Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Melihat Saham HMSP dan GGRM di Tengah Misteri Tarif Cukai Tembakau

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 31 August 2024 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Redaksi
Melihat Saham HMSP dan GGRM di Tengah Misteri Tarif Cukai Tembakau

KABARBURSA.COM - Penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk tahun 2025 ibarat misteri yang hingga kini belum juga terpecahkan.

Skema cukai multiyears yang telah diberlakukan sejak beberapa tahun terakhir akan berakhir pada 2024. Sementara, dalam Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN 2025, pemerintah tidak mencantumkan kenaikan tarif CHT untuk mendukung penerimaan cukai pada tahun depan. Hal ini meninggalkan ketidakpastian mengenai langkah yang akan diambil pemerintah selanjutnya.

Imbas ketidakpastian itu, dampaknyang terjadi tidak hanya dirasakan oleh industri rokok saja. Namun, tanda tanya besar juga tertuju pada pergerakan saham emiten rokok dalam hal ini PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM). Apakah ketidakpastian ini mempengaruhi pergerakan sahamnya?

Pengamat Pasar Modal sekaligus founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, menilai bahwa penyesuaian tarif cukai rokok akan menjadi beban yang dapat memicu kenaikan pengeluaran jika ditanggung oleh produsen, atau menekan pembelian dan pendapatan jika beban tersebut dialihkan kepada konsumen.

"CHT Jelas jadi beban dan bisa memacu naik pengeluaran jika memang ditanggung produsen atau jika ditanggung konsumen akan menekan pembelian dan menekan pendapatan," katanya kepada Kabar Bursa, Sabtu 31 Agustus 2024.

Menurut Wahyu, hal ini telah menjadi sentimen negatif yang memengaruhi kinerja emiten rokok, khususnya HMSP dan GGRM. Ia mencatat bahwa kinerja dari kedua emiten rokok tersebut saat ini dalam kondisi lemah.

Pandangan ini juga sejalan dengan pendapat Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi, yang menyatakan bahwa pasar masih menantikan kebijakan resmi dari pemerintah terkait cukai untuk tahun 2025.

Menurutnya, dalam Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN 2025, pemerintah tidak mencantumkan kenaikan tarif CHT untuk mendukung penerimaan cukai pada tahun depan. Namun, jika terjadi kenaikan sebesar 10 persen seperti pada 2023 dan 2024, hal ini diprediksi akan menjadi sentimen negatif bagi emiten rokok.

"Jika terjadi kenaikan Kembali seperti tahun 2023 dan 2024 sebesar 10 persen maka akan menjadi sentiment negative untuk emiten rokok," terang dia kepada Kabar Bursa, Sabtu 31 Agustus 2024.

Kinerja HMSP

Emiten rokok ini tengah menghadapi tekanan signifikan dengan penurunan laba bersih sebesar Rp1,07 triliun pada kuartal terbaru, yang berarti turun 33 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kondisi ini semakin diperburuk oleh penurunan tajam saham HMSP sebesar 21,67 persen secara Year-to-Date (YTD), yang mempertegas tren bearish yang sedang berlangsung.

Harga saham HMSP diperkirakan bisa turun hingga ke level 600, dan meskipun ada potensi rebound ke 800, kemungkinan untuk kembali menguat secara signifikan tampaknya sulit.

Bahkan, jika harga mendekati atau melewati 1000, risiko koreksi kembali mengintai. Secara teknikal, support saat ini berada pada level 675, dan indikator MACD menunjukkan potensi terjadinya death cross, yang mengindikasikan kemungkinan penurunan harga saham lebih lanjut.

Penurunan Laba Bersih GGRM

Kondisi serupa juga dialami oleh GGRM, yang menunjukkan penurunan laba bersih yang signifikan pada semester I-2024. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk hanya mencapai Rp 925,51 miliar, turun drastis sebesar 71,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang mencatatkan Rp 3,28 triliun.

Bahkan GGRM, tercatat tidak membagikan dividen pada 2024 meskipun mencatatkan laba. Hal ini sangat kontras dengan dua dekade terakhir di mana GGRM selalu konsisten membagikan dividen tiap tahunnya, menunjukkan bahwa kinerja emiten ini telah terdampak secara signifikan.

Saham GGRM mengalami penurunan sebesar 19,43 persen YTD dan terus berada dalam tren bearish yang bisa mengarah ke level 16.000 hingga 15.000. Secara teknikal, level support saat ini memang berada pada 15.000, dan jika level ini breakdown, potensi penurunan lebih lanjut semakin besar.

Meskipun ada kemungkinan rebound ke level 20.000 hingga 25.000, penguatan signifikan tampaknya sulit terjadi, terutama dengan indikator RSI yang menunjukkan penurunan dan MACD yang melandai di zona negatif. Jika harga mendekati atau melewati 30.000, koreksi kembali akan menjadi ancaman.

Menarik Kesimpulan

Dalam menghadapi ketidakpastian terkait penyesuaian tarif cukai rokok, baik HMSP maupun GGRM menunjukkan kondisi yang cukup rentan.

HMSP mengalami penurunan laba bersih yang signifikan dan harga sahamnya terus melemah dengan potensi penurunan lebih lanjut, terutama dengan indikator teknikal yang tidak menguntungkan.

Di sisi lain, GGRM juga berada dalam tren bearish dengan penurunan yang tajam secara Year-to-Date dan indikator teknikal yang menunjukkan risiko koreksi lebih lanjut.

Melihat kondisi ini, GGRM mungkin sedikit lebih menarik untuk diamati meskipun juga berisiko. Hal ini karena GGRM memiliki potensi rebound ke level 20.000 hingga 25.000, meskipun penguatan signifikan tetap sulit.

Namun, mengingat tren bearish yang kuat dan potensi penurunan lebih lanjut pada kedua emiten, investor perlu berhati-hati dan mungkin lebih baik menunggu kepastian kebijakan cukai sebelum membuat keputusan investasi.

GGRM, dengan potensi rebound yang sedikit lebih tinggi, bisa menjadi pilihan yang lebih aman untuk dipantau dalam jangka pendek, tetapi tetap dengan pertimbangan risiko yang matang.(*)