KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa layanan BI Fast telah berhasil mengurangi biaya transaksi keuangan di Indonesia sebesar Rp 8 triliun. Pengumuman ini disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, dalam peluncuran Buku Putih Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital Indonesia 2030 pada Rabu (6/12).
Menurut Juda, BI Fast mampu mengoptimalkan pengeluaran perekonomian Indonesia sejumlah Rp 8 triliun. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa biaya layanan transaksi antar bank sebelumnya mencapai Rp 6.500. Namun, dengan menggunakan BI Fast, biaya layanan tersebut turun menjadi Rp 2.500, menghasilkan penghematan sebesar Rp 4.000. Juda juga melaporkan bahwa BI Fast telah melayani sekitar 2 miliar transaksi.
"Dulu biaya transaksi antarbank Rp 6.500, namun dengan BI Fast hanya Rp 2.500, efisiensi Rp 4.000 dikalikan dengan 2 miliar transaksi, artinya ada efisiensi Rp 8 triliun untuk perekonomian Indonesia," kata Juda.
Sistem BI Fast telah hadir sejak akhir 2021 dan telah mendapat sambutan positif dari masyarakat. Menurut catatan Kontan, hingga semester I-2023, BI Fast telah digunakan untuk 1,51 miliar transaksi dengan total nilai mencapai Rp 4.478,8 triliun.
Peningkatan signifikan dalam penggunaan BI Fast juga terlihat di beberapa bank. PT Bank Mandiri (BMRI), misalnya, mencatat pertumbuhan yang mencolok dengan memproses 230 juta transaksi BI Fast hingga bulan Juli 2023, meningkat 94 persen year on year (YoY). Total nilai transaksi yang diproses mencapai Rp 665 triliun. Selain itu, PT Bank Tabungan Negara (BTN) mencatat peningkatan lebih dari 250 persen YoY, dengan total nilai transaksi BI Fast mencapai Rp 14 triliun hingga Juli 2023.