini mencerminkan rencana Perdana Menteri Michel Barnier untuk mengurangi defisit menjadi 5 persen pada 2025 melalui pemotongan pengeluaran dan kenaikan sementara pajak bagi perusahaan besar serta individu berpenghasilan tinggi.
Selain topik fiskal, Macron juga membahas isu-isu seperti kecerdasan buatan, energi nuklir, dan regulasi dengan para eksekutif Wall Street, sementara Barnier menyebutkan rencana pemangkasan biaya sebesar 60 miliar euro untuk tahun depan. (*)