KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyoroti soal pertumbuhan investasi Indonesia yang hingga kuartal II-2024 hanya mengalami kenaikan sebesar 4,4 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang sudah melampaui 5 persen.
Sri Mulyani mengatakan meski investasi Indonesia masih menunjukkan kekuatan, terutama didorong oleh Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan sektor perbankan, pertumbuhan ini perlu didorong lebih lanjut untuk mempercepat perekonomian secara keseluruhan.
“Pertumbuhan investasi masih perlu didorong. Meskipun kita selalu relatif konstan di sekitar 4,4 persen, tentunya ada potensi untuk akselerasi yang bisa menciptakan pertumbuhan yang lebih tinggi,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers RAPBN 2025 di kantor Ditjen Pajak, Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2024.
Sri Mulyani juga menekankan bahwa kekuatan investasi saat ini didorong oleh kinerja PMA dan PMDN yang telah tumbuh lebih dari dua kali lipat dalam empat tahun terakhir.
Menurut paparan eks Direktur Bank Dunia (World Bank) ini, pada kuartal I-2020, investasi PMA dan PMDN tercatat sebesar Rp211 triliun. Angka ini melonjak menjadi Rp428 triliun pada kuartal II-2024, menjadikannya yang tertinggi dalam beberapa kuartal terakhir.
Selain itu, sektor perbankan juga mulai menunjukkan peningkatan dengan total kredit yang tumbuh sebesar 11,5 persen (yoy) per Juni 2024. Pertumbuhan kredit investasi tercatat sebesar 13,9 persen, sementara kredit modal kerja naik 10,9 persen.
“Pertumbuhan dua digit dari sektor perbankan dan PMA serta PMDN ini menciptakan kapital yang tertanam dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutur Sri Mulyani.
Sementara itu, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi kuartal II-2024 dan semester I-2024 menunjukkan pertumbuhan positif pada periode April-Juni dan enam bulan pertama tahun ini.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengumumkan bahwa nilai investasi pada kuartal II-2024 mencapai Rp428,4 triliun, meningkat 6,7 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq) dan 22,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
Dari total investasi tersebut, Rp217,3 triliun merupakan Penanaman Modal Asing (PMA), menyumbang 50,7 persen dari total investasi. PMA ini naik 6,3 persen qtq dan 16,6 persen yoy.
Bahlil menyatakan bahwa meskipun kondisi ekonomi global masih memprihatinkan dengan 95 negara menjadi pasien IMF, Indonesia tetap mendapat kepercayaan dari publik global sebagai salah satu tujuan investasi.
“Kita tahu ekonomi global masih dalam kondisi memprihatinkan, dengan 95 negara menjadi pasien IMF. Kita bersyukur publik global masih mempercayai negara kita sebagai salah satu tujuan investasi,” kata Bahlil Lahadalia, Senin, 29 Juli 2024.
Sementara itu, Rp211,1 triliun merupakan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), berkontribusi sebesar 49,3 persen dari total realisasi investasi. PMDN tumbuh 7,1 persen secara kuartalan (qtq) dan 29,1 persen secara tahunan (yoy).
Sebagai catatan, PMDN pada kuartal II didominasi oleh sektor pertambangan, transportasi, gudang, dan telekomunikasi, yang masing-masing mencapai Rp32,1 triliun (15,2 persen) dan Rp29,6 triliun (14 persen). Posisi ketiga adalah perumahan, kawasan industri, dan perkantoran dengan realisasi sebesar Rp21,4 triliun atau 10,2 persen.
Kemudian, PMA didominasi oleh industri logam dasar, barang logam, dan bukan mesin dan peralatannya sebesar USD4,4 miliar (30,3 persen) serta jasa lainnya sebesar USD1 miliar (7 persen). Posisi ketiga terbesar adalah pertambangan dengan investasi sebesar USD900 juta (6,2 persen).
Jika dilihat dari segi geografis, sebanyak Rp215,2 triliun atau 50,2 persen investasi pada kuartal II mengalir ke luar pulau Jawa. Sisanya, Rp213,2 triliun atau 49,8 persen masuk ke pulau Jawa.
Secara lokasi, PMDN terbanyak mengalir ke DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan perolehan masing-masing Rp34,1 triliun dan Rp25,6 triliun. Posisi selanjutnya adalah Jawa Timur dan Riau dengan investasi masing-masing Rp24,1 triliun dan Rp21,8 triliun. Terakhir adalah Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan realisasi investasi Rp15,2 triliun.
Lebih lanjut, PMA tercatat paling banyak masuk ke Jawa Barat sebesar USD2,5 miliar dan Sulawesi Tengah USD2,1 miliar. Posisi ketiga dan keempat adalah DKI Jakarta dan Maluku dengan investasi masing-masing USD1,8 miliar dan USD1,7 miliar. Sementara itu, posisi kelima adalah Banteng dengan USD1,3 miliar.
Dari sisi negara asal investasi, Singapura masih berada di posisi pertama dengan USD4,6 miliar pada kuartal II-2024. Posisi kedua adalah China dengan USD2 miliar, diikuti oleh Hong Kong sebesar USD1,9 miliar. (*)