KABARBURSA.COM - PT Indika Energy Tbk (INDY) memberikan penjelasan atas volatilitas transaksi sahamnya di Pasar atau di Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa watu lalu.
Terkait hal itu, Corporate Secretary INDY, Adi Pramono menuturkan, Perseroan tidak memiliki informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Selain itu, Perseroan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.
Kemudian, Adi mengaku, Perseroan tidak memiliki informasi/fakta/kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi harga efek Perseroan serta kelangsungan hidup Perseroan yang belum diungkapkan kepada publik. Perseroan juga tidak memiliki rencana untuk melakukan tindakan korporasi dalam waktu dekat, termasuk rencana korporasi yang akan berakibat terhadap pencatatan saham Perseroan di Bursa (paling tidak dalam 3 bulan mendatang).
"Perseroan telah melakukan penelaahan atas aktivitas saham INDY pada periode 23 September s.d. 1 Oktober 2024, berdasarkan penelahaan tersebut, tidak terdapat aktivitas dari pemegang saham tertentu sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.04/2017 Tentang Laporan Kepemilikan atau Setiap Perubahan Kepemilikan Saham Perusahaan Terbuka," ungkapnya. Seperti keterangannya di Jakarta, Jumat 4 Oktober 2024.
Adi menambahkan, derdasarkan komunikasi dengan Pemegang Saham Utama Perseroan, Perseroan telah mendapatkan konfirmasi bahwa pemegang saham utama tidak memiliki rencana terkait dengan kepemilikan sahamnya di Perseroan.
PT Indika Energy Tbk (INDY) berencana menjual anak usaha di bidang pengusahaan hutan (HPH) yaitu PT Trisetia Citagraha (TCG) ke entitas milik konglomerat Prajogo Pangestu. Rencana tersebut langsung mendapat respon positif dari pasar hingga harga sahamnya meroket 80 poin.
INDY mengawali bulan Oktober ini dengan kinerja positif. Selasa, 1 Oktober 2024, sahamnya mencatatkan keuntungan sebesar 4.68 persen dengan penutupan di harga Rp1,790. Saham ini dibuka di Rp1,710 dan mencetak titik tertinggi di Rp1,805, mencerminkan antusiasme investor yang kuat terhadap potensi pertumbuhan perusahaan di sektor energi.
Dalam perdagangan yang berlangsung, volume transaksi mencapai 489 ribu lot dengan total nilai transaksi sekitar Rp85.8 miliar. Para analis mencatat bahwa minat beli yang tinggi menunjukkan keyakinan pasar terhadap fundamental perusahaan dan prospek sektor energi yang sedang berkembang di Indonesia.
Salah satu faktor pendorong kenaikan ini adalah optimisme terhadap proyek infrastruktur yang sedang dilaksanakan di tanah air. Dengan pengalaman dan jaringan yang luas, Indika Energy berpotensi menjadi salah satu pemain utama dalam proyek-proyek besar ini, yang diperkirakan dapat mendatangkan pendapatan yang signifikan di masa depan.
Namun, para investor disarankan untuk tetap waspada. Meskipun saham INDY menunjukkan tren positif, volatilitas harga yang wajar tetap ada. Jika harga saham jatuh di bawah Rp1,665, ini dapat memicu penurunan lebih lanjut. Para analis merekomendasikan untuk memantau perkembangan pasar dan kinerja perusahaan secara berkala.
“Kenaikan ini adalah indikasi bahwa investor mulai melihat kembali potensi sektor energi, terutama dengan fokus pemerintah pada pengembangan infrastruktur,” kata salah satu analis pasar saham, Rita Effendy.
“Kami percaya bahwa INDY memiliki potensi untuk tumbuh lebih lanjut, tetapi penting untuk mengawasi kondisi pasar dan faktor-faktor eksternal lainnya,” lanjut dia.
Dengan semangat optimisme yang mengelilingi PT Indika Energy, banyak investor yang berharap agar tren positif ini dapat berlanjut dan mendatangkan keuntungan lebih lanjut. Sementara itu, bagi para investor yang berencana masuk, pengamatan terhadap level-level harga kunci akan menjadi penting untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.
Kembali kepada niatan INDY menjual anak usahanya, TCG. Rencananya, pelepasan TCH dilakukan melalui anak usaha lainnya, yaitu PT Indika Multi Properti (IMP) kepada Barito Group, melalui PT Barito Pacific Lumber (BPL). Adapun nilai transaksi mencapai Rp26,77 miliar.
Untuk diketahui, BPL merupakan anak usaha yang dimiliki langsung oleh Prajogo Pangestu. BPL juga merupakan pemegang saham minoritas dari PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Sedangkkan TCG, merupakan anak usaha tidak langsung INDY yang penguasaan sepenuhnya dilakukan oleh IMP.
Jadi, skenarionya adalah IMP akan mendivestasi 6.332 lembar saham (setara dengan 80 persen) saham TCG kepada BPL. Perjanjian ini ditandatangani dalam sebuah ikatan jual beli saham bersyarat yang telah dilakukan pada 26 September 2024. Transaksi dilaksanakan dalam dua tahapan, dengan rincian sebanyak 80 persen merupakan nilai pengalihan hak atas uang muka penyetoran modal.
“Setelah penyelesaian transaksi, TCG tidak lagi menjadi anak perusahaan INDY dan tidak dikonsolidasi dalam laporan keuangan Perseroan,” tegas Corporate Secretary INDY Adi Pramono, di Jakarta, kemarin, 30 September 2024.
Menurut Adi, langkah ini diambil sesuai strategi bisnis diversifikasi perusahaan. Ia juga memastikan perusahaan fokus terhadap pelaksanaan kegiatan usaha yang berkelanjutan.(*)