Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Saham Perbankan RI Melonjak, Optimisme Penurunan Suku Bunga?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 24 August 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Saham Perbankan RI Melonjak, Optimisme Penurunan Suku Bunga?

KABARBURSA.COM - Kepercayaan investor terhadap sektor perbankan Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan, terlihat dari kenaikan pergerakan saham di berbagai jenis bank, mulai dari bank besar hingga bank menengah dan bank digital.

Tren positif ini juga tercermin pada indeks sektor keuangan, di mana IDX Finance menunjukkan penguatan sebesar 1,20 persen pada penutupan perdagangan Jumat, 23 Agustus 2024, dan mencatatkan kenaikan 2,5 persen dalam sepekan terakhir, menandakan optimisme investor terhadap sektor ini.

Salah satu contoh mencolok dari penguatan sektor perbankan adalah PT Bank Permata Tbk (BNLI), yang sahamnya melonjak hingga 24,89 persen, mencapai Rp1.455 per saham. BNLI telah mengalami lonjakan lebih dari 20 persen selama dua hari berturut-turut, menjadikannya salah satu saham yang paling mencolok di sektor ini.

Selain BNLI, PT Bank Artha Graha International Tbk (INPC) juga mengalami kenaikan yang signifikan, dengan sahamnya naik 13,33 persen menjadi Rp68 per saham. Tak kalah menarik, PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) mencatatkan kenaikan 11,31 persen menjadi Rp284 per saham, menunjukkan tren positif yang meluas di sektor perbankan.

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menjelaskan bahwa kenaikan saham-saham perbankan ini dipengaruhi oleh sentimen positif terkait potensi penurunan suku bunga acuan The Fed yang diharapkan akan diumumkan pada awal September.

Ekspektasi ini didorong oleh risalah pertemuan terakhir bank sentral Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada Rabu, 21 Agustus 2024, di mana sebagian besar pejabat menunjukkan dukungan terhadap kemungkinan tersebut.

Saat ini, pasar uang memperkirakan peluang hampir 70 persen untuk pemotongan sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan September, dan sekitar 100 bps pada bulan Desember, berdasarkan data dari CME FedWatch Tool dan LSEG. Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat memberikan dorongan tambahan bagi sektor perbankan yang telah menghadapi tantangan akibat suku bunga tinggi.

Nico mengungkapkan bahwa sektor perbankan akan mendapatkan keuntungan dari penurunan suku bunga ini. Dengan era suku bunga tinggi yang telah menjadi tantangan tersendiri bagi bank untuk meningkatkan kinerja mereka, penurunan suku bunga diharapkan dapat memperbaiki kondisi ini.

"Sektor bank sangat sensitif terhadap berita, sehingga setiap berita positif dapat menyebabkan pergerakan saham yang cepat," ujar Nico, dikutip Sabtu, 24 Agustus 2024.

Dia juga menambahkan bahwa tren kenaikan harga saham perbankan ini tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga membuka peluang untuk kenaikan jangka menengah. Penurunan suku bunga The Fed diharapkan akan mendorong penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI), memberikan stimulus pada perekonomian, dan meningkatkan daya beli serta konsumsi. Khususnya, ekspansi kredit perbankan diharapkan dapat meningkat, terutama untuk sektor properti dan otomotif.

Dengan penurunan suku bunga, daya tarik investor terhadap aset-aset berisiko, termasuk saham, akan meningkat, dan sektor perbankan menjadi salah satu yang banyak diminati. Namun, Nico mengingatkan bahwa meskipun ada berita positif, saham-saham perbankan tetap memiliki risiko, terutama dengan kondisi politik menjelang Pilkada yang dapat memengaruhi pasar saham di Indonesia.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, juga menyatakan bahwa penurunan suku bunga acuan sangat dinantikan oleh sektor perbankan. Ia menyoroti bahwa likuiditas perbankan menjadi tantangan besar ketika suku bunga acuan tinggi, dan penurunan suku bunga diharapkan dapat memperbaiki likuiditas serta mendorong ekspansi kredit yang lebih agresif.

Nafan mengungkapkan bahwa dengan potensi penurunan suku bunga, investor mulai tertarik kembali ke saham-saham sektor keuangan, termasuk perbankan. Ia berharap penurunan suku bunga akan berdampak positif pada likuiditas perbankan dan penyaluran kredit di masa depan, memungkinkan bank untuk lebih agresif dalam ekspansi kredit.

Untuk rekomendasi saham, Nico melihat bahwa selain bank-bank besar yang masih menarik untuk dikoleksi, ada beberapa saham bank lainnya yang patut diperhatikan, seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS). BNGA naik 1,61 persen, BBTN naik 3,79 persen, dan BRIS naik 3,05 persen.

Nico memberikan target harga Rp2.200 untuk BNGA, Rp1.700 untuk BBTN, dan Rp2.800 untuk BRIS, sedangkan BNLI dianggap sudah terlalu tinggi harganya.

Sebaliknya, Nafan menilai saham-saham bank di luar big banks masih belum mendapatkan rating yang memadai. Dia hanya melihat BRIS sebagai saham yang menarik untuk diperhatikan, dengan rekomendasi akumulasi beli dan target harga Rp3.000. (*)