KABARBURSA.COM - Pada perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-79, sektor hulu migas di Indonesia melaporkan sejumlah capaian mengesankan. SKK Migas mencatat produksi minyak dan gas nasional hingga 15 Agustus 2024 mencapai 1.873 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD), meningkat 34 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, saluran gas harian (lifting) pada 24 Juli 2024 mencatatkan pencapaian 5.919 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), melampaui target APBN sebesar 5.785 MMSCFD.
Capaian ini didorong oleh penambahan produksi dari proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) yang telah menghasilkan 13.300 barel minyak per hari (BOPD) dari sumur pertama. Penemuan besar lainnya di Geng North dan Layaran-1 juga menjadi sorotan, menempatkan Indonesia sebagai pemimpin eksplorasi migas di Asia Tenggara.
Peningkatan kinerja ini memberikan katalis positif bagi emiten hulu migas seperti PT Energi Mega Persada (ENRG), yang diperkirakan akan diuntungkan oleh peningkatan produksi dan penemuan cadangan baru ini. Namun, untuk detail lebih lanjut mengenai dampak spesifik pada kinerja keuangan ENRG, pembaca dapat menggali laporan keuangan terbaru yang mencerminkan bagaimana perusahaan ini merespons momentum positif di sektor hulu migas.
PT Energi Mega Persada Tbk adalah perusahaan hulu minyak dan gas bumi yang memiliki wilayah operasi yang tersebar di Indonesia dan Mozambik. Perusahaan dengan kode emiten ENRG ini fokus pada eksplorasi, pengembangan, dan produksi minyak mentah, gas bumi, serta gas metana batubara. Keberadaan ENRG sebagai salah satu pemain utama dalam industri energi di Indonesia menegaskan perannya yang signifikan dalam memenuhi kebutuhan energi nasional maupun global.
Pemegang saham ENRG terdiri dari berbagai pihak dengan mayoritas saham dikuasai oleh masyarakat non-warkat yang menguasai 54,373 persen atau sekitar 13,50 miliar saham. Salah satu pemegang saham utama adalah PT Shima Global Kapital yang mengendalikan 21,442 persen saham atau setara dengan 5,32 miliar saham.
Selain itu, Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. juga memiliki porsi signifikan dengan 12,983 persen atau 3,22 miliar saham. Pemegang saham lainnya termasuk PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia dengan 6,033 persen dan PT Panin Sekuritas yang memiliki 5,167 persen saham. Masyarakat warkat hanya menguasai 0,002 persen saham atau sekitar 592,52 ribu saham, dan saham treasury ENRG tercatat sebanyak 2,00 saham.
Dalam beberapa bulan terakhir, jumlah pemegang saham ENRG mengalami fluktuasi. Pada 31 Juli 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 32.246, mengalami penurunan sebanyak 1.096 pemegang saham dibandingkan bulan sebelumnya.
Sebelumnya, pada 30 Juni 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 33.342, juga mengalami penurunan sebesar 580 pemegang saham dari bulan Mei 2024. Meski demikian, terdapat bulan-bulan tertentu di mana jumlah pemegang saham meningkat, seperti pada 31 Mei 2024 yang mencatatkan penambahan sebanyak 68 pemegang saham.
Laba Bersih
Pada kuartal pertama 2024, ENRG mencatatkan laba bersih sebesar Rp280 miliar, meningkat dari Rp262 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Namun, pada kuartal kedua 2024, laba bersih mengalami penurunan menjadi Rp269 miliar dari Rp137 miliar pada kuartal kedua 2023.
Total laba bersih yang diannualisasi (dihitung setahun penuh berdasarkan data yang ada) mencapai Rp1,1 triliun, naik dari Rp1,05 triliun pada tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, total laba bersih dalam 12 bulan terakhir (TTM atau trailing twelve months) hingga kuartal kedua 2024 mencapai Rp1,20 triliun, menunjukkan peningkatan signifikan dari Rp1,0 triliun di 2023.
Valuasi
Dari sisi valuasi, rasio PE (Price to Earnings) saat ini yang dihitung secara annualisasi berada pada angka 4,74, sedikit lebih tinggi dari rasio PE untuk 12 bulan terakhir yang berada pada level 4,32. Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) untuk periode 12 bulan terakhir tercatat sebesar 0,75, menunjukkan bahwa harga saham perusahaan relatif rendah dibandingkan pendapatan yang dihasilkan.
Selain itu, rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) berada di angka 0,46, mengindikasikan bahwa saham ENRG diperdagangkan dengan harga di bawah nilai bukunya.
Per Saham
Laba per saham (EPS) PT Energi Mega Persada dalam 12 bulan terakhir tercatat sebesar Rp48,66 per saham, sedangkan laba per saham yang diannualisasi mencapai Rp44,30 per saham. Pendapatan per saham dalam 12 bulan terakhir mencapai Rp279,36 per saham, sementara kas per saham pada kuartal terakhir berada pada Rp49,91.
Nilai buku per saham yang tercatat adalah Rp454,95, namun free cashflow per saham dalam 12 bulan terakhir mencatat angka negatif sebesar Rp44,15, yang menandakan adanya arus kas bebas yang keluar dari perusahaan.
Solvabilitas
Rasio lancar (current ratio) yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya berada di angka 0,75. Rasio cepat (quick ratio) yang lebih konservatif karena tidak memperhitungkan persediaan, berada pada level 0,67. Sementara itu, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) tercatat sebesar 0,52, yang berarti total utang perusahaan setara dengan 52 persen dari ekuitasnya.
Profitabilitas
Dari sisi profitabilitas, return on assets (ROA) atau pengembalian atas aset perusahaan dalam 12 bulan terakhir tercatat sebesar 4,85 persen, dan return on equity (ROE) atau pengembalian atas ekuitas berada di angka 10,70 persen. Margin laba kotor pada kuartal terakhir mencapai 30,18 persen, sementara margin laba operasi berada di angka 25,42 persen.
Margin laba bersih tercatat sebesar 15,25 persen, menunjukkan profitabilitas yang masih terjaga meskipun ada berbagai tantangan.
Laba Kotor dan Neraca Keuangan
Total pendapatan ENRG dalam 12 bulan terakhir mencapai Rp6,93 triliun, dengan laba kotor sebesar Rp2,29 triliun dan EBITDA sebesar Rp3,89 triliun. Laba bersih dalam 12 bulan terakhir mencapai Rp1,20 triliun. Di sisi neraca keuangan, total aset perusahaan pada kuartal terakhir tercatat sebesar Rp24,89 triliun, dengan kas sebesar Rp1,23 triliun.
Total liabilitas mencapai Rp14,75 triliun, dengan utang jangka pendek sebesar Rp1,68 triliun dan utang jangka panjang sebesar Rp4,21 triliun. Total utang perusahaan mencapai Rp5,89 triliun, sementara ekuitasnya tercatat sebesar Rp11,29 triliun. Net debt atau utang bersih perusahaan setelah dikurangi kas berada pada angka Rp4,65 triliun.
Arus Kas
Arus kas operasi PT Energi Mega Persada dalam 12 bulan terakhir (TTM) mencapai Rp2,516 triliun, menunjukkan arus kas masuk yang kuat dari kegiatan operasional perusahaan. Namun, arus kas dari investasi menunjukkan angka negatif sebesar Rp3,657 triliun, yang berarti perusahaan melakukan investasi besar-besaran, sehingga menghasilkan arus kas keluar yang signifikan.
Di sisi lain, arus kas dari pembiayaan tercatat sebesar Rp1,50 triliun, mencerminkan adanya tambahan dana yang diperoleh dari sumber pembiayaan, mungkin melalui penerbitan utang atau ekuitas.
Belanja modal (capital expenditure) dalam periode yang sama mencapai Rp3,61 triliun, yang juga merupakan pengeluaran signifikan perusahaan. Akibatnya, arus kas bebas (free cash flow) perusahaan tercatat negatif sebesar Rp1,09 triliun, mengindikasikan bahwa perusahaan mengeluarkan lebih banyak uang daripada yang dihasilkannya dalam periode tersebut.
Pertumbuhan pendapatan PT Energi Mega Persada pada kuartal terakhir mengalami peningkatan sebesar 32,14 persen secara year-on-year (YoY). Pendapatan year-to-date (YTD) juga menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 15,24 persen, meskipun secara tahunan (annual YoY) pendapatan mengalami penurunan sebesar 7,81 persen.
Namun, laba bersih (net income) mengalami lonjakan yang signifikan dengan pertumbuhan kuartal year-on-year sebesar 97,26 persen dan YTD sebesar 37,92 persen. Secara tahunan, pertumbuhan laba bersih tercatat sebesar 1,52 persen. Pertumbuhan laba per saham (EPS) juga mencerminkan kinerja positif dengan peningkatan sebesar 97,27 persen pada kuartal year-on-year, dan YTD sebesar 37,92 persen, sementara secara tahunan EPS tumbuh sebesar 1,53 persen.
Performa Saham
Kinerja harga saham PT Energi Mega Persada dalam satu minggu terakhir mencatatkan kenaikan sebesar 0,96 persen. Namun, dalam satu bulan terakhir, harga saham mengalami penurunan sebesar 6,25 persen. Dalam tiga bulan dan enam bulan terakhir, saham mencatatkan kenaikan masing-masing sebesar 6,60 persen dan 6,06 persen. Meski begitu, kinerja harga saham dalam satu tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 8,70 persen.
Namun, dalam periode tiga tahun, harga saham meningkat tajam sebesar 94,44 persen, dan dalam lima tahun bahkan mencapai 288,89 persen. Performa harga saham selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan penurunan signifikan sebesar 70,17 persen. Hingga saat ini, kinerja harga saham dari awal tahun (year-to-date) tercatat mengalami penurunan sebesar 4,55 persen. Harga saham tertinggi dalam 52 minggu terakhir berada di Rp302, sedangkan harga terendah mencapai Rp159.(*)