KABARBURSA.COM - Strategi "window dressing" digunakan untuk meningkatkan penampilan keuangan perusahaan atau portofolio investasi. Cara-cara melibatkan pengurangan utang, penambahan aset, atau penyembunyian investasi merugikan pada akhir periode laporan keuangan. Tujuan utamanya adalah menarik perhatian investor dengan menunjukkan kinerja keuangan yang lebih positif.
Proses "window dressing" bervariasi tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Contohnya, perusahaan dapat meningkatkan posisi aset, seperti saham atau obligasi bernilai tinggi pada akhir periode laporan keuangan. Hal ini untuk menciptakan kesan kondisi keuangan yang lebih baik dengan meningkatkan rasio aset terhadap utang.
Sebaliknya, perusahaan dapat mengurangi posisi utangnya dengan membayar sebagian atau seluruh utang pada akhir periode laporan keuangan. Langkah ini bertujuan menurunkan rasio utang terhadap ekuitas, menciptakan citra keuangan yang lebih segar.
Metode lain yang sering diterapkan adalah menyembunyikan posisi investasi merugikan di akhir periode. Perusahaan dapat mengalihkannya ke portofolio lain atau menutup posisi tersebut. Tujuannya adalah menyembunyikan kerugian dan menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik daripada kenyataannya.
Sayangnya, praktik "window dressing" dapat dianggap tidak etis dan berpotensi menimbulkan kecurangan keuangan jika tidak dilakukan dengan transparan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan menyajikan laporan keuangan yang akurat dan tidak terdistorsi. Ini agar investor atau pemodal dapat memahami kondisi keuangan perusahaan dengan tepat.
Dampak strategi ini pada investor bisa bervariasi tergantung cara investor menanggapi informasi yang diterima. Beberapa dampak yang mungkin termasuk:
Oleh karena itu, penting bagi investor untuk selalu mempertimbangkan keakuratan dan transparansi laporan keuangan sebelum memutuskan berinvestasi. Investor juga perlu memastikan bahwa perusahaan tidak terlibat dalam praktik "window dressing" yang tidak etis atau merugikan.