KABARBURSA.COM - PEFINDO kembali menegaskan peringkat idAAA dengan prospek stabil untuk PT Bank Cimb Niaga Tbk (Bank Cimb Niaga) serta seluruh obligasi yang masih beredar. Prospek stabil ini mencerminkan pandangan terhadap kondisi perusahaan yang tetap kokoh.
Pada saat bersamaan, PEFINDO juga mengukuhkan peringkat idAAA(sy) untuk Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I/2020. Seperti dalam keterangannya di Jakarta, 5 September 2024.
Tak hanya itu, peringkat idAA juga dipertahankan untuk obligasi subordinasi Bank yang masih berjalan, dua tingkat lebih rendah dari peringkat induk, seiring dengan adanya klausul non-viability. Bank CIMB Niaga berencana melunasi Obligasi Subordinasi III Tahap I Tahun 2019 Seri C senilai Rp481,0 miliar dan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2019 sebesar Rp83,0 miliar yang akan jatuh tempo pada 19 Desember 2024. Pelunasan akan menggunakan dana internal, dengan cadangan yang ditempatkan di bank sentral sebesar Rp6,7 triliun per 30 Juni 2024.
Peringkat ini didorong oleh potensi dukungan yang sangat kuat dari CIMB Group selaku induk perusahaan, serta profil kredit Bank CIMB Niaga yang mencerminkan kekuatan bisnis yang solid dan profil permodalan yang tangguh. Namun, kondisi tersebut juga terbatas oleh tingginya tingkat persaingan dan tantangan makroekonomi yang terus berlanjut.
Penurunan peringkat dapat terjadi jika PEFINDO melihat adanya pelemahan signifikan dalam tingkat dukungan dari induk, yang mungkin tercermin melalui penurunan kepemilikan atau kontribusi material terhadap CIMB Group.
PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mengumumkan perkembangan pengalihan saham hasil pembelian kembali untuk periode 30 Juni 2024.
Fransiska Oei, Direktur Kepatuhan dan Corporate Secretary BNGA menyampaikan bahwa pada periode 1 Januari 2024 hingga 30 Juni 2024 belum ada pengalihan kembali saham hasil pembelian kembali. Seperti dalam keterangan tertulisnya pada Selasa 9 Juli 2024.
Fransiska menjelaskan bahwa sesuai dengan Keterbukaan Informasi Perseroan pada 19 Februari 2024, saham hasil pembelian kembali akan digunakan untuk program remunerasi variabel dalam bentuk saham bagi Manajemen Perseroan yang termasuk Material Risk Taker (MRT).
PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) telah mencatat kinerja yang mengesankan dengan laba bersih sepanjang 2023 mencapai Rp 6,47 triliun, meningkat 28,42 persen secara tahunan (YoY).
Kinerja ini sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit yang dilakukan oleh CIMB Niaga selama periode tersebut. Bank tersebut mencatat peningkatan kredit sebesar 8,5 persen YoY atau mencapai Rp 213,4 triliun.
Kredit korporasi memberikan kontribusi terbesar dengan jumlah Rp 83,4 triliun, yang juga mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 11,7 persen YoY.
Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi di segmen syariah, mencapai 17 persen, dengan pembiayaan sebesar Rp 55,2 triliun.
Namun, kredit konsumer mengalami pertumbuhan paling lambat, hanya sebesar 6,9 persen YoY dengan nilai mencapai Rp 71,8 triliun.
Meskipun kredit tumbuh, pendapatan bunga bersih bank tersebut turun tipis 0,92 persen YoY menjadi Rp 13,35 triliun. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh era suku bunga tinggi yang meningkatkan beban bunga sebesar 58,79 persen YoY menjadi Rp 13,35 triliun.
Untungnya, CIMB Niaga berhasil meningkatkan rasio dana murahnya menjadi 63,9 persen dari tahun sebelumnya sebesar 63,6 persen. Dana Pihak Ketiga (DPK) CIMB Niaga juga tumbuh sebesar 3,8 persen YoY atau mencapai Rp 235,9 triliun.
Pendapatan berbasis komisi juga menjadi penopang pertumbuhan laba dengan meningkat 30,7 persen menjadi Rp 3,15 triliun.
Dari sisi kualitas kredit, CIMB Niaga berhasil menurunkan rasio gross NPL-nya menjadi lebih baik, dari 2,8 persen di tahun 2022 menjadi 2 persen di tahun 2023.
Unit Usaha Syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk, atau yang dikenal sebagai CIMB Niaga Syariah, tengah merancang strategi bisnisnya menyongsong tahun 2024 di tengah wacana persiapan spin-off.
Direktur Syariah CIMB Niaga, Pandji P Djajanegara, menyatakan fokus utama mereka pada bisnis pembiayaan di segmen konsumer dan SME di tahun 2024.
Namun, dalam langkah persiapannya, CIMB Niaga Syariah berencana mengurangi portofolio korporasi sebagai respons terhadap rencana spin-off. Hal ini dilakukan untuk menjaga modal CIMB Niaga Syariah yang mungkin akan mengalami penyusutan ketika lepas dari bank induk. Spin-off ini sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 12 Tahun 2023 yang mengharuskan bank umum melakukan spin-off unit usaha syariah jika asetnya mencapai minimal Rp 50 triliun atau setidaknya 50 dari aset bank umum tersebut.
Dengan total aset mencapai Rp 61,46 triliun per September 2023, CIMB Niaga Syariah telah memenuhi syarat untuk melaksanakan spin-off. Pandji memperkirakan aset pembiayaan hingga laba CIMB Niaga Syariah akan tetap tumbuh di tahun 2024, walaupun tidak signifikan. Ini disebabkan oleh tahun politik dan fokus pada persiapan spin-off.
Pada segmen konsumer, pembiayaan akan difokuskan pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR), kartu kredit, dan pembiayaan pribadi. Hingga September 2023, laba CIMB Niaga Syariah mencapai Rp 136 triliun, meningkat 18,73 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam konteks pertumbuhan aset, pembiayaan syariah CIMB Niaga meningkat 16,98 persen YoY menjadi Rp 5,289 triliun. Kualitas aset juga terjaga dengan baik, terlihat dari rasio non-performing finance (NPF) gross yang turun menjadi 1,11 persen per September 2023. NPF nett juga menurun menjadi 0,43 persen dari sebelumnya 0,49 persen.(*)