KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksikan masih berfluktuasi pada hari ini, Jumat, 4 Oktober 2024.
IHSG hari ini diprediksikan bergerak pada rentang resistance 7.600, pivot 7.550, dan support 7.500. Perusahaan efek ini merekomendasikan lima saham yang akan memberikan cuan, salah satunya adalah PNLF.
Secara teknikal, MACD masih membentuk pelebaran negative slope. Akan tetapi, Stochastic RSI mulai berbalik naik dari oversold area.
"Pergerakan tersebut menunjukan indikasi fase konsolidasi IHSG hari ini," tulis Phintraco Sekuritas dalam risetnya, Jumat, 4 Oktober 2024.
Phintraco Sekuritas menyebut, tekanan jual diperkirakan masih tertahan selama libur bursa China sampai dengan 7 Oktober 2024. Spekulasi stimulus fiskal oleh Pemerintah China meningkatkan appetite investor terhadap ekuitas China dalam beberapa pekan terakhir.
Masih dari eksternal, lanjut Phintraco Sekuritas, pasar tengah mencermati perkembangan situasi geopolitik di Timur Tengah. Kebijakan OPEC+ untuk mulai menaikkan volume produksi di Oktober 2024 nampaknya belum meredam lonjakan harga minyak tersebut.
"Pasalnya, rumor mengenai potensi aksi balasan Israel dengan melakukan serangan pada fasilitas produksi minyak Iran menguat," jelas Phintraco Sekuritas.
Lalu Phintraco Sekuritas merekomendasikan ada di lima saham yang berpotensi memberikan keuangan, yaitu PNLF, ASII, AUTO, MAPI dan CTRA.
IHSG ditutup melemah di level 7543.828 atau turun -0,26 persen pada penutupan perdagangan, Kamis, 3 Oktober 2024. Melansir RTI Business, sepanjang hari ini level tertinggi IHSG berada di angka 7581.334, sementara level terendah yakni 7504.407.
Sebanyak 284 saham terpantau menguat, 296 saham melemah, dan 216 saham mengalami stagnan pada penutupan perdagangan sore ini. Sementara itu lima besar saham yang berada di top gainers di antaranya KRAS (+24,06 persen), LABA (+22,49 persen), HOMI (+14,85 persen), PNBN (+13,64 persen), dan RAJA (+10,00 persen).
Sedangkan lima besar saham yang mengalami pelemahan yakni HEXA turun 10,81 persen, BRMS terperosok 8,96 persen, IBOS terjun 8,46 persen, SAPX terjungkal 8,28 persen, dan DOID terbenam 6,12 persen.
Dikutip dari Stockbit, terdapat lima sektor yang berada di posisi hijau, seperti cyclical (+0,64 persen), finance (+0,30 persen), industrial (+0,31 persen), infrastruktur (+0,07 persen), non cyclical (+0,05 persen), dan properti (0,44 persen).
Sementara yang berada di zona merah di antaranya sektor basic-ind (-0,69 persen), energy (-0,71 persen), health (0,69 persen), teknologi (-1,11 persen), dan transportasi (-0,14 persen).
Diberitakan sebelumnya, Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang bertugas mengawasi pasar modal, Inarno Djajadi, menilai kinerja pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan positif seiring dengan membaiknya ekonomi global.
Dari awal September hingga 27 September 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik sebesar 0,34 persen, mencapai level 7.696, dan jika dilihat dari awal tahun IHSG mencatatkan penguatan 5,83 persen.
"Sejalan dengan sentimen positif di pasar keuangan global, pasar saham Indonesia pada September 2024 sempat mencapai rekor tertinggi di 7.905," ujar Inarno dalam konferensi pers RDK OJK di Jakarta pada 1 Oktober 2024.
Namun, meskipun IHSG menunjukkan penguatan, nilai kapitalisasi pasar bursa saham domestik turun sebesar 1,82 persen (month to date/mtd) menjadi Rp12.875 triliun. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penguatan IHSG pada bulan September 2024 adalah masuknya dana asing ke pasar modal Indonesia.
"Net buy hingga 26 September tercatat sebesar Rp1,31 triliun, meskipun secara year to date net sell mencapai Rp 9,8 triliun," tambah Inarno.
OJK melaporkan bahwa penghimpunan dana melalui penawaran umum di pasar modal Indonesia telah mencapai Rp137,05 triliun hingga saat ini. Mayoritas dari jumlah tersebut diperoleh melalui penawaran saham perdana, dengan nilai mencapai Rp4,39 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa pengumpulan dana di pasar modal masih menunjukkan tren positif, di mana nilai penawaran umum mencapai Rp137,05 triliun, dengan Rp4,39 triliun berasal dari 28 emiten baru.
OJK juga memberikan informasi mengenai perkembangan bursa karbon, yang sejak diluncurkan pada 26 September 2023 telah mengizinkan 81 pengguna jasa dengan total volume mencapai 613.897 ton CO2 ekuivalen, setara dengan Rp37,06 miliar.
Selain itu, penggalangan dana melalui Securities Crowdfunding (SCF) mengalami pertumbuhan signifikan, dengan 17 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dan total 625 penerbitan efek. Inisiatif ini melibatkan sekitar 163.000 pemodal, berhasil menghimpun dana SCF yang teradministrasi di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebesar Rp1,22 triliun.
Di tengah pertumbuhan positif ini, OJK tetap fokus pada penegakan peraturan dan perlindungan konsumen di sektor pasar modal. (*)