KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate atau WTI melonjak 2,44 persen ke level USD69,83 per barel pada perdagangan Selasa malam, 1 Oktober 2024. Kenaikan ini dipicu oleh kekhawatiran investor atas ketegangan geopolitik di Timur Tengah, yang kian meningkat setelah Iran meluncurkan serangan udara ke Israel. Kendati begitu, peristiwa teranyar ini justru membuka keuntungan baru bagi lima emiten migas di Indonesia.
Data dari Trading Economics menunjukkan harga minyak WTI telah mengalami fluktuasi signifikan sejak awal 2024. Setelah menyentuh titik tertinggi di sekitar USD85 per barel pada pertengahan tahun, harga minyak sempat merosot hingga di bawah USD70 sebelum akhirnya kembali naik pada awal Oktober 2024 akibat ketegangan geopolitik.
Menurut Investment Analyst dari Stockbit, Hendriko Gani, lonjakan harga minyak ini berpotensi memberikan sentimen positif jangka pendek bagi sejumlah emiten produsen dan pendukung sektor minyak dan gas.
“Penurunan harga minyak berpotensi memberikan sentimen positif jangka pendek bagi emiten produsen migas dan penunjang migas, seperti MEDC, ENRG, WINS, ELSA, dan LEAD,” kata Hendriko dalam keterangan tertulis, Rabu, 2 Oktober 2024.
Berdasarkan data Stockbit, pada periode 2024 MEDC mencatat peningkatan laba bersih signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kuartal pertama, MEDC membukukan laba sebesar Rp1,15 triliun, sedikit turun dari Rp1,22 triliun di 2023, namun pada kuartal kedua terjadi lonjakan tajam dengan laba mencapai Rp2,14 triliun, lebih dari empat kali lipat laba periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp563 miliar. Proyeksi tahunan laba perusahaan ini untuk 2024 diperkirakan mencapai Rp6,59 triliun. Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp34 triliun dan saham beredar sebanyak 25,14 miliar lembar, MEDC terus mencatatkan kinerja yang positif.
Saham MEDC pada perdagangan Rabu, 2 Oktober 2024, mencatat kenaikan signifikan sebesar 5,45 persen. Harga saham Medco ditutup pada Rp1.355 per lembar saham setelah sempat menyentuh level tertinggi di Rp1.365 sepanjang sesi perdagangan hari ini.
ENRG memulai tahun 2024 dengan stabilitas yang kuat. Kuartal pertama dan kedua menunjukkan laba bersih masing-masing sebesar Rp280 miliar dan Rp269 miliar, melebihi capaian di periode yang sama pada 2023. Meski belum ada laporan kuartal ketiga, proyeksi tahunan memperkirakan laba ENRG akan mencapai Rp1,10 triliun pada 2024. Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp6,15 triliun dan saham beredar sebanyak 24,82 miliar lembar, ENRG memperlihatkan kemampuan bertahan dalam kondisi pasar yang fluktuatif.
Kinerja saham ENRG mengalami lonjakan yang lebih tajam dengan kenaikan sebesar 10,81 persen, sehingga membuka perdagangan hari ini di level Rp246 per lembar saham. Saham ENRG sempat mencapai titik tertinggi di Rp252 sebelum stabil. Kenaikan signifikan ini didorong oleh ekspektasi investor terhadap peningkatan performa perusahaan yang dipicu oleh perkembangan positif di sektor energi, khususnya terkait harga minyak dunia.
Laporan kuartal pertama 2024 WINS menunjukkan laba bersih sebesar Rp35 miliar, jauh meningkat dari Rp3 miliar di tahun sebelumnya. Kinerja semakin cemerlang pada kuartal kedua dengan laba bersih mencapai Rp184 miliar. Meski masih menunggu hasil kuartal ketiga, proyeksi tahunan diperkirakan laba WINS mencapai Rp439 miliar, menegaskan pertumbuhan yang signifikan dibandingkan 2023. Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp2,139 triliun dan saham beredar sebanyak 4,36 miliar, WINS menunjukkan pertumbuhan yang substansial.
Saham WINS juga menunjukkan performa yang positif pada hari ini dengan kenaikan 7,93 persen, ditutup pada level Rp 490 per lembar saham. Saham WINS sempat menyentuh angka Rp496 sebagai puncak harga tertingginya. Kinerja yang kuat ini terkait dengan peningkatan aktivitas di sektor energi, di mana perusahaan penyedia layanan maritim seperti Wintermar mendapatkan manfaat langsung dari peningkatan permintaan global.
ELSA melaporkan laba bersih pada kuartal pertama 2024 sebesar Rp183 miliar, meningkat signifikan dari Rp115 miliar di periode yang sama pada 2023. Kuartal kedua juga menunjukkan pertumbuhan yang stabil dengan laba bersih mencapai Rp260 miliar. Proyeksi tahunan perusahaan ini berada di angka Rp886 miliar, jauh di atas capaian 2023. Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp3,649 triliun dan saham beredar sebanyak 7,30 miliar, ELSA menjadi salah satu emiten yang berpotensi terus menguat.
Saham ELSA mencatatkan kenaikan sebesar 5,93 persen pada sesi pembukaan perdagangan hari ini di harga Rp500 per lembar saham, setelah sempat menyentuh angka tertinggi di Rp505. Elnusa sebagai salah satu perusahaan penunjang di sektor minyak dan gas terus mendapat dorongan positif dari tren kenaikan harga minyak, yang membawa sentimen optimis di kalangan investor terhadap prospek pendapatan dan kinerja perusahaan ke depan.
LEAD mencatat laba bersih sebesar Rp793 miliar pada kuartal pertama 2024, melampaui kinerja yang negatif pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, pada kuartal kedua 2024, LEAD mencatat kerugian sebesar Rp4 miliar, walaupun masih lebih baik dibandingkan kuartal yang sama di 2023 yang mencatat kerugian Rp24 miliar.
Secara keseluruhan, laba tahunan (annualised) LEAD pada 2024 diproyeksikan sebesar Rp7 miliar, jauh lebih baik dibandingkan kerugian tahunan yang mencapai Rp83 miliar pada 2023. Pada perhitungan trailing twelve months (TTM) hingga kuartal kedua 2024, LEAD mencatat kerugian sebesar Rp42 miliar, yang masih lebih baik dari kerugian Rp83 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan kapitalisasi pasar yang saat ini mencapai Rp397 miliar dan jumlah saham beredar sebesar 4,05 miliar, LEAD berusaha memperbaiki kinerja keuangannya, meskipun tantangan sektor migas masih signifikan.
Dari sisi kinerja saham, LEAD mengalami kenaikan 4,26 persen, menguat menjadi Rp98 per saham pada perdagangan hari ini. Saham perusahaan yang bergerak di sektor minyak, gas, dan batu bara ini berada di level tertinggi Rp99 setelah sebelumnya berada pada posisi terendah Rp94.(*)