KABARBURSA.COM - NH Korindo Sekuritas Indonesia Research (NHKSI) mengimbau kepada investor maupun trader untuk menerapkan trailing stop.
NHKSI Research, dalam analisanya yang diterima Kabar Bursa, Kamis, 5 September 2024 menuliskan hal tersebut harus dilakukan karena gamangnya posisi indeks market regional.
"Cermati rotasi sektor dan tetap jangan lengah untuk terus menerapkan trailing stop karena gamangnya posisi indeks market regional, terlebih di pekan ini yang mengandung banyak data ekonomi sensitif," tulis NHKSI Research.
Di sisi lain, NHKSI Research menyampaikan para investor di Asia tengah bersiap menghadapi gelombang rilis data ekonomi papan atas pada hari Kamis, seiring mereka terus mencerna turbulensi pasar minggu ini yang dipicu oleh kekhawatiran bahwa 'soft landing' ekonomi Amerika Serikat yang diharapkan dapat berakhir pada sesuatu yang jauh lebih buruk.
"Angka jolts job openings yang jatuh ke titik terendah 3,5 tahun diartikan sebagai sinyal lain bagi investor untuk menjual saham, membeli obligasi, dan memposisikan diri untuk pemotongan suku bunga AS yang lebih besar," ungkap NHKSI.
NHKSI juga menyebut, totalan pelonggaran kebijakan moneter The Fed diperkirakan bisa sampai sebesar 225 bps pada akhir tahun depan. Itu adalah tingkat pelonggaran kebijakan yang secara historis konsisten dengan resesi.
"Untuk pasar Asia dan negara berkembang, penurunan imbal hasil AS dan melemahnya Dollar sering kali merupakan sinyal positif. Namun tidak demikian jika hal itu mencerminkan potensi resesi di masa mendatang," tulis NHKSI.
Diberitakan sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 41,13 poin (0,54 persen) ke 7.714 sehingga berada di zona hijau mengawali perdagangan Kamis, 5 September 2024.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia, volume perdagangan tercatat 1,2 miliar saham dengan nilai transaksi Rp620 miliar. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 63.358 kali. Sebanyak 233 saham menguat, dan 107 saham melemah. Sementara, 192 saham tidak bergerak.
Sebelum menempati levelnya saat ini, IHSG sempat berada pada posisi yang lebih tinggi di level 7.722,22. Sementara posisi terendahnya berada pada level 7.679,54.
Sentimen pasar pada perdagangan hari ini sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan global. Namun dari dalam negeri, mengutip riset Ajaib Sekuritas sentimen dari dalam negeri, IHSG terapresiasi utamanya ditopang oleh pergerakan saham Grup Barito.
Penguatan IHSG terjadi ketika pergerakan Bursa Asia dan Wall Street terkoreksi. Investor asing tercatat beli bersih di pasar ekuitas domestik senilai Rp 192,58 miliar. Sejalan dengan inflow dari investor asing, nilai rupiah terus menguat.
Rupiah JISDOR berada pada level Rp15.490 per dolar AS, Rabu, 4 September 2024. Di sisi lain, Badan Anggaran (Banggar) DPR RI pada 4 September 2024 menyepakati postur sementara APBN Tahun Anggaran 2025. Meskipun terjadi perubahan dalam komposisi postur APBN, namun defisit anggaran tetap sebesar Rp616,19 triliun atau 2,53 persen terhadap PDB.
Lebih lanjut salah satu faktor utama yang memengaruhi pasar adalah defisit perdagangan Amerika Serikat yang melebar ke level tertinggi dalam dua tahun pada bulan Juli. Defisit perdagangan yang signifikan ini diperkirakan akan memberikan dampak tambahan pada Produk Domestik Bruto (PDB) AS, setelah kontribusinya terhadap PDB mengalami penurunan terbesar sejak awal tahun 2022 pada kuartal kedua.
Menurut laporan BloombergNews yang dikutip dari data Departemen Perdagangan AS yang dirilis pada Rabu, 4 September 2024, defisit perdagangan barang dan jasa Amerika Serikat meningkat sebesar 7,9 persen menjadi USD78,8 miliar. Kenaikan ini mencerminkan defisit perdagangan yang semakin melebar dan menunjukkan dampak negatif terhadap ekonomi secara keseluruhan.
Nilai impor barang dan jasa mengalami kenaikan sebesar 2,1 persen, mencapai level tertinggi sejak Maret 2022. Sementara itu, ekspor hanya meningkat sebesar 0,5 persen. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini tidak disesuaikan dengan inflasi, sehingga memberikan gambaran yang mungkin tidak sepenuhnya akurat mengenai dinamika perdagangan internasional.
Selain itu, data terbaru mengenai lowongan pekerjaan di AS, yang dikenal dengan sebutan JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Survey), menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan dan mencapai level terendah sejak tahun 2021. Laporan ini dirilis menjelang data penggajian yang sangat dinantikan pada hari Jumat, yang akan menjadi laporan tenaga kerja terakhir sebelum pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 18 September nanti.
Kelemahan pasar tenaga kerja AS, bersamaan dengan penurunan angka inflasi, telah mendorong Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell, untuk menyatakan bahwa saatnya sudah tiba bagi Bank Sentral untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan.
Data tersebut telah memicu spekulasi bahwa kemungkinan adanya perubahan kebijakan moneter oleh The Fed mungkin akan terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan untuk mencegah kemungkinan resesi, yang tercermin dari pelambatan laju pertumbuhan ekonomi AS.
Di pasar swap, para pedagang semakin meningkatkan kemungkinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan FOMC bulan September ini. Probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin kini mencapai 44 persen, menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Sebaliknya, kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin melandai menjadi 56 persen, turun dari angka sebelumnya yang sempat mencapai 70 persen. Para pelaku pasar memperkirakan bahwa Fed Fund Rate pada akhir tahun ini akan berada di level 4,5 persen.
Neil Dutta dari Renaissance Macro Research menambahkan, “Pasar tampaknya memandang bulan September sebagai momen krusial di mana keputusan antara pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 50 basis poin akan diambil, seperti melempar koin.”(*)