KABARBURSA.COM - PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) siap meluncurkan aksi besar di pasar obligasi dengan menerbitkan dan menawarkan obligasi berkelanjutan VI, senilai hingga Rp600 miliar. Melalui langkah ini, BFI Finance menargetkan perolehan dana hingga Rp6 triliun—angka yang cukup impresif untuk menguatkan posisi mereka di industri keuangan.
Obligasi yang diterbitkan kali ini hadir dalam format tanpa warkat (tanpa sertifikat fisik), kecuali untuk sertifikat jumbo yang akan diterbitkan atas nama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai bukti utang bagi para pemegang obligasi. Menariknya, harga penawaran obligasi ini ditetapkan sebesar 100 persen dari nilai pokok obligasi—sebuah tawaran yang tentunya menggiurkan bagi para investor.
Dalam rencana pembayaran bunga, BFI Finance akan memulai pembayaran bunga pertama pada 25 Desember 2024. Sementara itu, jatuh tempo obligasi seri A akan jatuh pada 5 Oktober 2025, dan seri B pada 25 September 2027. Berikut adalah jadwal lengkap penawaran obligasi:
Dana yang diperoleh dari penawaran ini, setelah dikurangi biaya emisi, akan dimanfaatkan sepenuhnya oleh BFI Finance untuk modal kerja, pembiayaan investasi, serta kebutuhan lainnya (non-syariah), sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Namun, kabar lain menyebutkan bahwa BFI Finance baru-baru ini melaporkan laba bersih sebesar Rp361,44 miliar untuk kuartal I-2024. Meski masih mencatat keuntungan, angka ini menunjukkan penurunan sebesar 28,96 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Faktor utama yang mempengaruhi adalah stagnasi kinerja piutang pembiayaan, yang bahkan sedikit turun 1,07 persen menjadi Rp21,11 triliun.
Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono, mengungkapkan bahwa dinamika ekonomi yang cukup bergejolak, termasuk pilpres, Ramadan, dan kondisi geopolitik, memberikan dampak signifikan. Namun, BFI Finance tetap fokus menjalankan kebijakan kredit yang konservatif untuk menjaga kualitas aset dan kesehatan bisnis perusahaan.
Dalam hal portofolio pembiayaan, BFI Finance masih sangat bergantung pada pembiayaan kendaraan roda empat dan dua, yang menyumbang 61,7 persen dari keseluruhan portofolio. Pembiayaan kendaraan bekas dan baru menyumbang 14,9 persen, alat berat dan mesin 14,7 persen, properti 4,5 persen, serta pembiayaan lainnya 4,2 persen.
Pendapatan perusahaan memang mengalami penurunan sebesar 5,61 persen menjadi Rp1,55 triliun. Namun, BFI Finance berhasil mengendalikan laju biaya yang hanya tumbuh sebesar 8,96 persen menjadi Rp1,10 triliun, terutama karena cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) piutang pembiayaan.
Di sisi lain, pergerakan saham BFIN dalam sebulan terakhir menunjukkan peningkatan meski tipis. Pada hari ini, sahamnya fluktuatif, dengan harga sempat naik dari Rp990 menjadi Rp1005 pada pukul 12.00 WIB. Bagi para pengamat pasar, saham BFIN tetap menjadi salah satu yang menarik untuk terus dicermati.
PT BFI Finance Indonesia Tbk adalah perusahaan pembiayaan terkemuka yang menawarkan berbagai solusi pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja, multiguna, dan investasi. Perusahaan ini menggunakan jaminan beragam, termasuk kendaraan bermotor roda empat dan roda dua, alat berat dan mesin, serta properti, untuk mendukung berbagai tujuan pembiayaan nasabahnya.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada 15 Maret 2024, Presiden Direktur PT BFI Finance Indonesia, Tbk Francis Lay Sioe Ho, menjual kepemilikan sahamnya. Diketahui, Francis memiliki total saham emiten berkode saham BFIN itu sebanyak 200.000 lembar saham.
Direktur BFI Finance Andrew Adiwijanto, dalam keterbukaan informasi mengatakan penjualan saham BFIN yang dilakukan oleh Presiden Direktur untuk pelepasan sebagian investasi saja. Saat ini, Francis masih memiliki 343,91 juta saham, setara dengan 3,15 persen saham perusahaan. Sebelumnya, Francis memiliki 344,11 juta saham atau setara dengan 2,16 persen.
"Harga penjualan saham BFIN yang dilakukan pada 13 Maret 2024 sebesar Rp1.315 per lembar saham," jelas Francis dalam keterbukaan informasi.
Ini artinya, nilai transaksi pelepasan saham tersebut sebesar Rp263 juta. Hingga Maret 2024, saham BFIN naik 7,88 persen menjadi Rp1.315 per lembar saham. Adapun saham BFIN sempat mengalami penjualan tertinggi, yaitu di level Rp1.380 per lembar sahamnya.
Lalu pada 21 Juni lalu, BFIN memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp878,19 miliar atau sebesar 53,55 persen dari laba bersih tahun buku 2023. Tetapi ada catatan, bagwa di akhir tahun lalu BFIN telah mencairkan dividen interim sebesar Rp28 per lembar saham atau setara dengan Rp447,07 miliar. Dengan demikian, sisa dividen yang dibagikan pada Juni 2024 lalu itu sebesar Rp27 per lembar saham atau total sebesar Rp431,11 miliar.(*)