Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Emiten PGAS Bersiap Gaspol di Tengah Gebrakan Hilirisasi Bahlil

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 21 August 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Emiten PGAS Bersiap Gaspol di Tengah Gebrakan Hilirisasi Bahlil

KABARBURSA.COM - Usai dilantik sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggantikan Arifin Tasrif, Bahlil Lahadalia langsung menyusun strategi untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor LPG melalui peningkatan hilirisasi di sektor energi.

Dalam sambutannya usai Serah Terima Jabatan di Istana Negara, Senin, 19 Agustus 2024 lalu, Bahlil menegaskan program kerja ini adalah arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna memperkuat ketahanan energi nasional.

"Saya minta betul data untuk menindaklanjuti apa yang disampaikan ke Pak Arifin terhadap impor gas kita yang terlalu banyak C3 dan C4, di mana saja arahan pak Presiden Prabowo dan Pak Jokowi segera kita bangun hilirisasi LPG," ujar Bahlil.

Komitmen ini direspons positif oleh PT Pertamina (Persero). Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro, mengatakan pihaknya sudah mengkondisikan timnya untuk melaksanakan arahan peningkatan produksi nasional, pemanfaatan gas stranded, dan peningkatan produksi LPG nasional.

"Akan kita tindak lanjuti, kita siap untuk duduk bersama dengan Pak Menteri mencari solusi untuk peningkatan produksi tersebut," katanya di Mandarin Oriental Jakarta, Senin, 19 Agustus 2024.

Dengan dukungan kebijakan yang berpotensi meningkatkan produksi nasional ini, berbagai emiten gas tampaknya siap mengambil peran strategis, salah satunya adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). PGAS dapat memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan kinerja keuangannya. Namun, untuk detail lebih lanjut tentang dampak spesifik pada PGAS, perlu diselami bagaimana laporan keuangan emiten ini serta bagaimana perusahaan bersiap memanfaatkan peluang dari kemajuan hilirisasi LPG.

Kinerja Keuangan PGAS

Pada kuartal pertama tahun 2024, PGAS mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,92 triliun, naik signifikan dibandingkan Rp1,28 triliun pada periode yang sama tahun 2023. Kenaikan ini menunjukkan performa yang lebih kuat dalam menghasilkan pendapatan.

Sepanjang tahun 2023, pendapatan tahunan PGAS mencapai Rp4,29 triliun, lebih rendah dari Rp5,08 triliun pada tahun 2022, mengindikasikan adanya penurunan pendapatan tahunan yang signifikan. Namun, proyeksi pendapatan tahunan untuk tahun 2024 meningkat pesat hingga mencapai Rp7,69 triliun.

Dari sisi laba bersih, PGAS mencatat laba bersih berjalan selama periode 12 bulan terakhir (TTM - Trailing Twelve Months) sebesar Rp4,92 triliun, yang menggambarkan peningkatan substansial dibandingkan dengan periode TTM sebelumnya. Laba bersih yang solid ini mengindikasikan kinerja operasional yang efisien dan mampu menghasilkan laba yang lebih tinggi meskipun menghadapi berbagai tantangan bisnis.

Sementara itu, kapitalisasi pasar (Market Cap) PGAS per 31 Maret 2024 adalah Rp39.635 miliar. Saat ini, jumlah saham beredar adalah 24,24 miliar lembar yang digunakan untuk perhitungan rasio-rasio keuangan lainnya.

Pendapatan TTM PGAS mencapai Rp57,37 triliun, dengan laba kotor sebesar Rp12,03 triliun dan Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau EBITDA mencapai Rp16,23 triliun. Dengan laba bersih sebesar Rp4,92 triliun, PGAS menunjukkan kinerja yang solid dalam menghasilkan laba bersih dari pendapatan yang diperoleh.

Pada bagian neraca, kas perusahaan pada kuartal tersebut tercatat sebesar Rp22,03 triliun. Total aset perusahaan mencapai Rp106,78 triliun, sementara total liabilitas tercatat sebesar Rp48,52 triliun, yang mencerminkan posisi keuangan yang kuat dengan total ekuitas mencapai Rp44,51 triliun. Net debt (utang bersih) perusahaan berada di angka Rp1,30 triliun, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengelola utang dengan baik.

Dalam periode 12 bulan terakhir (TTM), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mencatat arus kas dari operasi sebesar Rp11,3 triliun, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang kuat dari aktivitas operasionalnya. Sementara itu, arus kas yang digunakan untuk investasi tercatat negatif sebesar Rp971 miliar, yang mengindikasikan pengeluaran untuk ekspansi atau investasi dalam aset tetap.

Pada sisi pendanaan, PGAS mencatat arus kas negatif sebesar Rp13,32 triliun, yang menunjukkan perusahaan lebih banyak melakukan pembayaran utang atau pembelian kembali saham dibandingkan dengan penerbitan utang atau saham baru. Capital expenditure (belanja modal) perusahaan selama TTM mencapai Rp1,96 triliun. Setelah semua pengeluaran tersebut, PGAS berhasil menghasilkan free cash flow (arus kas bebas) sebesar Rp9,40 triliun, yang merupakan indikasi kesehatan finansial yang baik, memungkinkan perusahaan untuk mendanai pertumbuhan di masa depan atau mengembalikan dana kepada pemegang saham melalui dividen.

Dalam hal pertumbuhan, pendapatan PGAS mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 7,75 persen dalam periode kuartal, yang konsisten dengan pertumbuhan tahun kalender yang juga berada di angka 7,75 persen. Namun, secara tahunan (Year-over-Year), pertumbuhan pendapatan hanya tercatat sebesar 1,17 persen, yang mengindikasikan bahwa meskipun ada peningkatan pendapatan dari kuartal ke kuartal, secara keseluruhan pertumbuhan tahunan tidak terlalu signifikan.

Laba bersih perusahaan mencatat pertumbuhan yang cukup signifikan pada kuartal ini, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 49,22 persen, yang juga mencerminkan pertumbuhan laba bersih tahun kalender pada tingkat yang sama. Namun, secara tahunan, laba bersih mengalami penurunan sebesar 15,60 persen. Hal ini juga tercermin pada laba per saham (EPS) yang mengalami tren pertumbuhan yang sama, dengan peningkatan signifikan pada kuartal ini tetapi penurunan tahunan yang cukup tajam.

Valuasi PGAS

Valuasi perusahaan saat ini menunjukkan Price to Earnings Ratio (P/E) tahunan berada di level 5,15 kali, sedangkan P/E berdasarkan TTM tercatat sebesar 8,04 kali. Rasio valuasi ini masih terbilang cukup rendah, yang mengindikasikan bahwa saham PGAS dapat dianggap undervalued (di bawah nilai wajar) dibandingkan dengan rata-rata industri. Rasio forward P/E yang berada di angka 7,68 kali menunjukkan ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan laba perusahaan di masa mendatang.

Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) TTM berada di 0,69 kali, sedangkan rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) tercatat di angka 0,89 kali, yang menunjukkan bahwa saham perusahaan ini dihargai sedikit lebih rendah dibandingkan nilai buku asetnya.

Laba per saham (Earnings Per Share - EPS) selama TTM tercatat sebesar Rp203,28, sedangkan EPS yang telah disetahunkan mencapai Rp317,28. Pendapatan per saham (Revenue Per Share) selama TTM berada di angka Rp2.366,99, dan arus kas per saham (Cash Per Share) untuk kuartal tersebut sebesar Rp909,09. Nilai buku per saham (Book Value Per Share) tercatat pada angka Rp1.836,32, sementara arus kas bebas per saham (Free Cash Flow Per Share) berada di angka Rp388,08.

Dari sisi solvabilitas, rasio lancar (Current Ratio) PGAS pada kuartal ini berada di angka 1,37 kali, sementara rasio cepat (Quick Ratio) tercatat sebesar 1,32 kali. Kedua rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) berada di level 0,52 kali, yang mengindikasikan bahwa PGAS memiliki struktur modal yang konservatif dan tidak terlalu bergantung pada pembiayaan utang.

Dari sisi profitabilitas, PGAS mencatatkan return on assets (ROA) sebesar 4,61 persen dan return on equity (ROE) sebesar 11,07 persen. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) perusahaan mencapai 22,31 persen, sementara margin laba operasional (Operating Profit Margin) tercatat di 17,80 persen, dan margin laba bersih (Net Profit Margin) mencapai 12,76 persen. Angka-angka ini menunjukkan bahwa PGAS mampu mempertahankan tingkat profitabilitas yang cukup baik, dengan efisiensi operasional yang tinggi.

Untuk dividen, PGAS membayarkan dividen sebesar Rp148,31 per saham dalam periode TTM, dengan payout ratio sebesar 46,74 persen, yang menunjukkan bahwa hampir setengah dari laba bersihnya didistribusikan kepada para pemegang saham. Tingkat yield dividen (Dividend Yield) yang mencapai 9,07 persen menempatkan PGAS sebagai salah satu perusahaan yang menawarkan pengembalian investasi yang menarik melalui pembayaran dividen. Ex-date dividen terakhir tercatat pada 10 Juni 2024.

Kinerja Harga Saham

Dalam hal kinerja harga saham, PGAS menunjukkan pengembalian harga positif dalam berbagai periode waktu. Dalam 1 minggu terakhir, harga sahamnya naik 0,93 persen, sedangkan dalam 1 bulan terakhir mengalami kenaikan sebesar 2,51 persen. Dalam 3 bulan terakhir, harga sahamnya meningkat sebesar 4,47 persen, dan dalam 6 bulan terakhir mengalami lonjakan sebesar 38,56 persen. Selama 1 tahun terakhir, pengembalian harga saham mencapai 9,73 persen, dan dalam 3 tahun terakhir naik 63,50 persen, yang menunjukkan apresiasi harga yang signifikan dalam jangka menengah.

Namun, jika dilihat dalam jangka panjang, kinerja harga saham PGAS masih terbilang kurang memuaskan. Dalam 5 tahun terakhir, harga sahamnya turun sebesar 12,57 persen, dan dalam 10 tahun terakhir bahkan mencatat penurunan yang lebih drastis sebesar 72,52 persen. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada pertumbuhan jangka pendek dan menengah yang kuat, kinerja jangka panjang masih di bawah harapan.

Meski PGAS menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik dalam pendapatan dan laba bersih, serta menghasilkan arus kas yang solid, kinerja harga saham dalam jangka panjang menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Hal ini berarti investor mungkin tetap berhati-hati terhadap prospek jangka panjang perusahaan, meskipun kinerja jangka pendek dan menengah tampak lebih menjanjikan. (*)