Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Emiten Berfundamental Kuat jadi Rebutan, Apa Saja?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 16 August 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
Emiten Berfundamental Kuat jadi Rebutan, Apa Saja?

KABARBURSA.COM - Pelaku pasar saat ini dinilai tengah fokus ke sejumlah emiten-emiten yang memiliki fundamental yang cukup kuat dikarenakan beberapa hal.

Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee  mengatakan kondisi volatilitas yang tinggi menyebabkan para pelaku pasar memilih emiten yang berfundamental kuat.

"Karena pada kondisi volatilitas yang tinggi biasanya orang cenderung mengambil saham-saham yang relatif lebih aman," ujar Hans dalam acara Webinar 'Menangkap Momentum di Balik Dinamika IHSG' yang diselenggarakan Kabar Bursa, Kamis, 15 Agustus 2024.

Menurut Hans, ada sejumlah emiten yang dipilih  pelaku pasar hingga kini. Seperti PT Ace Hardware (ACES), Astra International (ASII), Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), Bank Negara Indonesia (BBNI), Mayora Indah (MYOR), dan Telkom Indonesia (TLKM).

Secara teknikal, Hans memandang emiten yang disebutnya itu cukup variatif atau bervariasi. Seperti ASII, kata dia, emiten ini sempat dalam tren yang menurun beberapa waktu kemarin dan kini telah kembali bangkit.

"Karena ada beban ekspetasi orang tentang kinerja dia (ASII) sendiri dan tentang industri otomotif yang sedikit bergeser, tetapi beberapa saat ini kita lihat saham Astra dalam tren yg naik khususnya dari bulan Juni," jelas dia.

Untuk sektor perbankan, Hans melihat hanya BBCA yang kini sudah mulai menunjukan tren positif ketimbang emiten perbankan lainnya.

"Saham seperti Bank BRI belum kembali biarpun mulai reborn membaik dari pertengahan Juni sempat tertekan," ucap dia.

Diberitakan sebelumnya, Federal Reserve (The Fed) diprediksi akan memangkas suku bunga acuan sebanyak dua kali selama semester kedua tahun 2024. Langkah ini akan diikuti oleh penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI). Lantas bagaimana kondisi emiten perbankan?

Dalam perkembangan terbaru mengenai kondisi perbankan nasional, penurunan suku bunga yang direncanakan oleh BI diprediksi akan memberikan dampak positif terhadap risiko kredit macet di sektor perbankan.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia ⁠Liza Camelia Suryanata, mengungkap langkah penurunan suku bunga BI diharapkan dapat menurunkan angka non-performing loan (NPL) yang hingga saat ini masih menjadi tantangan signifikan bagi banyak bank.

“Kondisi emiten perbankan, well, tentunya dengan suku bunga yang turun, yang akan diikuti oleh perbankan akan menekan risiko kredit macet,” kata Liza kepada Kabar Bursa, Sabtu, 10 Agustus 2024.

Lanjutnya, Liza menilai saat ini masih banyak tantangan perbankan khususnya yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki kredit macet.

“Nah, risiko kredit macet ini NPL memang masih menjadi PR (pekerjaan rumah) untuk bank kita, terutama yang banyak kaitannya dengan UMKM,” jelasnya.

Kendati dengan suku bunga yang lebih rendah, diharapkan sektor UMKM akan lebih aktif dalam mengakses pembiayaan, yang pada gilirannya dapat membantu menurunkan risiko kredit macet yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi BRI sebagai BUMN terbesar di sektor perbankan Indonesia.

NPL Perbankan Menyusut

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja mengungkapkan bahwa rasio NPL atau kredit bermasalah di sektor perbankan domestik mengalami penurunan tipis. Data terbaru dari OJK menunjukkan bahwa rasio NPL gross perbankan mencapai 2,26 persen pada bulan Juni 2024.

Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, menjelaskan bahwa angka ini menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,34 persen.

“Kualitas kredit tetap stabil dengan rasio NPL gross perbankan di angka 2,26 persen, menurun dari 2,34 persen pada bulan Mei,” jelas Dian dalam konferensi pers virtual pada Senin, 5 Agustus 2024.

Di sisi lain, OJK mencatat rasio NPL net sale perbankan berada pada 0,78 persen, sedikit menurun dari 0,79 persen pada bulan Mei. Sementara itu, loan at risk (LaR) perbankan juga menunjukkan tren positif dengan penurunan menjadi 10,51 persen, dari sebelumnya 10,75 persen pada Mei. Angka ini semakin mendekati level pra-pandemi yang tercatat sebesar 9,93 persen pada Desember 2019.

Dalam segmen UMKM, OJK melaporkan adanya perbaikan signifikan. Pada Juni 2024, rasio NPL UMKM menunjukkan kemajuan positif dibandingkan beberapa bulan terakhir, menandakan peningkatan kualitas kredit di sektor ini.

“Adapun NPL gross UMKM menurun menjadi 4,04 persen, di mana Mei yang lalu tercatat sebesar 4,27 persen dengan LaR kredit UMKM juga mengalami penurunan menjadi 13,50 persen, Mei yang lalu sebesar 13,83 persen. Dari tahun sebelumnya sebesar 16,84 persen,” jelasnya.

Dian menuturkan, fungsi intermedia industri perbankan juga mengalami tren positif pada Juni 2024. Hal itu tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit yang tumbuh dua digit per Juni 2024 sebesar 12,36 persen.

“Pertumbuhan penyaluran kredit melanjutkan catatan double digit growth sebesar 12,36 persen yoy, yang (bulan Mei) sebelumnya 12,15 persen yoy,” jelasnya. (*)