KABARBURSA.COM - Pakistan memulai skrining ketat terhadap seluruh pelancong yang memasuki negeri itu, menyusul temuan kasus cacar monyet (Mpox) bulan ini. Langkah preventif ini diambil untuk menghalau penyebaran virus yang kembali mengancam wilayah Asia Selatan.
Malik Mukhtar Ahmed, koordinator kesehatan nasional perdana menteri, dalam konferensi pers di Islamabad pada Sabtu 17 Agustus 2024 mengumumkan bahwa pemindai telah ditempatkan di setiap bandara serta di perbatasan yang berbatasan dengan Afghanistan, China, India, dan Iran. Pemindai ini berfungsi mendeteksi potensi infeksi, bagian dari upaya komprehensif guna mencegah penyebaran virus.
"Tidak perlu panik," tegas Ahmed. Ia meyakinkan bahwa Pakistan memiliki cadangan vaksin yang memadai. "Kami tidak mengantisipasi adanya kondisi darurat terkait infeksi ini."
Dalam kurun waktu lebih dari setahun, Pakistan telah mendeteksi 11 kasus cacar monyet. Kasus terbaru dikonfirmasi pada 13 Agustus, melibatkan seorang pria berusia 34 tahun yang baru saja kembali dari Arab Saudi. Salah satu pasien yang terinfeksi dilaporkan meninggal, namun akibat penyakit lain, jelas pejabat setempat.
Gelombang narasi berulang terus menyebar di platform seperti TikTok, di mana pengguna memperingatkan bahwa pembatasan pergerakan sedang direncanakan. Salah satu akun bahkan mengajak pengikutnya bersiap menghadapi karantina wilayah terkait cacar monyet, sambil menggambarkannya sebagai bentuk "tirani baru." Unggahan lain mengejek konferensi pers pemerintah Inggris selama lockdown Covid, menggunakan slogan serupa tetapi mengacu pada wabah cacar monyet.
Disinformasi Meluas Dalam beberapa unggahan, kebijakan terkait Covid dari pemerintah Inggris dihubungkan secara tidak akurat dengan wabah cacar monyet. Kekhawatiran tentang wabah ini mungkin wajar, tetapi para ilmuwan dengan tegas menyatakan bahwa virus cacar monyet sangat berbeda dengan Covid. Para ahli meyakini penyebarannya akan terbatas dan terkendali.
Cacar monyet jauh lebih sulit menular dibandingkan Covid. Kita sudah memiliki vaksin dan perawatan yang tersedia. Orang yang terinfeksi baru menular setelah gejala muncul, memudahkan deteksi dan isolasi. Oleh karena itu, langkah-langkah seperti karantina wilayah atau vaksinasi massal bukanlah respons yang sesuai, tegas Profesor Peter Horby, Direktur Pusat Ilmu Pandemi Universitas Oxford. Sebaliknya, isolasi dan vaksinasi ditargetkan pada mereka yang terinfeksi atau memiliki kontak erat dengan mereka.
Narasi Konspirasi Tanpa Dasar Berbagai teori konspirasi yang tidak berdasar beredar, menuduh bahwa wabah cacar monyet merupakan hasil kebocoran laboratorium atau digunakan sebagai senjata biologis. Akun-akun di media sosial Ukraina, Rusia, China, dan AS menyebarkan tudingan ini. Namun, ahli genetika Fatima Tokhmafshan menyatakan bahwa pelacakan DNA cacar monyet menunjukkan ini adalah jenis virus yang lazim menular di Afrika Barat, membantah teori kebocoran laboratorium.
Narasi ini juga mengaitkan wabah dengan perencanaan pandemi oleh tokoh seperti Bill Gates dan Anthony Fauci. Tuduhan ini muncul dalam berbagai bahasa dan menyebar di platform seperti Weibo, Facebook, hingga Instagram, mengacu pada dokumen dari Nuclear Threat Initiative (NTI) yang menggelar lokakarya pada 2021 tentang skenario pandemi masa depan. Fakta bahwa organisasi seperti NTI meramalkan dan mempersiapkan diri untuk wabah tidak serta merta membuatnya mencurigakan.
Klaim Tentang Vaksin Covid dan Cacar Monyet Disinformasi terkait cacar monyet juga mengaitkan wabah ini dengan vaksin Covid, khususnya vaksin AstraZeneca yang menggunakan virus dari simpanse yang dimodifikasi. Narasi ini menyesatkan, karena virus penyebab cacar monyet berbeda dengan virus yang digunakan dalam vaksin tersebut. Selain itu, cacar monyet diperkirakan berasal dari hewan pengerat, bukan monyet.
Klaim lain yang tersebar menyatakan bahwa vaksin Covid melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat seseorang lebih rentan terhadap virus lain, termasuk cacar monyet. Ini juga tidak berdasar. Vaksin justru dirancang untuk memperkuat, bukan melemahkan, sistem kekebalan tubuh. Meskipun ada beberapa kasus reaksi autoimun terhadap vaksin, seperti pembekuan darah setelah vaksin AstraZeneca, tidak ada bukti bahwa vaksin mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan penyakit lain.
Lebih dari 200 orang di 27 negara bagian Amerika Serikat saat ini diawasi ketat oleh otoritas kesehatan, diduga telah terpapar cacar monyet, demikian pernyataan sejumlah pejabat kesehatan AS. Aparat tengah memantau individu-individu yang diduga melakukan kontak dengan seorang pria Texas yang membawa virus tersebut dari Nigeria di awal bulan ini.
Pria tersebut kini berada di rumah sakit dengan kondisi stabil. Ia dipercaya menjadi kasus pertama cacar monyet di Amerika sejak tahun 2003. Meski demikian, hingga saat ini, belum ada laporan tambahan mengenai kasus baru di AS.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) mengungkapkan bahwa individu-individu yang sedang diawasi adalah penumpang pesawat yang satu penerbangan dengan pria Texas tersebut. Mereka dicurigai telah terpapar cacar monyet.
CDC juga menyebutkan bahwa pihak maskapai tengah menilai risiko pada individu-individu yang mungkin melakukan kontak dekat dengan pria tersebut. Namun demikian, risiko penyebaran dalam pesawat diklaim rendah, mengingat para penumpang diwajibkan mengenakan masker selama penerbangan.
Pria tersebut melakukan perjalanan dari Lagos, Nigeria, ke Atlanta, Georgia, pada tanggal 9 Juli. Dia kemudian melanjutkan penerbangan ke Dallas, tempat ia dirawat saat ini, seperti yang dikonfirmasi oleh CDC.
Seorang juru bicara CDC menyampaikan kepada BBC bahwa mereka tengah bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat untuk melacak siapa saja yang mungkin telah terpapar cacar monyet. Risiko bagi masyarakat umum diperkirakan rendah, kata juru bicara tersebut, sambil menambahkan bahwa tidak satu pun dari 200 orang yang dilacak dikategorikan dalam kelompok risiko tinggi.
Cacar monyet, meskipun jarang, disebabkan oleh virus dari keluarga yang sama dengan cacar air, namun lebih ringan. Penyakit ini lebih sering ditemukan di wilayah-wilayah terpencil Afrika Tengah dan Barat, terutama di daerah yang berbatasan dengan hutan tropis.
Gejala-gejala Cacar Monyet:
Mayoritas kasus cacar monyet cenderung ringan, menyerupai gejala cacar air dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam hitungan minggu. Namun, dalam beberapa kasus, cacar monyet dapat menjadi mematikan. CDC mencatat bahwa satu dari 100 kasus berpotensi fatal.
Meski jarang, AS pernah mengalami wabah cacar monyet. Pada tahun 2003, tercatat 47 kasus terkonfirmasi atau probable yang terkait dengan tikus-tikus impor dari luar negeri. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.