Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Emiten Gas MEDC Panen Laba di Tengah Manuver Hilirisasi LPG Jokowi-Bahlil

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 21 August 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Emiten Gas MEDC Panen Laba di Tengah Manuver Hilirisasi LPG Jokowi-Bahlil

KABARBURSA.COM - PT Medco Energi Internasional Tbk mencatat kinerja keuangan yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan meskipun tantangan di industri migas terus berlanjut. Dalam laporan keuangan terbaru, perusahaan dengan kode emiten MEDC ini berhasil mencetak peningkatan signifikan pada laba bersihnya di kuartal kedua 2024. Hal ini terjadi di tengah rencana Menteri ESDM yang baru dilantik, Bahlil Lahadalia, yang berkomitmen untuk mendorong hilirisasi LPG guna menekan ketergantungan impor migas.

Bahlil, dalam sambutannya usai dilantik Senin, 19 Agustus 2024 lalu, menekankan pentingnya optimalisasi lifting minyak dan gas bumi dalam dua bulan pertama masa jabatannya, sebagai tindak lanjut dari arahan Presiden Jokowi. “Saya minta betul data untuk menindaklanjuti apa yang disampaikan ke Pak Arifin terhadap impor gas kita yang terlalu banyak C3 dan C4, di mana saja arahan pak Presiden Prabowo dan Pak Jokowi segera kita bangun hilirisasi LPG," kata Bahlil.

Optimisme ini menjadi katalis positif bagi emiten-emiten gas seperti MEDC, yang diperkirakan akan mendapatkan manfaat dari stimulus pemerintah dalam meningkatkan daya saing produksi migas nasional.

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) adalah perusahaan yang beroperasi dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak serta gas bumi, selain itu juga terlibat dalam berbagai kegiatan energi lainnya, seperti pengeboran di darat dan lepas pantai. MEDC juga melakukan investasi, baik langsung maupun tidak langsung, melalui anak perusahaannya. Perusahaan ini mulai beroperasi secara komersial pada 13 Desember 1980, dan sejak itu telah berkembang menjadi salah satu pemain utama dalam sektor energi di Indonesia.

Dalam struktur kepemilikan saham, PT Medco Daya Abadi Lestari menguasai 51,5 persen dari total saham, menjadikannya pemegang saham mayoritas. Selain itu, masyarakat non-warkat memiliki 25 persen saham, sementara Diamond Bridge Pte. Ltd. memegang 21,46 persen saham perusahaan. Beberapa pemegang saham lainnya, seperti masyarakat warkat dan saham treasury, memiliki bagian yang lebih kecil.

Direksi dan komisaris perusahaan terdiri dari individu-individu dengan kepemilikan saham yang signifikan. Roberto Lorato, sebagai salah satu direktur, memiliki 154,93 juta saham atau setara dengan 0,6 persen dari total saham perusahaan. Ronald Gunawan, Anthony R. Mathias, Amri Siahaan, dan Hilmi Panigoro adalah anggota direksi lainnya yang juga memiliki saham di MEDC, masing-masing dengan porsi yang berbeda. Di sisi lain, Yani Y. Panigoro dan Yaser Raimi A. Panigoro adalah bagian dari komisaris perusahaan yang juga tercatat memiliki saham di MEDC.

Pendapatan Bersih

Pada kuartal pertama 2024, PT Medco Energi Nasional Tbk (MEDC) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp1,15 triliun, sedikit menurun dari kuartal yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,22 triliun. Namun, pada kuartal kedua 2024, MEDC mencatat peningkatan signifikan dengan pendapatan bersih mencapai Rp2,14 triliun, jauh melampaui Rp 563 miliar pada kuartal kedua 2023. Tren ini menandakan pemulihan yang kuat pada pertengahan tahun 2024 setelah penurunan di awal tahun.

Untuk keseluruhan tahun, pendapatan bersih MEDC diperkirakan mencapai Rp6,59 triliun, menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan Rp 5,105 miliar pada tahun 2023, namun masih di bawah pencapaian tahun 2022 yang mencapai Rp8,27 triliun. Secara tahunan hingga kuartal kedua (TTM), pendapatan bersih mencapai Rp6,60 triliun, yang sedikit lebih tinggi dari tahun 2023 namun masih menunjukkan penurunan dari tahun 2022.

Valuasi

Rasio harga terhadap laba (PE ratio) MEDC untuk periode tahunan mencapai 4,96 kali, sedikit lebih tinggi dibandingkan rasio untuk TTM yang berada di angka 4,94 kali. Forward PE ratio diperkirakan akan meningkat menjadi 6,00 kali, mengindikasikan optimisme terhadap pertumbuhan laba di masa mendatang. Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) untuk TTM berada di angka 0,88 kali, menunjukkan bahwa saham MEDC masih relatif undervalued.

Rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) berada di angka 1,01 kali, mencerminkan nilai pasar yang sejalan dengan nilai buku perusahaan. Rasio harga terhadap arus kas (Price to Cashflow) untuk TTM mencapai 1,79 kali, dan rasio harga terhadap arus kas bebas (Price to Free Cashflow) untuk TTM berada di angka 2,58 kali. Kedua rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki arus kas yang sehat untuk mendukung operasionalnya.

 

Klik halaman selanjutnya...

Kinerja Per Saham

Pendapatan per saham (EPS) untuk TTM tercatat sebesar Rp262,91, sedikit lebih tinggi dibandingkan EPS yang terannualisasi sebesar Rp262,18. Hal ini menunjukkan stabilitas kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham. Pendapatan per saham (Revenue per Share) untuk TTM mencapai Rp1,475,54, sementara arus kas per saham (Cash per Share) untuk kuartal ini tercatat sebesar Rp380,83.

Nilai buku per saham (Book Value per Share) saat ini berada di angka Rp 1,290,80, sementara arus kas bebas per saham (Free Cashflow per Share) untuk TTM tercatat sebesar Rp 504,82, mengindikasikan kapasitas perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang sehat meskipun menghadapi tantangan di pasar energi.

Solvabilitas

Rasio likuiditas MEDC menunjukkan kondisi yang stabil dengan rasio lancar (Current Ratio) untuk kuartal ini berada di angka 1,30 kali dan rasio cepat (Quick Ratio) sebesar 1,18 kali. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) tercatat sebesar 1,67 kali, mencerminkan tingkat leverage yang moderat namun masih perlu diwaspadai mengingat sektor energi yang volatil.

Profitabilitas

Return on Assets (ROA) untuk TTM mencapai 5,37 persen, sedangkan Return on Equity (ROE) berada di angka 20,37 persen, menunjukkan efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aset dan ekuitasnya untuk menghasilkan laba. Marjin laba kotor (Gross Profit Margin) untuk kuartal ini tercatat sebesar 36,08 persen, sementara marjin laba operasi (Operating Profit Margin) dan marjin laba bersih (Net Profit Margin) masing-masing berada di angka 28,75 persen dan 20,85 persen, mencerminkan kinerja operasi yang solid.

Dividen

MEDC memberikan dividen TTM sebesar Rp44,32 per saham, dengan payout ratio sebesar 16,90 persen dan dividend yield sebesar 3,38 persen. Dividen ini mencerminkan komitmen perusahaan dalam memberikan imbal hasil kepada pemegang saham meskipun di tengah ketidakpastian pasar.

Laporan Keuangan dan Neraca

Pendapatan TTM mencapai Rp37,089 miliar, dengan laba kotor (Gross Profit) sebesar Rp16,308 miliar dan EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) mencapai Rp20,27 triliun. Laba bersih (Net Income) TTM mencapai Rp6,60 triliun, menegaskan stabilitas kinerja keuangan perusahaan.

Pada sisi neraca, MEDC memiliki kas sebesar Rp9,57 triliun dan total aset sebesar Rp122,98 triliun pada kuartal ini. Total kewajiban (Total Liabilities) tercatat sebesar Rp87,19 triliun, dengan utang jangka pendek (Short-term Debt) sebesar Rp4,67 trilium dan utang jangka panjang (Long-term Debt) sebesar Rp49,45 triliun. Total ekuitas perusahaan mencapai Rp32,44 triliun, memberikan MEDC net debt sebesar Rp44,55 triliun. Rasio leverage yang tinggi ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu berhati-hati dalam mengelola utangnya, meskipun tetap menunjukkan kapasitas untuk melunasi kewajiban jangka panjangnya.

Arus Kas

Pada periode 12 bulan terakhir (TTM), PT Medco Energi Nasional Tbk (MEDC) mencatat arus kas dari operasi sebesar Rp18,21 triliun. Angka ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari kegiatan operasionalnya, yang menjadi indikator kesehatan keuangan yang vital. Sementara itu, arus kas dari investasi mencatat angka negatif sebesar Rp11,44 trilium, menunjukkan bahwa MEDC aktif dalam melakukan investasi, meskipun hal ini menyebabkan penurunan kas. Arus kas dari pendanaan juga negatif, sebesar Rp4,69 triliun, menandakan bahwa perusahaan lebih banyak melakukan pembayaran utang atau pembagian dividen daripada menerima pendanaan baru.

 

Klik Halaman Selanjutnya...

Pengeluaran modal (Capital Expenditure) untuk TTM tercatat sebesar Rp5,52 triliun, mengindikasikan komitmen MEDC dalam melakukan investasi untuk pertumbuhan jangka panjang. Dengan arus kas bebas (Free Cash Flow) yang mencapai Rp12,68 triliun, MEDC menunjukkan bahwa setelah memenuhi semua kebutuhan operasional dan investasinya, perusahaan masih memiliki sisa kas yang signifikan, yang bisa digunakan untuk keperluan lain seperti memperkuat neraca atau pembagian dividen.

Pertumbuhan

Pertumbuhan pendapatan kuartal tahunan (YoY) MEDC sebesar 22,53 persen menunjukkan peningkatan yang positif, sementara pertumbuhan pendapatan tahun berjalan (YTD YoY) sebesar 14,11 persen juga memperlihatkan kinerja yang cukup baik. Namun, secara tahunan, pendapatan mengalami penurunan sebesar 3,67 persen, mengindikasikan bahwa ada tantangan yang perlu diatasi oleh perusahaan di masa depan.

Pendapatan bersih (Net Income) perusahaan menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa pada kuartal tahunan dengan kenaikan sebesar 280,43 persen. Pendapatan bersih tahun berjalan juga meningkat signifikan sebesar 83,89 persen, namun secara tahunan, pendapatan bersih mengalami penurunan sebesar 38,32 persen. Hal ini menunjukkan fluktuasi yang cukup besar dalam kinerja laba bersih perusahaan.

Earnings Per Share atau EPS mengikuti pola yang sama, dengan pertumbuhan kuartal tahunan sebesar 280,40 persen, tetapi EPS tahunan mengalami penurunan sebesar 38,32 persen. Ini menandakan bahwa meskipun ada peningkatan kinerja pada periode tertentu, secara keseluruhan, pertumbuhan laba per saham masih menghadapi tekanan.

Kinerja Harga Saham

Kinerja harga saham MEDC mengalami penurunan sebesar 4,06 persen dalam satu minggu terakhir, tetapi dalam periode satu bulan, harga saham mengalami peningkatan sebesar 1,17 persen. Penurunan harga saham dalam tiga bulan terakhir sebesar 7,47 persen mungkin mencerminkan reaksi pasar terhadap fluktuasi pendapatan perusahaan.

Namun, dalam jangka panjang, kinerja harga saham terlihat lebih positif, dengan peningkatan sebesar 9,24 persen dalam enam bulan terakhir dan 19,27 persen dalam satu tahun terakhir. Peningkatan signifikan terlihat dalam tiga tahun terakhir dengan kenaikan sebesar 188,89 persen, menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan dalam jangka pendek, pasar masih memiliki pandangan optimis terhadap prospek jangka panjang perusahaan.(*)