KABARBURSA.COM - Manajemen PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) menyatakan tidak memiliki penjelasan terkait volatilitas transaksi sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Corporate Secretary ADHI, Rozi Sparta, menegaskan bahwa perusahaan tidak memiliki informasi atau fakta material yang bisa mempengaruhi nilai efek perusahaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 31/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan Informasi atau Fakta Material oleh Emiten atau Perusahaan Publik.
"Perseroan tidak memiliki informasi atau fakta material yang berpotensi mempengaruhi nilai efek maupun keputusan investasi pemodal. Selain itu, tidak ada kejadian penting lainnya yang bersifat material dan dapat berdampak pada harga efek serta keberlangsungan hidup Perseroan yang belum diungkapkan ke publik," ujar Rozi.
Meski demikian, Rozi mengungkapkan, terkait aksi korporasi, Perseroan berencana melunasi Obligasi Berkelanjutan III Adhi Karya Tahap II Tahun 2021 Seri B dengan pokok sebesar Rp473,5 miliar yang akan jatuh tempo pada 24 Agustus 2024.
"Perseroan telah melaporkan kesiapan dana untuk pelunasan Obligasi Berkelanjutan III Adhi Karya Tahap II Tahun 2021 Seri B pada 5 Agustus 2024 melalui situs Bursa Efek Indonesia," tambahnya.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp13,77 miliar pada semester pertama 2024, meningkat 10,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp12,41 miliar. Dengan capaian ini, laba per saham dasar tercatat Rp1,64, naik dari sebelumnya Rp1,48.
Namun, pendapatan usaha mengalami penurunan menjadi Rp5,68 triliun, turun 10,55 persen dari Rp6,35 triliun tahun lalu. Beban pokok pendapatan juga mengalami penurunan menjadi Rp5,15 triliun, lebih rendah dari Rp5,7 triliun sebelumnya. Meskipun demikian, laba kotor merosot menjadi Rp521,66 miliar dari Rp653,32 miliar tahun lalu.
Beban penjualan tercatat Rp5,45 miliar, sedikit menurun dari Rp6,73 miliar sebelumnya. Sebaliknya, beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp377,61 miliar dari Rp341,60 miliar, menyebabkan total beban usaha naik menjadi Rp383,06 miliar dibandingkan Rp348,34 miliar tahun lalu. Laba usaha tercatat Rp138,60 miliar, menurun signifikan dari Rp304,98 miliar.
Bagian laba dari ventura bersama melonjak 109 persen menjadi Rp327,87 miliar dari Rp156,31 miliar tahun lalu. Namun, bagian rugi dari entitas asosiasi melejit 710 persen menjadi Rp8,92 miliar, dibandingkan kerugian Rp1,46 miliar tahun lalu. Beban keuangan meningkat menjadi Rp391,91 miliar dari Rp358,32 miliar, sementara pendapatan lainnya sedikit menurun menjadi Rp78,55 miliar dari Rp79,96 miliar.
Beban pajak penghasilan final meningkat menjadi Rp126,66 miliar dari Rp120,45 miliar, dengan laba sebelum pajak menyusut menjadi Rp35,37 miliar dari Rp61,01 miliar. Beban pajak penghasilan tidak final naik menjadi Rp6,30 miliar dari Rp3,09 miliar, namun total beban pajak penghasilan turun menjadi Rp6,30 miliar dari Rp8,10 miliar. Laba tahun berjalan tercatat Rp29,06 miliar, turun dari Rp52,90 miliar tahun lalu.
Di sisi neraca, jumlah ekuitas meningkat sedikit menjadi Rp9,24 triliun dari Rp9,21 triliun tahun lalu, sedangkan total liabilitas menurun signifikan menjadi Rp26,94 triliun dari Rp31,27 triliun. Jumlah aset juga menurun menjadi Rp36,19 triliun dari Rp40,49 triliun tahun lalu.
Di sisi lain, ADHI mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp2,09 triliun dari APBN untuk tahun anggaran 2025. Dana ini direncanakan untuk menyelesaikan dua proyek strategis nasional (PSN).
Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson, mengatakan suntikan modal tersebut akan dialokasikan untuk proyek jalan tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo sebesar Rp1,92 triliun dan jalan tol Yogyakarta-Bawen sebesar Rp173 miliar.
Menurut Entus, permintaan PMN ini diajukan karena perubahan kondisi pada pembangunan Tol Yogyakarta-Bawen. Pertama, terjadi kenaikan biaya konstruksi dan investasi dari Rp14,2 triliun menjadi sekitar Rp18,3 triliun guna menjaga cagar budaya seperti Selokan Mataram dan situs-situs penting lainnya.
Kedua, terjadi peningkatan saham Adhi Karya dari 12,5 persen menjadi 13,16 persen karena pemegang saham lainnya tidak melakukan setoran modal pada 2022.
Perubahan juga terjadi pada pembangunan tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo dengan perubahan saham ADHI dari 24 persen menjadi 47,18 persen.
Pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo sepanjang 96,57 km oleh Adhi Karya dibagi dalam tiga tahap. Tahap I mencakup Kartasura-Purwomartani sepanjang 42,37 km, Purwomartani-Maguwoharjo sepanjang 3,62 km, dan Trihanggo-Junction Sleman sepanjang 3,25 km. Tahap II menghubungkan Junction Sleman-Purworejo sepanjang 38,5 km, dan Tahap III Maguwoharjo-Trihanggo sepanjang 8,75 km.
“Semua pekerjaan ini akan selesai pada 2026,” kata Entus, Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin, 8 Juli 2024.
Sementara itu, jalan tol Yogyakarta-Bawen sepanjang 74,94 km terdiri dari enam seksi, yakni Sleman-Banyurejo, Banyurejo-Borobudur, Borobudur-Magelang, Magelang-Temanggung, Temanggung-Ambarawa, dan Ambarawa-JC Bawen. Jalan tol ini direncanakan selesai pada semester II tahun 2027.
“Dengan adanya PMN, PT Adhi Karya akan mampu mendukung penyelesaian PSN, menjaga kesehatan keuangan perusahaan, serta meningkatkan kapasitas usaha dan daya saing perusahaan,” kata Entus.
Jumlah pemegang saham tercatat mengalami fluktuasi selama tahun ini. Mengutip Stockbit, pada 30 Juni 2024, jumlah pemegang saham perusahaan dengan kode emiten ADHI ini tercatat sebanyak 49.157, turun sebanyak 433 pemegang dari bulan sebelumnya.
Pada 31 Mei 2024, tercatat 49.590 pemegang saham, juga mengalami penurunan sebesar 386 pemegang dibandingkan bulan sebelumnya. Pada 30 April 2024, jumlah pemegang saham mencapai 49.976, berkurang 541 pemegang dari bulan sebelumnya.
Namun, ada peningkatan pada Maret dan Februari 2024. Pada 31 Maret 2024, jumlah pemegang saham meningkat menjadi 50.517, naik 598 pemegang dibandingkan bulan sebelumnya.
Pada 29 Februari 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 49.919, mengalami peningkatan sebesar 1.871 pemegang dibandingkan Januari 2024 yang tercatat sebanyak 48.048 pemegang saham, dengan kenaikan 12 pemegang dari bulan sebelumnya.(*)