Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Saham WINS Bergerak Positif Hari ini akibat Harga Minyak Dunia

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 04 October 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Saham WINS Bergerak Positif Hari ini akibat Harga Minyak Dunia

KABARBURSA.COM - Saham WINS atau PT Wintermar Offshore Marine Tbk menunjukkan pergerakan positif pada perdagangan hari ini, Jumat, 4 Oktober 2024, dengan mencatat kenaikan sebesar 1,67 persen atau bertambah 8 poin, yang membawa harga sahamnya menjadi Rp488 per lembar pada penutupan perdagangan.

Berdasar pada data perdagangan Stockbit, kenaikan ini didorong oleh volume perdagangan yang mencapai 8,71 juta lembar saham, lebih tinggi dibandingkan rata-rata volume perdagangan harian sebesar 7,72 juta lembar saham.

Saham WINS dibuka pada harga Rp 488, setara dengan harga penutupannya pada hari sebelumnya di Rp 480. Sepanjang sesi perdagangan, saham WINS bergerak di rentang harga terendah Rp 480 hingga harga tertinggi Rp 496, dengan total nilai transaksi mencapai Rp 3,7 miliar. Secara frekuensi, tercatat sebanyak 76.000 lot saham diperdagangkan dalam 76 transaksi.

Melihat kinerja harga saham dalam beberapa periode, saham WINS mencatatkan pertumbuhan yang stabil dalam satu minggu terakhir dengan kenaikan sebesar 7,49 persen.

Dalam periode tiga bulan, kenaikan yang lebih moderat sebesar 3,83 persen tercatat, sementara dalam satu bulan terakhir saham ini naik tipis sebesar 1,24 persen. Namun, jika dilihat dari perspektif enam bulan, saham WINS mengalami penurunan sebesar 3,37 persen, dan dalam satu tahun terakhir, harga saham ini tercatat melemah hingga 15,13 persen.

Dengan tren harga yang fluktuatif, investor tetap harus memperhatikan sentimen pasar dan prospek kinerja perusahaan ke depan, mengingat sektor jasa lepas pantai yang dihadapi Wintermar sangat dipengaruhi oleh harga komoditas dan permintaan global terhadap layanan energi.

Investment Analyst Stockbit Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, kenaikan harga minyak berpotensi memberikan sentimen positif jangka pendek bagi emiten produsen minyak dan gas (migas) dan penunjang migas, seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), PT Elnusa Tbk (ELSA), dan PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD).

Kenaikan Harga Minyak Dunia

Dari hal itu, memang harga minyak melonjak pada Kamis, 3 Oktober 2024, seiring meningkatnya kekhawatiran bahwa konflik regional yang meluas di Timur Tengah dapat mengganggu aliran minyak mentah global sehingga mencatatkan level tertinggi dalam sebulan.

Seperti dilansir Reuters, harga minyak Brent pada pasar berjangka melonjak 5,03 persen atau mengalami kenaikan USD3,72 sehingga ditutup di level USD77,62 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik USD3,61 persen atau 5,15 persen menjadi USD73,71 per barel.

Pemicunya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa AS dan Israel sedang mendiskusikan kemungkinan untuk menyerang fasilitas minyak milik Iran.

“Kami sedang mendiskusikan hal itu (menyerang fasilitas minyak Iran). Tidak ada yang akan terjadi hari ini,” ungkap Biden.

Dalam jangka yang lebih panjang, kata Hendriko, selain konflik geopolitik, prospek harga minyak akan dipengaruhi seberapa berhasil paket stimulus yang dikucurkan pemerintah China untuk memulihkan ekonominya (meningkatkan permintaan minyak) dibandingkan potensi tambahan suplai dari rencana kenaikan produksi OPEC+.

Ada kekhawatiran bahwa eskalasi seperti itu bisa mendorong Iran untuk memblokir Selat Hormuz atau menyerang infrastruktur Saudi, seperti yang terjadi pada tahun 2019, kata analis Panmure Gordon, Ashley Kelty. Selat tersebut adalah titik penting logistik di mana seperlima dari pasokan minyak harian melewati.

“Perkiraan kami untuk kuartal IV 2024 adalah USD75 per barel sebelum berita terbaru ini, tetapi jika serangan ini terwujud, harga bisa rata-rata mendekati USD78-USD80 per barel,” kata analis StoneX, Alex Hodes.

Lebih lanjut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Iran akan membayar atas serangan misil terhadap Israel. Sementara Teheran menyatakan bahwa setiap tindakan balasan akan dihadapi dengan kehancuran besar-besaran, yang memicu kekhawatiran akan perang yang lebih luas.

“Konflik yang semakin intensif di Timur Tengah menghasilkan kekhawatiran signifikan terkait pasokan minyak di pasar minyak mentah global,” kata kepala ekonom Rystad Energy, Claudio Galimberti.

“Potensi gangguan pasokan, terutama, tetapi tidak terbatas pada Iran, meningkat seiring intensitas pertempuran,” tambahnya.

Perusahaan Minyak Nasional (NOC) mencabut status force majeure di semua ladang minyak dan terminal Libya, kata perusahaan minyak negara tersebut dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook-nya, berpotensi mengakhiri krisis yang telah sangat mengurangi produksi minyak.

Persediaan minyak mentah AS meningkat sebesar 3,9 juta barel menjadi 417 juta barel dalam pekan yang berakhir 27 September, menurut Badan Informasi Energi pada Rabu, dibandingkan dengan ekspektasi survei Reuters akan penurunan sebesar 1,3 juta barel.

“Meningkatnya persediaan AS memberikan bukti bahwa pasar cukup terpasok dan dapat bertahan dari gangguan apa pun,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan. (*)