KABARBURSA.COM - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melaporkan siap melunasi surat utang Green Bond 2023 yang jatuh tempo pada 27 Oktober 2024 mendatang.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Sekretaris Perusahaan BBRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan, untuk melunasi itu, Bank BRI menyiapkan dana sebesar Rp1,34 triliun.
"Perseroan telah menyediakan dana pembayaran pokok Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI Tahap II Tahun 2023 Seri A. Saat ini, penempatan dana tersebut berada pada high quality liquid asset perseroan," ujarnya, dikutip Sabtu, 5 Oktober 2024.
Agustya menambahkan, pelunasan surat utang Green Bond 2023 tersebut tidak memiliki dampak material negatif yang dapat mengganggu likuiditas maupun kelangsungan usaha perseroan.
"Pelunasan Green Bond 2023 tidak memiliki dampak material negatif yang dapat mengganggu likuiditas maupun kelangsungan usaha perseroan," tegasnya.
Untuk diketahui, Green Bond 2023 Seri A Bank BRI ini bertenor 370 hari kalender, dengan tingkat bunga 6,1 persen per tahun.
Seri B dengan nilai Rp4,15 triliun memiliki tenor dua tahun dan akan jatuh tempo pada tahun depan, sedangkan Seri C bernilai Rp500 miliar dengan tenor tiga tahun. Total penerbitan Green Bond 2023 ini mencapai Rp6 triliun.
Dalam penerbitan Green Bond 2023, dana yang diperoleh oleh BBRI digunakan untuk membiayai atau membiayai ulang kegiatan yang termasuk dalam kategori usaha berwawasan lingkungan, serta dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja perusahaan.
Sementara itu JP Morgan sebelumnya menurunkan peringkat BBRI menjadi netral dan menempatkan sahamnya dalam pantauan katalis negatif pada 30 September 2024.
Langkah ini diambil karena JP Morgan memperkirakan masalah kualitas aset akan terus berlanjut, disertai potensi penjualan di pasar dalam waktu dekat.
Perusahaan analisis ini menyoroti bahwa perbaikan kualitas aset mikro mungkin tidak akan terwujud pada tahun 2024, mengingat panduan biaya kredit (Cost of Credit/CoC) yang rendah dari BBRI menunjukkan perlunya evaluasi dan restrukturisasi yang lebih lama terhadap portofolio pinjaman bermasalah.
Jika masalah ini tetap ada, JPM melihat kekhawatiran yang berkepanjangan terhadap kemampuan BBRI untuk tumbuh, kualitas nilai bukunya, dan margin bunga bersih (NIM).
Optimisme mengenai NIM setelah pemotongan suku bunga dianggap berlebihan, karena kontribusi pinjaman yang lebih tinggi dari segmen korporat dan kontribusi yang lebih rendah dari mikro akan mengurangi hasil pinjaman.
Namun demikian, BBRI masih diproyeksikan akan meraih manfaat dari tren penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) serta perbaikan kualitas kredit yang telah mendorong penurunan biaya kredit. Penurunan ini memberikan peluang bagi BBRI untuk memperkuat pertumbuhan laba bersih di sisa tahun 2024.
Pada Agustus 2024, BBRI berhasil mencatatkan peningkatan laba bersih bank-only sebesar 51 persen secara bulanan (mom), mencapai Rp4,79 triliun, sementara laba bersih tahun berjalan meningkat 20,9 persen secara tahunan (yoy).
Menurut riset terbaru dari RHB Sekuritas yang disusun oleh Andrey Wijaya, pencapaian ini didukung oleh penurunan CoC dan upaya perbaikan kualitas aset.
“Laba bersih BBRI pada periode Januari-Agustus 2024 telah mencapai Rp36,21 triliun, naik 4 persen secara tahunan. Capaian ini mewakili sekitar 59 persen dari estimasi laba untuk tahun penuh,” ungkap Andrey.
Kendati demikian, pertumbuhan kredit BBRI melambat pada Agustus 2024, tercatat sebesar 7,1 persen yoy, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada bulan Juli yang mencapai 8,6 persen yoy.
Pertumbuhan kredit ini berada di bawah target tahunan BBRI yang ditetapkan di kisaran 10-12 persen. Menurut Andrey, perlambatan ini bisa disebabkan oleh langkah BBRI yang lebih hati-hati dalam penyaluran kredit demi menjaga kualitas aset.
Net Interest Margin (NIM) BBRI tercatat stabil di angka 6,45 persen untuk periode Januari-Agustus 2024, sedikit lebih tinggi dari NIM pada Januari-Juli 2024 yang sebesar 6,44 persen.
Di sisi lain, pendapatan non-bunga (non-interest income/Non-II) melonjak 64,6 persen yoy, atau tumbuh 17,8 persen mom, didorong oleh peningkatan pendapatan berbasis biaya dan pendapatan lain-lain.
Penurunan beban provisi sebesar 31,5 persen mom atau 20,6 persen yoy pada Agustus 2024 mencerminkan perbaikan kualitas aset BBRI.
“Kami memperkirakan CoC akan terus turun, didorong oleh peningkatan kualitas aset yang terjadi secara konsisten karena BBRI semakin selektif dalam memberikan kredit,” jelas Andrey dalam risetnya.
Loan to Deposit Ratio (LDR) BBRI meningkat menjadi 89,2 persen pada Agustus 2024, naik dari 87,04 persen di bulan sebelumnya.
Di saat yang sama, rasio dana murah (Current Account and Saving Account/CASA) naik menjadi 64,8 persen dari 63,37 persen, seiring dengan penurunan deposito berjangka sebesar 6,3 persen mom.
Menurut Andrey, persaingan untuk menarik deposito kemungkinan akan mereda berkat likuiditas yang membaik akibat tren penurunan suku bunga BI. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.