Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

WHO Cari Anggaran untuk Atasi Cacar Monyet Rp2 Triliun

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 27 August 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
WHO Cari Anggaran untuk Atasi Cacar Monyet Rp2 Triliun

KABARBURSA.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kini bergerak dengan langkah cepat dalam menghadapi ancaman cacar monyet (mpox) yang semakin meluas dan telah menjadi keadaan darurat kesehatan global. Dengan dukungan internasional yang gencar, WHO meluncurkan sebuah rencana ambisius untuk menanggulangi wabah mematikan ini.

Dalam sebuah pernyataan resmi, WHO mengungkapkan kebutuhan mendesak untuk dana sebesar US$135 juta, yang setara dengan Rp2 triliun. Dana ini akan digunakan untuk mendanai enam bulan pertama dari rencana penanggulangan yang dimulai pada bulan September mendatang. Tujuan utama dari inisiatif ini adalah untuk memutus rantai penularan mpox dari manusia ke manusia, sebuah langkah kritis mengingat penyebaran wabah ini yang telah mengakibatkan ratusan kematian dan ribuan infeksi di Afrika Tengah.

Dana yang dikumpulkan akan difokuskan pada penguatan sistem pemantauan dan diagnostik. Ini penting agar para ilmuwan dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana virus ini bermutasi serta faktor-faktor yang mempercepat penyebarannya. Upaya ini juga melibatkan perancangan strategi respons yang efektif oleh negara-negara terdampak, guna mengurangi risiko penularan dari hewan ke manusia dan memastikan vaksin tersedia secara memadai.

Ironisnya, meskipun Afrika adalah benua di mana cacar monyet telah menjadi endemik, wilayah ini tidak mendapatkan vaksin saat wabah menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2022. Bahkan hingga saat ini, Afrika belum menerima vaksin untuk varian mutasi terbaru dari virus ini, yang telah dikategorikan oleh WHO sebagai ancaman serius dengan tingkat kewaspadaan tertinggi.

Sementara itu, WHO selama ini mengandalkan dana darurat internal untuk memulai penanganan wabah ini. Michael Ryan, Direktur Eksekutif WHO untuk Kedaruratan Kesehatan, menegaskan pada awal bulan ini bahwa dana tersebut adalah modal awal penting untuk mendukung berbagai operasi di lapangan. Ryan juga menyoroti betapa pentingnya komitmen politik dan koordinasi yang kuat untuk mengatasi krisis kesehatan ini.

Selama lebih dari setahun terakhir, WHO aktif melakukan negosiasi untuk merancang perjanjian pandemi global yang bertujuan memastikan akses yang adil bagi semua negara anggota terhadap vaksin, alat diagnostik, dan terapi pengobatan. Perjanjian ini diharapkan dapat memperkuat sistem kesehatan global dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap pandemi di masa depan.

"Kita tertinggal di belakang ketika tidak ada komitmen politik yang kuat, ketika koordinasi melemah, dan ketika kebingungan menguasai situasi," ujar Ryan dalam sebuah pengarahan pada 7 Agustus lalu. Pernyataan ini menggarisbawahi perlunya tindakan yang terkoordinasi dan konsisten dalam menghadapi krisis kesehatan global yang kian mendesak.

Dengan peluncuran rencana besar ini, WHO berupaya tidak hanya menghentikan penyebaran mpox, tetapi juga membangun fondasi yang lebih kuat untuk menangani ancaman kesehatan serupa di masa depan. Upaya global yang terintegrasi dan dukungan finansial yang memadai akan menjadi kunci dalam menghadapi dan mengatasi tantangan kesehatan ini.

Cacar Monyet Mewabah

Di media sosial, beredar narasi yang mengklaim bahwa pembatasan pergerakan besar-besaran sedang direncanakan terkait wabah cacar monyet (mpox). Salah satu akun mengarahkan pengikutnya untuk bersiap menghadapi kemungkinan karantina wilayah, dengan menyebutkan "tirani cacar monyet" yang mirip dengan situasi karantina Covid-19 di Inggris.

Beberapa unggahan bahkan meniru gaya konferensi pers pemerintah Inggris selama pandemi Covid-19, dengan menggunakan slogan yang sama namun menggantikan "virus corona" dengan "cacar monyet."

Disinformasi ini memanfaatkan pengumuman kebijakan Covid yang ada, dan mengaitkannya dengan penyebaran cacar monyet. Meski kekhawatiran tentang mpox memang wajar, para ilmuwan menegaskan bahwa virus ini berbeda secara signifikan dari Covid-19. Mereka meyakini bahwa penyebaran cacar monyet cenderung lebih terkontrol.

Berbeda dengan Covid-19, cacar monyet tidak menular dengan cepat. Dengan vaksin dan perawatan yang sudah tersedia, kasus cacar monyet lebih mudah dideteksi dan diisolasi. Orang yang terinfeksi menjadi menular hanya setelah gejala muncul, sehingga memudahkan identifikasi dan pengendalian.

Menurut Profesor Peter Horby, Direktur Pusat Ilmu Pandemi Universitas Oxford, pembatasan pergerakan seperti karantina wilayah atau vaksinasi massal bukanlah metode yang tepat untuk merespons wabah ini. Sebaliknya, langkah-langkah yang lebih efektif adalah isolasi dan vaksinasi yang ditargetkan pada individu yang terinfeksi atau kontak erat mereka.

Dr. Rosamund Lewis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa vaksinasi massal tidak diperlukan dan merekomendasikan agar pembatasan perjalanan tidak diberlakukan.

Disinformasi mengenai cacar monyet juga mencakup klaim bahwa AS telah memprediksi wabah ini sejak setahun lalu, atau bahwa virus ini merupakan hasil kebocoran laboratorium atau senjata biologis. Namun, tidak ada bukti kuat yang mendukung klaim tersebut. Ahli genetika Fatima Tokhmafshan menjelaskan bahwa pelacakan genetika virus dapat mengidentifikasi asal-usulnya, dan sejauh ini, virus ini terdeteksi sebagai jenis cacar monyet yang umumnya ditemukan di Afrika Barat, bukan hasil rekayasa.

Beberapa teori konspirasi juga menyebar di berbagai platform media sosial, mengklaim bahwa wabah cacar monyet kali ini sengaja direncanakan oleh tokoh-tokoh seperti Bill Gates atau Anthony Fauci. Narasi ini muncul di media Rusia, Weibo, dan Instagram, serta dalam berbagai bahasa di Facebook.

Klaim tersebut sering kali mengacu pada dokumen dari Nuclear Threat Initiative (NTI) yang disusun pada 2021. Dokumen tersebut memuat skenario fiksi mengenai pandemi global yang melibatkan jenis virus cacar monyet yang tidak biasa. NTI menyelenggarakan lokakarya untuk mendorong kesiapsiagaan terhadap kemungkinan pandemi di masa depan. Risiko yang ditimbulkan oleh cacar monyet telah didokumentasikan selama bertahun-tahun, menjadikannya sebagai salah satu kasus studi dalam lokakarya tersebut.

Oleh karena itu, keberadaan wabah infeksi bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Organisasi yang memprediksi dan memitigasi risiko tersebut tidak serta merta mencurigakan, mengingat bahwa cacar monyet merupakan penyakit yang telah lama ada dan dipantau. (*)