KABARBURSA.COM - Belum terjadi perubahan sentimen signifikan terkait ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR). Mata uang Rupiah, pada akhir perdagangan Selasa, mengalami penguatan didorong oleh ekspektasi pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga acuan AS.
Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar uang, menyatakan bahwa tidak ada perubahan sentimen yang mencolok terkait pemangkasan suku bunga acuan AS.
"Tidak ada data baru dari AS yang dirilis pada Senin kemarin," ujar Tjendra dikutip ANTARA.
Survei CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa probabilitas pemangkasan suku bunga acuan AS pada tahun 2024 masih tinggi dan kemungkinan dimulai pada bulan Maret. Pasar menantikan data ekonomi penting yang akan dirilis pekan ini, khususnya dari AS, untuk mengkonfirmasi ekspektasi pemangkasan suku bunga tersebut.
Ariston menambahkan bahwa data tersebut melibatkan informasi perumahan, Produk Domestik Bruto (PDB), dan indeks harga inti PCE (Core PCE Price Index). Di dalam negeri, pasar juga memperhatikan arah kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) ke depan, yang akan ditetapkan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Desember 2023.
Bank Indonesia diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga acuannya. Pada penutupan perdagangan Selasa, Rupiah mengalami kenaikan sebanyak empat poin atau 0,03 persen menjadi Rp15.506 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.510 per dolar AS.
Sementara itu, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menguat ke level Rp15.506 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.516 per dolar AS.