KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu, 2 Oktober 2024, diperkirakan bergerak fluktuatif namun berakhir melemah di kisaran Rp15.130 hingga Rp15.240. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi.
“Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.130 - Rp15.240,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis yang diterima KabarBursa.com, Senin, 1 Oktober 2024.
Menurut Ibrahim, pelemahan ini dipicu oleh faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pergerakan mata uang domestik.
Dari faktor eksternal, penguatan indeks dolar AS turut membebani pergerakan rupiah. Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, dalam pidatonya di Tennessee, menegaskan bahwa pemotongan suku bunga lebih besar tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.
Powell menyatakan bank sentral AS kemungkinan hanya akan memangkas suku bunga seperempat poin persentase dalam kebijakan ke depannya.
Pasar keuangan pun bereaksi dengan mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 35,4 persen, dari sebelumnya 53,3 persen sehari sebelum pidato tersebut, menurut data FedWatch Tool dari CME Group.
Selain itu, kondisi geopolitik di Timur Tengah juga menjadi perhatian utama. Israel meluncurkan serangan darat terbatas ke Lebanon, yang diiringi dengan meningkatnya ketegangan setelah pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, pada Jumat lalu. Konflik ini meningkatkan kekhawatiran pasar, terutama atas potensi keterlibatan AS dan Iran.
Di dalam negeri, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,12 persen pada September 2024 secara bulanan, yang menambah catatan deflasi selama lima bulan berturut-turut. Tingkat inflasi tahunan Indonesia berada di level 1,84 persen, lebih rendah dari perkiraan ekonom yang sebelumnya memproyeksikan inflasi di angka 2 persen.
Kelompok pengeluaran yang menyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan penurunan sebesar 0,59 persen. Sementara itu, komoditas yang menyumbang inflasi meliputi ikan segar dan kopi bubuk, serta biaya kuliah akademi perguruan tinggi dan sigaret kretek mesin.
Meski inflasi mereda, tekanan terhadap rupiah masih besar akibat faktor global. Pada perdagangan sore kemarin, rupiah ditutup melemah 66 poin ke level Rp15.206 dari penutupan sebelumnya di Rp15.140. "Faktor global, terutama dari Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik, terus membayangi pergerakan rupiah," ujar Ibrahim.
Para pelaku pasar diperkirakan akan tetap mencermati data-data ekonomi AS yang akan dirilis sepanjang pekan ini, termasuk data ketenagakerjaan yang krusial pada Jumat mendatang.
Koordinator Riset dan Edukasi Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin, mengatakan rupiah masih tertekan oleh sentimen negatif. Menurutnya, meskipun data ISM Manufacturing PMI dan ketenagakerjaan JOLTs Job Openings diprediksi menurun, banyak pihak optimis data tersebut akan membaik.
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan PDB, pesanan barang tahan lama (Durable Goods), serta klaim pengangguran yang menunjukkan akselerasi. "Perlambatan inflasi menjadi faktor yang memicu pasar untuk mencermati perkembangan kebijakan suku bunga The Fed ke depannya," katanya, Selasa, 1 Oktober 2024.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah ke posisi Rp15.190 dalam perdagangan kemarin, 1 Oktober 2024. Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah penurunan dolar AS dan mayoritas mata uang Asia lainnya.
Rupiah melemah 50,50 poin atau 0,33 persen ke level Rp15.190 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga turun 0,06 persen ke posisi 100,71.
Mayoritas mata uang Asia juga melemah. Yen Jepang dan won Korea masing-masing turun 0,04 persen dan 0,36 persen. Selain itu, yuan China turun 0,11 persen, rupee India melemah 0,12 persen, dan peso Filipina turun 0,16 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan rupiah akan bergerak fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp15.080 – Rp15.160 per dolar AS pada akhir perdagangan kemarin.
Menurutnya, pasar masih menanti pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell, terkait petunjuk percepatan pelonggaran moneter yang akan dirilis pekan ini. "Akan ada rilis data tentang lowongan pekerjaan dan perekrutan swasta, bersama dengan survei ISM mengenai sektor manufaktur dan jasa," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis.
Selain itu, ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat setelah Israel memperluas serangannya terhadap kelompok Hizbullah dan Houthi yang didukung Iran, yang turut memperburuk konflik di Lebanon.
Di Asia, aktivitas manufaktur China menyusut tajam pada September 2024 seiring dengan penurunan pesanan baru dari dalam dan luar negeri. Penurunan ini juga terlihat dari indeks PMI manufaktur Caixin/S&P Global China yang jatuh ke level 49,3 pada September 2024.
Dari dalam negeri, pasar menyambut baik rencana prefunding untuk pembiayaan APBN 2025 melalui penerbitan surat berharga negara (SBN) dalam mata uang asing. Likuiditas asing diharapkan mampu menutup kebutuhan investasi jangka panjang, terutama setelah The Fed menurunkan suku bunganya sebesar 50 bps pada September dengan kemungkinan ada penurunan lagi hingga dua kali.
"Penurunan suku bunga ini diharapkan bisa mendorong aliran dana keluar dari AS dan masuk ke pasar negara berkembang seperti Indonesia," kata Ibrahim.
Pada perdagangan sore kemarin, nilai tukar rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.206 per dolar AS. Rupiah terdepresiasi sebesar 66 poin atau 0,44 persen di tengah penguatan dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS menguat 0,18 persen ke level 100,96. Mata uang Asia lainnya juga mengalami pelemahan. Yen Jepang turun 0,25 persen, won Korea melemah 0,55 persen, yuan China turun 0,11 persen, rupee India melemah 0,02 persen, dan baht Thailand turun 0,43 persen.(*)