KABARBURSA.COM - PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) meluncurkan proyek baru dalam kategori makanan segar yang diberi nama Ja-Di, pada Agustus 2024.
Proyek ini dilakukan perseroan sebagai langkah strategis untuk memaksimalkan potensi bisnis dengan mengalihfungsikan area yang sebelumnya digunakan untuk konsep Lawson store-in-store (SIS) yang kurang berkinerja baik. Sebanyak 20 hingga 30 Lawson SIS telah ditutup sepanjang bulan tersebut.
Bahana Sekuritas, melalui risetnya, Rabu, 11 September 2024, mengungkapkan bahwa, perseroan, menurut informasi dari tim hubungan investor (investor relation/IR) MIDI berencana untuk menutup lebih banyak toko Lawson yang tidak menguntungkan sepanjang tahun ini.
Melalui inisiatif Ja-Di, MIDI memperkenalkan gerai makanan yang menyediakan berbagai produk, mulai dari jus buah campur, es krim dalam bentuk scoop dan cone, hingga minuman siap saji (RTD) serta camilan lokal sehingga meningkatkan pengalaman belanja di Alfamidi.
Adapun nama Ja-Di sendiri merupakan singkatan dari "Jajan di Alfamidi," sebuah konsep yang bertujuan untuk menarik minat pelanggan dengan menawarkan produk-produk segar dan lokal.
Menariknya, gerai-gerai ini dikelola langsung oleh karyawan Alfamidi, yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasional toko.
Pada tahap awal, Ja-Di masih dalam skala terbatas sebagai bagian dari proyek percontohan. Perusahaan sedang mencari umpan balik dari pelanggan guna menyempurnakan konsep ini sebelum dilakukan ekspansi lebih lanjut.
Rencana awalnya, MIDI akan membuka 50 gerai Ja-Di di toko-toko Alfamidi di Pulau Jawa hingga akhir tahun ini. Jika terbukti menguntungkan, model bisnis ini akan diperluas ke toko-toko Alfamidi lainnya.
Tidak hanya berfokus pada inovasi produk di dalam toko, MIDI juga agresif melakukan ekspansi ke luar Jawa. Wilayah di luar Jawa memberikan kontribusi pertumbuhan pendapatan yang signifikan, tercatat pertumbuhan pendapatan kuartal kedua tahun 2024 dari wilayah luar Jawa mencapai 14,8 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp2 triliun.
Salah satu faktor yang berkontribusi adalah biaya operasional yang lebih rendah di wilayah ini, terutama dalam hal biaya sewa, yang jauh lebih murah dibandingkan dengan wilayah Jakarta Raya dan Jawa.
Selain itu, MIDI terus memperkenalkan produk-produk makanan segar baru sebagai strategi untuk mempertahankan pelanggan dan meningkatkan penjualan. Salah satu upayanya adalah melatih karyawan agar lebih efektif dalam mengurangi pemborosan makanan dengan mengatur tampilan produk berdasarkan jam sibuk dan tidak sibuk.
Penutupan toko Lawson yang kurang menguntungkan di semester kedua 2024 diharapkan dapat meningkatkan margin operasional MIDI, yang diproyeksikan akan naik sekitar 0,1 persen. Peningkatan ini dapat berpotensi meningkatkan laba bersih perusahaan hingga 5,9 persen.
Selain ekspansi fisik, MIDI juga menunjukkan kinerja penjualan yang kuat di wilayah luar Jawa. SSSG (same store sales growth) untuk bulan Juli dan Agustus 2024 tetap bertahan di angka belasan yang tinggi, terutama di wilayah luar Jawa.
Faktor-faktor seperti kepadatan penduduk dan tingkat pendapatan di wilayah-wilayah ini diprediksi akan terus mendukung pertumbuhan produktivitas.
Dengan ruang ritel yang lebih besar di Alfamidi, perusahaan memiliki fleksibilitas untuk menawarkan produk dengan margin yang lebih tinggi, seperti produk perawatan pribadi dan perawatan kulit.
MIDI juga tetap berhati-hati dalam memperluas jaringan toko Alfamidi dan Lawson. Potensi penutupan toko-toko Lawson yang tidak menguntungkan di semester kedua tahun ini diiringi dengan upaya perusahaan untuk mengidentifikasi lokasi toko yang optimal guna mendukung ekspansi ke depannya.
Masih merujuk sumber yang sama, Bahana Sekuritas menyampaikan target harga saham MIDI selanjutnya.
Dengan menghadapi prospek positif ini, MIDI meningkatkan target SSSG-nya menjadi 8 persen dari target sebelumnya sebesar 6 persen, serta menaikkan target pertumbuhan pendapatan menjadi 13 persen dari 11 persen.
"Kami tetap memberikan rekomendasi "BELI" dengan target harga Rp520 per saham, berdasarkan proyeksi P/E 27x untuk EPS 2025," tulis Bahana Sekuritas melalui risetnya tersebut.
Meskipun begitu, lanjut riset itu, terdapat risiko-risiko yang perlu diwaspadai, seperti daya beli konsumen yang lemah, tantangan eksekusi, kenaikan biaya sewa, inflasi yang tinggi, persaingan yang agresif, serta tantangan makroekonomi yang lebih luas.
"Dengan strategi inovatif seperti Ja-Di dan ekspansi agresif di luar Jawa, MIDI memperlihatkan prospek yang menjanjikan untuk terus meningkatkan kinerja keuangan dan memperluas pangsa pasar di tengah persaingan yang ketat," tutup artikel tersebut. (*)