Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pemegang Saham GTSI Tolak Rencana Buyback, Bagaimana Performanya?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 19 August 2024 | Penulis: Yunia Rusmalina | Editor: Redaksi
Pemegang Saham GTSI Tolak Rencana Buyback, Bagaimana Performanya?

KABARBURSA.COM - Hasil RUPS PT GTS Internasional Tbk (GTSI) menjelaskan para pemegang sahamnya menolak rencana perseroan yang ingin melakukan pembelian kembali saham alias buyback. Hal tersebut terungkap dalam agenda kedua Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) GTSI di Jakarta pada Kamis, 15 Agustus 2024.

Dari total 13,51 miliar saham dengan hak suara yang hadir, hanya 96,03 juta yang menyetujui buyback. Sedangkan total 635 ribu saham dengan hak suara abstain. Sementara mayoritas atau sebanyak 13,41 miliar saham yang hadir RUPSLB memberikan suara tidak setuju. Jumlah ini setara 99,28 persen saham GTSI.

“Maka, rapat tidak menyetujui untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback),” demikian isi putusan RUPSLB GTSI, diunggah dalam Surat Keterangan Notaris Arry Supratno di Keterbukaan Informasi BEI, ditulis Senin, 19 Agustus 2024.

GTSI diketahui telah menerbitkan rencana buyback dalam keterbukaan informasi pada 9 Juli 2024. Perseroan berniat mengalokasikan dana untuk buyback 790,95 juta saham atau setara Rp39,54 miliar. Alasan utama aksi korporasi ini adalah karena saham emiten pelayaran milik Tommy Soeharto ini masuk dalam Papan Pemantauan Khusus. Selain itu, buyback dipilih sebagai strategi menjaga stabilitas harga saham di masa yang akan datang.

“Perseroan memandang perlu untuk melakukan pembelian kembali saham untuk meningkatkan liquiditas saham perseroan yang dapat memberikan dampak pada kenaikan harga saham,” ujar manajemen dalam prospektus buyback.

Rencana buyback ini resmi tidak mendapat persetujuan RUPSLB. Adapun dua agenda lainnya disetujui pemegang saham, meliputi perubahan penggunaan dana hasil penawaran umum, hingga perubahan pengurus.

Diketahui, GTSI mengubah rencana penggunaan dana hasil penawaran umum, dari semula pembelian dan modifikasi kapal LNG menjadi untuk pembelian kapal pengangkutan LNG dan kapal penunjang lainnya.

Sementara dua pengurus yang diberhentikan adalah Komisaris Utama Tonny Aulia Achmad dan Direktur Utama Tammy Meidharma. Sebagai gantinya, GTSI menetapkan A.R Sofyan sebagai Komut, dan Gembong Primadjaja sebagai Dirut.

Sebelumnya, emiten pelayaran Grup Humpuss milik Tommy Soeharto PT GTS Internasional Tbk. (GTSI) membukukan kenaikan laba bersih hingga 49,96 persen meski pendapatan anjlok sepanjang 2023.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2023, GTSI melaporkan pendapatan usaha sebesar USD32,16 juta atau setara dengan Rp496,52 miliar . Capaian ini tergerus 21,99 persen year on year dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang tercatat sebesar USD41,22 juta.

Pendapatan usaha GTSI ditopang oleh pelanggan pihak ketiga sebesar USD21,53 juta dengan jasa sewa kapal paling banyak adalah gas alam cair. Sementara itu, pendapatan dari pihak berelasi yaitu PT Humpuss Transportasi Kimia sebesar USD10,62 juta. Sebelumnya, GTSI telah menyiapkan sejumlah rencana investasi jangka menengah. Total investasi yang akan disiapkan GTSI senilai USD 508 juta.

Sedangkan rincian alokasi dana tersebut ialah sebagai berikut. Pertama, GTSI berencana membangun storage & shuttle LNG yang membutuhkan dana USD50 juta. Pengadaannya direncanakan di tahun depan dan diperkirakan beroperasi (comissioning) di Juni 2024.

Kedua, GTSI akan kembali berinvestasi pada proyek Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) atau Kapal Unit Penyimpanan dan Regasifikasi Terapung senilai USD265 juta. Rencananya, proyek ini akan mulai comissioning di 2026 mendatang. Adapun bisnis FSRU cukup menarik lantaran penggunaannya cukup tinggi di Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Adapun kontrak FSRU juga akan dilakukan dalam waktu jangka panjang yakni sampai 25 tahun.

Ketiga, proyek regasifikasi senilai USD 175 juta yang diproyeksikan beroperasi di Juni 2026. Proyek ini mengikuti oleh sistem tender PLN yang tidak hanya ingin menggunakan fasilitas kapal saja tetapi juga membutuhkan terminal-terminal kecil untuk LNG.

Keempat, pembangunan LNG retail dan bunkering senilai USD18 juta yang akan selesai di kuartal II 2024. Proses pengisian bahan bakar (bunkering) LNG menjadi suatu bisnis yang bagus ke depannya. Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang sering dilewati oleh kapal internasional yang sedang menjual hasil mineralnya ke Asia.

"Tentu saja, kapal-kapal tersebut membutuhkan bunker LNG untuk mengisi bahan bakarnya," terangnya.

Sedangkan untuk LNG ritel, Tammy menilai, kebijakan pemerintah yang akan mengurangi subsidi LPG akan meningkatkan penggunaan LNG ke depannya. Seiring dengan turunnya pendapatan, beban pokok pendapatan GTSI juga tercatat turun 17,85 persen YoY dari USD26,69 juta menjadi USD21,92 juta sepanjang 2023.

Beban usaha GTSI juga susut 55,74 persen menjadi USD3,03 juta dari sebelumnya USD6,86 juta Hal tersebut disumbang oleh penurunan beban operasi dan kenaikan pendapatan operasi lainnya.

Sementara Laba kotor GTSI tercatat turun 29,6 persen menjadi USD10,23 juta atau setara Rp157,96 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD14,53 juta. Sedangkan menelisik kinerja sahamnya, bahkan memiliki tanda x atau perusahaan tercatat dalam pemantauan khusus oleh BEI sejak 31 Mei 2024.

Hal tersebut salah satunya dikarenakan harga saham selama kurang lebih enam bulan terakhir mengalami harga yang kurang dari Rp51.(*)