KABARBURSA.COM - PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) sedang dalam proses mengintegrasikan kinerja keuangan PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) ke dalam laporan keuangan konsolidasi Grup SMN.
Proses konsolidasi ini dimulai sejak kuartal pertama tahun 2024, yang dimulai pada Juli 2024, mengikuti akuisisi mayoritas saham IBST oleh TOWR pada 1 Juli 2024. Akuisisi ini melibatkan transaksi sebesar Rp 3,42 triliun, menjadikan TOWR pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan sebesar 90,11 persen di IBST.
Adam Gifari, Advisor Group Investor Relation Sarana Menara Nusantara, menyatakan bahwa langkah korporasi ini merupakan salah satu transaksi besar yang masih ada di industri menara telekomunikasi. IBST memiliki kontrak jangka panjang yang signifikan, yang akan membantu menjaga stabilitas perusahaan.
TOWR berharap bahwa akuisisi ini akan membawa sinergi yang kuat antara bisnis menara, Fiber to The Tower (FTTT), dan Fiber to The Home (FTTH). Perusahaan menargetkan tambahan EBITDA lebih dari Rp700 miliar dari hasil akuisisi ini.
Adam menjelaskan dalam konferensi pers pada Rabu, 28 Agustus 2024, bahwa stabilitas arus kas dari akuisisi ini memberikan keyakinan kepada pihaknya untuk melanjutkan transaksi. Dengan bertambahnya jumlah menara dan jaringan fiber optik, TOWR, yang merupakan bagian dari Grup Djarum, akan mampu melayani lebih banyak kebutuhan operator telekomunikasi di berbagai kondisi.
“Dengan berkembangnya portofolio kami, kami dapat lebih efektif dalam mengekstrak nilai dan memperbesar dampak sosial ekonomi. Kami juga berencana untuk memperluas segmen fiber optik,” tambah Adam.
Protelindo Grup, bagian dari TOWR, saat ini mengelola lebih dari 34.300 menara dengan tingkat penyewaan mendekati 58.000 serta jaringan fiber optik yang hampir mencapai 170.000 kilometer.
Infrastruktur ini akan mendukung bisnis Fiber to The Tower (FTTT) dengan lebih dari 205.000 kilometer fiber yang menghasilkan pendapatan, serta bisnis Fiber to The Home (FTTH) dengan lebih dari 1,1 juta rumah yang terhubung.
TOWR telah mengungkapkan pencapaian terbaru dan rencana bisnis mereka. Perusahaan menginformasikan bahwa laporan keuangan TOWR untuk kuartal kedua tahun 2024 saat ini masih dalam tahap audit.
Aming Santoso, Direktur Utama dan CEO SMN Group, mengungkapkan bahwa berkat arus kas yang baik dari IBST, perusahaan berhasil melunasi utang bank sebesar Rp580 miliar dan menurunkan biaya bunga dari 8,5-9,0 persen per tahun menjadi sekitar 6,5 persen. Sinergi antara aset dan kegiatan operasional sedang dalam proses dan perusahaan berharap dampaknya akan terlihat pada tahun 2025.
Aming menjelaskan, “Kami telah menemukan sinergi yang sangat baik antara segmen FTTH, FTT, Connectivity, serta dengan segmen menara. Akuisisi 90,11 persen saham IBST pada 1 Juli 2024 memungkinkan kami untuk menambahkan sekitar 3.300 menara dan 16.000 kilometer jaringan fiber optic.”
Untuk rencana bisnis organik SMN tahun 2024, perusahaan tetap menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 4-6 persen, seperti yang telah diumumkan sebelumnya. Proyeksi peningkatan pendapatan ini belum termasuk hasil dari akuisisi PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST), yang masih dalam proses audit.
Akan tetapi, akuisisi mayoritas saham IBST, yang selesai pada 1 Juli 2024, akan mulai dikonsolidasi dalam laporan keuangan TOWR pada awal kuartal ketiga tahun 2024.
Aming juga menambahkan bahwa dengan arus kas IBST yang kuat, perusahaan dapat melunasi utang bank sebesar Rp580 miliar dan menurunkan biaya bunga dari 8,5-9,0 persen menjadi sekitar 6,5 persen. Sinergi aset dan kegiatan operasional yang sedang berlangsung diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan pada tahun 2025.
Public expose ini menegaskan komitmen SMN untuk terus tumbuh dan berinovasi di industri telekomunikasi, dengan memanfaatkan peluang sinergi dan efisiensi untuk meningkatkan kinerja serta nilai bagi pemegang saham.
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2023, TOWR mencatatkan pendapatan sebesar Rp11,74 triliun, mengalami peningkatan sebesar 6,39 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencapai Rp11,03 triliun.
Laba usaha TOWR juga tumbuh sebesar 1,66 persen secara tahunan, mencapai Rp6,94 triliun sepanjang tahun 2023. Sebagai perbandingan, laba usaha TOWR pada tahun 2022 adalah Rp6,82 triliun.
Namun, laba usaha tersebut tertekan oleh peningkatan biaya keuangan yang melonjak 19,49 persen menjadi Rp2,85 triliun, dibandingkan dengan Rp2,39 triliun pada tahun sebelumnya. Akibatnya, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk TOWR turun menjadi Rp3,25 triliun pada 2023, atau turun 5,49 persen dari Rp3,44 triliun pada 2022.
Menurut analis Indo Premier Sekuritas, Giovanni Dustin, kinerja TOWR sepanjang tahun 2023 sesuai dengan ekspektasinya. Giovanni menilai bahwa peluncuran site organik yang konsisten serta pertumbuhan pendapatan non-menara yang solid mendukung rekomendasi beli terhadap TOWR.
Namun, ia juga mengingatkan adanya risiko negatif yang mungkin menghadang TOWR ke depan, seperti rendahnya pertumbuhan sewa dan tekanan pada tarif sewa.
Meski demikian, Indo Premier Sekuritas tetap memberikan rekomendasi beli untuk TOWR dengan target harga Rp1.300, berdasarkan penilaian campuran metode DCF dan EV/EBITDA. (*)