KABARBURSA.COM - PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) meluncurkan penawaran obligasi berkelanjutan VI tahap I tahun 2024 dengan total nilai pokok sebesar Rp600 miliar.
Menurut prospektus ringkas yang diterbitkan pada 22 Agustus, obligasi ini merupakan bagian dari program Obligasi Berkelanjutan VI yang menargetkan pengumpulan dana sebesar Rp6 triliun.
Harga penawaran obligasi ditetapkan pada 100 persen dari nilai pokok. Pembayaran bunga dilakukan setiap tiga bulan, dihitung sejak tanggal emisi. Jika tanggal pembayaran bunga jatuh pada hari non-bursa, pembayaran akan dilakukan pada hari bursa berikutnya tanpa dikenakan denda.
Obligasi ini terbagi dalam tiga seri, dengan jangka waktu yang berbeda: Seri A memiliki masa berlaku 370 hari kalender, Seri B dua tahun, dan Seri C tiga tahun sejak tanggal emisi. Detail tentang besar bunga masing-masing seri belum ditentukan.
Dana yang diperoleh dari penawaran umum ini, setelah dikurangi biaya emisi, akan sepenuhnya digunakan untuk modal kerja, termasuk pembiayaan investasi dan multi-guna, sesuai dengan izin yang dimiliki perusahaan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Fitch Rating Indonesia memberikan peringkat idAA- untuk obligasi ini. Penjamin pelaksana emisi adalah PT BCA Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, sementara PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) bertindak sebagai wali amanat.
Masa penawaran awal akan berlangsung dari 22 Agustus hingga 4 September 2024, diikuti oleh masa penawaran umum yang dijadwalkan dari 18 hingga 22 September 2024. Distribusi obligasi secara elektronik akan dilakukan pada 25 September 2024, dengan pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 26 September 2024.
Di tengah tekanan penurunan laba bersih, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) menampilkan valuasi saham yang menarik.
menghadapi tantangan dengan penurunan laba bersih dalam beberapa kuartal terakhir, beberapa indikator fundamental menunjukkan potensi yang masih ada pada emiten ini.
Apa yang menyebabkan valuasi saham BFIN terlihat menarik meski kinerja laba bersihnya terjepit? Simak ulasan mendalam mengenai kinerja keuangan dan prospek saham BFIN berikut ini.
PT BFI Finance Indonesia Tbk, yang dikenal dengan kode saham BFIN, adalah salah satu perusahaan pembiayaan terkemuka di Indonesia. Fokus utama perusahaan ini adalah memberikan pembiayaan untuk konsumen, terutama dalam sektor kendaraan roda empat dan roda dua.
Selain itu, BFIN juga menyediakan pembiayaan untuk alat-alat berat serta non-alat berat melalui skema sewa pembiayaan.
Hingga 31 Desember 2018, BFI memiliki jaringan operasional yang luas dengan satu kantor pusat, 228 cabang (termasuk 22 cabang syariah), dan 173 gerai. Struktur kepemilikan saham BFI didominasi oleh Trinugraha Capital & Co SCA yang memegang 48,15 persen dari total saham yang beredar, sementara masyarakat non-warkat menguasai 43,45 persen. Perusahaan juga memiliki saham treasury sebanyak 5,81 persen.
Pada kuartal pertama tahun 2024, BFI mencatatkan laba bersih sebesar Rp361 miliar, turun signifikan dari Rp509 miliar pada kuartal yang sama tahun 2023 dan Rp396 miliar pada kuartal pertama 2022. Penurunan ini berlanjut pada kuartal kedua 2024 dengan laba bersih sebesar Rp324 miliar, dibandingkan Rp340 miliar di kuartal kedua tahun sebelumnya dan Rp433 miliar pada kuartal yang sama tahun 2022.
Secara tahunan, laba bersih BFIN untuk tahun 2024 diproyeksikan mencapai Rp1,37 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan Rp1,64 triliun pada tahun 2023 dan Rp1,80 triliun pada tahun 2022. Untuk trailing twelve months (TTM) hingga kuartal kedua 2024, laba bersih mencapai Rp1,48 triliun, menurun dari Rp1,64 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Rasio Price to Earnings (P/E) saat ini untuk periode tahunan adalah 9,37, sementara untuk TTM adalah 8,68. Forward P/E ratio berada pada angka 7,23, menunjukkan ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan laba di masa depan. Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) TTM berada di angka 2,20, dan rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book) berada di angka 1,33.
Rasio solvabilitas BFIN menunjukkan kondisi yang sehat dengan return on assets (ROA) TTM sebesar 6,10 persen dan return on equity (ROE) TTM sebesar 15,31 persen. Margin laba bersih (Net Profit Margin) untuk kuartal terakhir adalah 20,83 persen, menunjukkan profitabilitas yang stabil.
Dividen untuk TTM adalah Rp55, dengan payout ratio sebesar 64,02 persen. Yield dividen tercatat sebesar 6,83 persen. Tanggal ex-dividen terakhir adalah 4 Juni 2024. Pendapatan BFIN untuk TTM mencapai Rp5,84 triliun. EBITDA untuk periode yang sama tercatat sebesar Rp2,84 triliun, sementara laba bersih mencapai Rp1,48 triliun.
Kas BFIN pada kuartal terakhir adalah Rp1,74 triliun, dengan total aset sebesar Rp24,29 triliun. Total liabilitas mencapai Rp14,61 triliun. Ekuitas total BFIN berada pada angka Rp9,67 triliun.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.