KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia menetapkan target penerbitan Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp666,44 triliun di tahun 2024, menunjukkan kenaikan dari tahun sebelumnya. Meski demikian, prospek penerbitan tersebut masih harus berhadapan dengan tantangan eksternal, termasuk suku bunga The Fed, nilai tukar rupiah, dan tingkat inflasi yang masih mengintai.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto, mengungkapkan bahwa tekanan eksternal telah menyebabkan kenaikan yield obligasi sebesar 28 basis poin. Meskipun demikian, yield tersebut masih tercatat lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara sejawat seperti Singapura, Korea Selatan, Filipina, India, dan Thailand.
"Spread antara yield obligasi pemerintah Indonesia dengan US Treasury semakin menipis, namun ini sebagian besar dipengaruhi oleh keberhasilan kita dalam mengendalikan inflasi, yang terbukti lebih baik daripada Amerika yang masih berpegang pada tingkat inflasi sekitar 3 persen," ujar Suhindarto.
Dari segi risiko, Suhindarto menyoroti bahwa Credit Default Swap (CDS) masih berada di bawah rata-rata historis, menandakan kondisi yang menguntungkan. Penyelidikan terhadap kepemilikan asing di pasar obligasi Indonesia sepanjang 2023 menunjukkan bahwa investor asing telah kembali dengan peningkatan signifikan, mencapai sekitar Rp834 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp762 triliun.
Melihat ke depan, Suhindarto memperkirakan bahwa pasokan baru obligasi pemerintah tidak akan mengalami perubahan signifikan, terlihat dari jumlah obligasi yang akan jatuh tempo pada 2024 sebesar Rp565 triliun, sedikit lebih tinggi dari tahun ini yang mencapai Rp482 triliun.
"Meskipun kebutuhan refinancing mengalami kenaikan kecil dibandingkan dengan tahun 2023, kami memperhatikan bahwa penerbitan surat utang untuk menutup defisit anggaran kemungkinan tidak akan mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan tahun 2022," tambahnya.
Di tengah prospek moneter yang lebih longgar, Pefindo menyoroti potensi penurunan yield pada tahun mendatang, yang dapat mendorong peningkatan penerbitan. Sejalan dengan rencana Pemerintah, pembiayaan utang dari Surat Berharga Negara (SBN) diharapkan mencapai Rp666,44 triliun, menunjukkan kenaikan sebesar 83,6 persen dari outlook APBN tahun 2023 yang sebesar Rp362,93 triliun.