KABARBURSA.COM - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungkapkan fakta yang cukup mencolok; setiap tahun, rata-rata tujuh hingga delapan bank perkreditan rakyat (BPR) mengalami kebangkrutan.
Pernyataan ini datang dari Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, yang menegaskan bahwa fenomena ini tidak terjadi karena perburukan ekonomi, melainkan akibat dari tata kelola manajemen BPR yang buruk.
"Pada dasarnya, setiap tahun, ada BPR yang jatuh, rata-rata 7 sampai 8. Tahun ini angkanya lebih rendah, namun bukan karena perburukan ekonomi. Utamanya, ini disebabkan oleh manajemen yang kurang baik," ungkap Purbaya dalam acara LPS Award 2023 yang diselenggarakan secara daring di Jakarta, dikutip pada Kamis (7/12/2023).
Lebih lanjut, Purbaya menambahkan bahwa jumlah BPR yang mengalami kegagalan mengalami penurunan pada tahun ini. Hingga Oktober 2023, hanya empat BPR yang telah mengalami kebangkrutan dan telah ditangani dengan resolusi.
"Tahun ini, LPS telah melakukan resolusi terhadap empat BPR, dengan klaim yang dibayarkan kepada nasabah mencapai lebih dari Rp260 miliar hingga 30 Oktober," ujarnya.
Namun demikian, Purbaya menyatakan bahwa secara keseluruhan, sektor perbankan nasional saat ini berada dalam kondisi yang sangat baik, yang tercermin dari tingkat permodalan perbankan nasional yang kuat. Pada Oktober 2023, Rasio Adekuasi Modal (CAR) berada pada tingkat 27,48 persen, dan likuiditas juga terjaga dengan baik.
Indikator Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing mencapai 117,29 persen dan 26,36 persen, melebihi ambang batas yang ditentukan. Selain itu, intermediasi perbankan pada bulan Oktober 2023 berkembang dengan baik, dengan pertumbuhan kredit sebesar 8,99 persen YoY.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 3,43 persen dalam periode yang sama, sejalan dengan percepatan aktivitas ekonomi nasional melalui belanja korporasi dan daerah. Purbaya mengakhiri pernyataannya dengan menyampaikan bahwa kondisi positif ini memperkuat fondasi perbankan nasional di tengah dinamika ekonomi yang terus berkembang.