KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.533 pada Selasa, 20 Agustus 2024. Hal ini melanjutkan penguatan sejak Senin, 19 Agustus 2024, yang meraih rekor penutupan tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) di level 7.466.
Pengamat Pasar Modal Wahyu Laksono mengatakan pergerakan kapital merupakan hal yang biasa terjadi sesuai sentimen pasar terkait fundamental global.
Menurut Wahyu, Indonesia saat ini diuntungkan dengan data inflasi dan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang melemah serta isu cut rate dari The Fed.
"Saat Fed ingin cut rate, data inflasi dan tenaga kerja AS melemah, terancam krisis ekonomi AS Yield differential juga menguntungkan kita," ujarnya kepada Kabar Bursa, Rabu 21 Agustus 2024.
Jika ditarik ke belakang, kata Wahyu, IHSG juga pernah mencapai AHT saat pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Hal ini terjadi ketika Eropa dan AS mengalami bear market anjlok lebih dari 20 persen.
Pun dengan tahun 2008-2009, lanjut Wahyu, IHSG diuntungkan oleh krisis ekonomi subprime mortgage AS.
Sementara itu Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan kenaikan IHSG ini mendapat katalis dari apresiasi bursa di Amerika Serikat.
"Kenaikan IHSG mendapat katalis ya dari apresiasi bursa di Amerika Serikat diikuti kinerja di pasar regional," ungkap Nafan kepada Kabar Bursa, Rabu, 21 Agustus 2024.
Research Team PT Reliance Sekuritas Tbk memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak cenderung mixed pada perdagangan hari ini, Rabu, 21 Agustus 2024. Mereka memperkirakan bahwa IHSG mungkin berpotensi melemah dengan titik support di level 7.466.
“Kami memproyeksikan IHSG bergerak mixed dengan kecenderungan melemah, dengan support di level 7.466 dan resistance di 7.538,” ujar Research Team Reliance Sekuritas dalam laporannya kepada Kabar Bursa, Rabu, 21 Agustus 2024.
Selain itu, Research Team juga menyampaikan bahwa pelaku pasar akan fokus pada hasil rapat Gubernur Bank Indonesia (BI), di mana konsensus memperkirakan suku bunga acuan akan tetap dipertahankan di level 6,25 persen.
Di sisi bursa Asia, pagi ini sebagian besar indeks dibuka di zona merah. Nikkei 225 tercatat melemah sebesar 0,91 persen, sementara indeks Kospi turun tipis sebesar 0,25 persen.
Jepang mencatat pertumbuhan ekspor dan impor yang mengesankan pada Juli 2024, masing-masing meningkat 10,3 persen dan 16,6 persen secara tahunan (yoy), yang memberikan sinyal positif terhadap daya saing ekonomi negara tersebut.
Sementara itu, dari bursa Amerika Serikat, mayoritas indeks utama ditutup melemah, terdampak aksi profit taking setelah kenaikan berturut-turut dalam beberapa hari sebelumnya. Pelaku pasar kini tengah menanti rilis risalah rapat Dewan Gubernur The Fed serta pidato Chairman The Fed pada Simposium Jackson Hole, Jumat mendatang, yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut terkait arah kebijakan moneter AS.
Pada perdagangan hari ini, Rabu, 21 Agustus 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai hari dengan penguatan, melayang di level 7.534,11. Ini merupakan kelanjutan dari tren positif yang dimulai sejak Senin, 19 Agustus 2024, ketika IHSG ditutup pada level 7.533.
Sebelumnya, IHSG mencatat rekor penutupan tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) pada 19 Agustus 2024 di level 7.466, dengan penguatan 67,15 poin atau 0,90 persen dari perdagangan sebelumnya.
Reli harga saham dan obligasi di pasar Indonesia juga berlanjut pada Selasa, 20 Agustus 2024, dengan investor semakin aktif memasuki pasar surat utang negara, didorong oleh harapan penurunan suku bunga global yang berpotensi memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Pasar saham Indonesia tak kalah menarik perhatian, seiring dengan sentimen bullish yang meluas di pasar global, terutama setelah ekspektasi resesi di Amerika Serikat (AS) mulai mereda. Kondisi bullish ini tidak hanya terjadi di Indonesia; hampir semua pasar negara berkembang menikmati aliran modal global yang deras.
Ekspektasi terkait arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) menjelang pidato Gubernur Jerome Powell pada hari Jumat di Jackson Hole membuat banyak investor meninggalkan dolar AS.
IHSG mengalami lonjakan signifikan pada sesi perdagangan pertama, Selasa, 20 Agustus 2024, melewati level resistance 7.500. IHSG melonjak 0,67 persen ke level 7.517, mencatat rekor tertinggi sepanjang masa atau ATH.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), total nilai perdagangan mencapai Rp13,29 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan sebanyak 11,85 miliar lembar. Pada saat yang sama, nilai tukar Rupiah menguat 0,47 persen menjadi Rp15.477 per USD pada pukul 12.20 WIB.
Penguatan IHSG didorong oleh sektor-sektor utama. Saham dari sektor konsumen non-primer, keuangan, dan infrastruktur menunjukkan kenaikan signifikan, masing-masing naik 1,38 persen, 1,08 persen, dan 0,73 persen. Di sektor konsumen non-primer, saham PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) meroket 30,5 persen, PT Golden Flower Tbk (POLU) melonjak 24,5 persen, dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) naik 13,9 persen.
Saham-saham keuangan juga berkontribusi besar pada penguatan IHSG, dengan PT Victoria Investama Tbk (VICO) mengalami kenaikan 31,9 persen, PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) naik 28,8 persen, dan PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) melesat 15,6 persen.
Di sektor infrastruktur, saham PT LinkNet Tbk (LINK) menguat 6,61 persen, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) naik 2,72 persen, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) meningkat 1,71 persen. Di kelompok saham unggulan LQ45, PT Bank Jago Tbk (ARTO) naik 6,22 persen, diikuti oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang melonjak 3,87 persen, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan kenaikan 3,42 persen.
Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) juga mengalami lonjakan 3,36 persen, sementara PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik 2,31 persen, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 1,87 persen.
Penguatan IHSG juga didorong oleh aksi beli besar dari investor asing, yang tercatat melakukan net buy signifikan dalam perdagangan terbaru. Berdasarkan data BEI, investor asing mencatatkan posisi beli bersih sebesar Rp3 triliun selama periode 12-16 Agustus, dan pada Senin ini mencapai Rp599 miliar. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.