Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Begini Strategi PTPP Kurangi Utang Jangka Panjang

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 29 August 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Begini Strategi PTPP Kurangi Utang Jangka Panjang

KABARBURSA.COM - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) telah menyusun rencana strategis untuk mendivestasikan sejumlah aset dan melakukan asset recycling sebagai langkah untuk mengurangi beban utang jangka panjang perusahaan. Langkah ini diambil untuk memperbaiki struktur keuangan dan mengurangi biaya yang timbul dari utang jangka panjang yang cukup besar.

Agus Purbianto, Direktur Keuangan PTPP, menjelaskan bahwa perusahaan saat ini fokus mengelola kedua jenis utang, yakni utang jangka pendek dan jangka panjang. Menurut Agus, utang jangka pendek terutama digunakan untuk kebutuhan modal kerja harian perusahaan, sementara utang jangka panjang lebih banyak dialokasikan untuk keperluan investasi jangka panjang dan pengembangan proyek.

“Kami berencana untuk mengurangi utang jangka panjang secara bertahap karena biaya bunganya cukup tinggi. Ini adalah bagian dari strategi kami untuk menurunkan total utang jangka panjang hingga tahun 2029,” ungkap Agus dalam paparan publik yang berlangsung pada hari Rabu, 28 September 2024.

Mengacu pada laporan keuangan terbaru, PTPP secara konsolidasi memiliki total utang jangka panjang sebesar Rp10,53 triliun per Juni 2024. Rincian dari jumlah ini meliputi utang jangka panjang kepada pihak berelasi sebesar Rp6,32 triliun dan utang kepada pihak ketiga sebesar Rp4,2 triliun. Ini menunjukkan adanya beban keuangan yang signifikan yang dihadapi oleh perusahaan.

Di sisi lain, Direktur PTPP, I Gede Upeksa Negara, menekankan bahwa perusahaan juga berupaya untuk kembali fokus pada bisnis inti mereka. Sebagai bagian dari upaya ini, PTPP berencana untuk melepas sejumlah investasi di proyek-proyek yang tidak terkait langsung dengan bisnis inti perusahaan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan keuangan perusahaan.

Pada tahun 2024, PTPP merencanakan divestasi aset senilai Rp 1 triliun sebagai bagian dari upaya tersebut. Secara detail, sekitar 55 persen dari nilai divestasi ini akan berasal dari aset induk (holding), sementara sisanya 45 persen berasal dari aset yang dimiliki oleh anak perusahaan. Divestasi ini diharapkan dapat membantu memperkuat neraca keuangan perusahaan dan mengurangi beban utang.

Lebih lanjut, aset yang akan didivestasikan sebagian besar berasal dari sektor infrastruktur, yaitu sekitar 63 persen, sementara 37 persen lainnya berasal dari sektor plant and equipment. Ini mencerminkan fokus perusahaan pada pengelolaan dan optimalisasi aset-aset yang dianggap kurang strategis untuk keberlanjutan jangka panjang.

Beberapa aset yang akan dilepas oleh PTPP meliputi PT Ultra Mandiri Telekomunikasi dengan kepemilikan saham sebesar 100 persen, PT PP Infrastruktur sebesar 48 persen, PT Celebes Railway Indonesia sebesar 47,81 persen, dan PT PP Semarang Demak sebesar 24,1 persen. Proses divestasi ini menunjukkan langkah konkrit perusahaan dalam melakukan asset recycling untuk mendukung strategi pengurangan utang.

Menurut rencana, penawaran dari calon investor untuk aset-aset tersebut akan diterima pada bulan September dan Oktober 2024. Hal ini diharapkan akan menarik minat investor yang melihat potensi nilai dari aset-aset yang dilepas dan sejalan dengan upaya PTPP untuk meningkatkan likuiditas dan fokus pada bisnis inti.

Wacana PTPP Merger dengan WIKA

PTPP kini tengah mendalami dampak dari rencana merger dengan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Kajian ini tidak hanya mencakup PTPP, tetapi juga seluruh anak usaha yang terhubung.

Gede menjelaskan bahwa mereka telah menunjuk konsultan untuk menganalisis dampak serta merumuskan strategi terbaik untuk penggabungan dengan WIKA. “Hasil kajian akan menentukan waktu dan model holding yang akan diterapkan. Saat ini, kami masih dalam tahap evaluasi baik secara internal maupun kolaboratif,” ujar Gede.

Gede menambahkan bahwa sebelum melangkah ke tahap merger, fokus utama adalah penyehatan perusahaan baik untuk PTPP maupun WIKA. “Kami harus memastikan masing-masing perusahaan dalam kondisi sehat sebelum penggabungan. Oleh karena itu, kami fokus pada program penyehatan,” jelasnya.

Hasil kajian yang telah disusun bersama akan diserahkan kepada Kementerian BUMN untuk menunggu arahan mengenai langkah berikutnya. “Kami akan menunggu instruksi lebih lanjut dari BUMN sebagai tindak lanjut proses ini. Saat ini, kami masih dalam tahap kajian internal dan bersama mitra kami,” ujar Gede.

Sekretaris Perusahaan WIKA, Mahendra Vijaya, juga mengonfirmasi bahwa persiapan untuk merger BUMN Karya sedang berlangsung, meski detail mengenai skema penggabungan belum dipublikasikan. “Kami akan mematuhi setiap keputusan yang diambil oleh pemerintah,” ungkap Mahendra.

Staf Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga, menegaskan bahwa proses merger BUMN Karya akan dilakukan setelah transisi pemerintahan presiden terpilih baru pada Oktober mendatang. Rencana merger mencakup tujuh perusahaan: PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Hutama Karya, PT Brantas Abipraya, dan PT Nindya Karya.

Arya menyebutkan bahwa prioritas akan diberikan pada merger antara WSKT dan Hutama Karya, yang direncanakan selesai tahun ini. Ke depannya, merger ini akan menyusut menjadi tiga holding BUMN: ADHI akan bergabung dengan Brantas dan Nindya, WSKT dengan Hutama Karya, dan PTPP dengan WIKA.

Arya juga menegaskan bahwa merger BUMN Karya bukanlah tugas yang mudah. “Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk penilaian nilai aset dan kondisi keuangan perusahaan. Proses ini memerlukan audit menyeluruh,” kata Arya.

Meski demikian, Kementerian BUMN berkomitmen untuk memastikan bahwa tidak ada pihak yang dirugikan dalam proses merger ini. “Kami ingin memastikan bahwa merger tidak berdampak negatif pada entitas yang keuangannya sehat,” tutup Arya. (*)