Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Penghimpunan Dana di Pasar Modal Capai Rp137,05 Triliun

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 01 October 2024 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Redaksi
Penghimpunan Dana di Pasar Modal Capai Rp137,05 Triliun

KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa penghimpunan dana melalui penawaran umum di pasar modal Indonesia telah mencapai Rp137,05 triliun hingga saat ini. Mayoritas dari jumlah tersebut diperoleh melalui penawaran saham perdana, dengan nilai mencapai Rp4,39 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa pengumpulan dana di pasar modal masih menunjukkan tren positif, di mana nilai penawaran umum mencapai Rp137,05 triliun, dengan Rp4,39 triliun berasal dari 28 emiten baru.

OJK juga memberikan informasi mengenai perkembangan bursa karbon, yang sejak diluncurkan pada 26 September 2023 telah mengizinkan 81 pengguna jasa dengan total volume mencapai 613.897 ton CO2 ekuivalen, setara dengan Rp37,06 miliar.

Selain itu, penggalangan dana melalui Securities Crowdfunding (SCF) mengalami pertumbuhan signifikan, dengan 17 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dan total 625 penerbitan efek. Inisiatif ini melibatkan sekitar 163.000 pemodal, berhasil menghimpun dana SCF yang teradministrasi di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebesar Rp1,22 triliun.

Di tengah pertumbuhan positif ini, OJK tetap fokus pada penegakan peraturan dan perlindungan konsumen di sektor pasar modal.

Pada bulan September 2024, OJK memberikan sanksi administratif berupa denda kepada satu emiten dan satu sales perusahaan efek, serta mengeluarkan peringatan tertulis kepada satu perusahaan.

“OJK juga sedang menyusun ketentuan baru untuk industri pasar modal, termasuk RPOJK tentang penerapan manajemen risiko dan penilaian tingkat kesehatan manajer investasi, serta POJK mengenai penilaian reksa dana dan penilaian manajer investasi,” kata Inarno di acara konferensi pers RDKB di Jakarta, 1 Oktober 2024.

Dalam konteks global, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyoroti tingginya ketidakpastian yang masih melanda pasar global, meskipun banyak bank sentral melonggarkan kebijakan moneternya.

Dia mencatat bahwa penurunan suku bunga oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) memberikan sentimen positif, meski tetap berisiko terpengaruh oleh ketegangan global yang meningkat.

“Tingginya inflasi global yang mulai terkontrol memungkinkan bank sentral AS menurunkan suku bunga secara agresif sebesar 50 basis poin,” jelasnya.

Mahendra juga menyoroti dampak situasi di China, di mana penurunan aktivitas manufaktur telah meningkatkan tingkat pengangguran ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir, termasuk peningkatan pengangguran di kalangan anak muda.

Di Eropa, tekanan perekonomian semakin mendalam dengan penurunan proyeksi pertumbuhan dan peningkatan proyeksi inflasi. Mahendra menegaskan bahwa bank sentral global mulai melakukan siklus penurunan suku bunga yang agresif, dengan Bank Sentral Tiongkok (PBOC) memberikan dukungan bagi perekonomian melalui penurunan suku bunga kebijakan dan janji untuk mengambil langkah akomodatif lebih lanjut. Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah China mengurangi uang muka untuk pembelian rumah dan memperpanjang dukungan untuk sektor properti guna merangsang ekonomi domestik.

Sementara itu, Mahendra melaporkan bahwa OJK berupaya memperkuat kerja sama dengan Bank Negara Malaysia (BNM), termasuk kolaborasi di bidang perbankan syariah, keuangan berkelanjutan, dan pengembangan lembaga jasa keuangan di kedua negara.

“Saya telah bertemu langsung dengan Gubernur BNM, Abdul Rasheed Ghaffour, untuk membahas berbagai kerja sama,” ujarnya.

Di tengah semua perkembangan ini, Mahendra menekankan bahwa Indonesia tetap menjaga stabilitas perekonomian dengan inflasi terjaga dan neraca perdagangan surplus, meskipun perlu diwaspadai risiko-risiko yang mungkin timbul, seperti pelemahan kinerja ekonomi global dan ketegangan geopolitik yang tetap tinggi.

“Sektor jasa keuangan perlu melakukan langkah antisipatif ke depan,” tegasnya.

Kinerja IHSG Tumbuh 0,34 Persen

Diberitakan sebelumnya Inarno Djajadi menilai kinerja pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan positif seiring dengan membaiknya ekonomi global.

Dari awal September hingga 27 September 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik sebesar 0,34 persen, mencapai level 7.696, dan jika dilihat dari awal tahun IHSG mencatatkan penguatan 5,83 persen.

“Sejalan dengan sentimen positif di pasar keuangan global, pasar saham Indonesia pada September 2024 sempat mencapai rekor tertinggi di 7.905,” ujar Inarno dalam konferensi pers RDK OJK di Jakarta pada 1 Oktober 2024.

Namun, meskipun IHSG menunjukkan penguatan, nilai kapitalisasi pasar bursa saham domestik turun sebesar 1,82 persen (month to date/mtd) menjadi Rp12.875 triliun. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penguatan IHSG pada bulan September 2024 adalah masuknya dana asing ke pasar modal Indonesia.

“Net buy hingga 26 September tercatat sebesar Rp1,31 triliun, meskipun secara year to date net sell mencapai Rp 9,8 triliun,” tambah Inarno. (*)