Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Ekspor Bijih Logam Indonesia Melonjak Nyaris 4.000 Persen

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 15 August 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Ekspor Bijih Logam Indonesia Melonjak Nyaris 4.000 Persen

KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekspor bijih logam, terak, dan abu mengalami kenaikan signifikan pada Juli 2024.

Peningkatan ekspor komoditas yang termasuk dalam Harmonized System (HS) 26 ini turut berkontribusi pada pertumbuhan ekspor nonmigas Indonesia.

“Ekspor komoditas bijih logam, terak, dan abu mengalami peningkatan sebesar 3.973,44 persen secara bulanan (month to month/mtm),” kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Kamis, 15 Agustus 2024.

Katanya melanjutkan, pada Juli 2024, nilai ekspor komoditas ini mencapai USD708,57 juta, melonjak signifikan dari nilai ekspor pada Juni 2024 yang sebesar USD17,39 juta.

"Peningkatan nilai ekspor Juli 2024 secara bulanan terutama didorong oleh peningkatan ekspor non migas yaitu pada komoditas bijih logam, terak dan abu yang naik sebesar 3.973,44 persen dengan andil 3,32 persen," kata Amalia dalam konferensi pers, Kamis, 15 Agustus 2024.

Jika dirinci berdasarkan negara, Amalia mengungkapkan bahwa Jepang, Tiongkok dan India adalah negara tujuan ekspor utama komoditas HS 26 yang mengalami kenaikan itu.

Kenaikan itu salah satunya ditopang oleh ekspor bijih tembaga dan konsentratnya. Ekspor komoditas tersebut, kata Amalia, naik USD693 juta dan secara volume naik 212,8 ribu ton jika dibandingkan bulan sebelumnya.

Diketahui bahwa peningkatan itu disebabkan oleh kebijakan relaksasi ekspor konsentrat tembaga yang diberikan pemerintah kepada perusahaan tambang, di antaranya adalah PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral International.

Awalnya, izin ekspor konsentrat tembaga dua perusahaan itu berakhir pada pertengahan 2024. Namun, di tengah perjalanan, pemerintah memberikan relaksasi ekspor hingga akhir Desember 2024 sembari menunggu kedua perusahaan menyelesaikan smelter.

"Juni 2024 tidak ada ekspor, nihil karena beberapa perusahaan masih memproses perizinan sehubungan dengan kebijakan perpanjangan relaksasi izin ekspor mineral logam untuk komoditas konsentrat tembaga," ucapnya.

Nilai Ekspor RI Meningkat

Di kesempatan yang sama, BPS merilis data terbaru terkait kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Juli 2024, yang menunjukkan peningkatan signifikan di kedua sektor tersebut.

Nilai ekspor pada Juli 2024 mencapai USD22,21 miliar, meningkat 6,65 persen dibandingkan dengan Juni 2024. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, Juli 2023, nilai ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebesar 6,46 persen (year on year/yoy).

Ekspor nonmigas pada Juli 2024 memberikan kontribusi terbesar dengan nilai mencapai USD20,79 miliar. Angka ini meningkat 5,98 persen dibandingkan dengan Juni 2024 dan naik 5,87 persen jika dibandingkan dengan Juli 2023.

Ekspor migas juga menunjukkan kinerja positif dengan peningkatan sebesar 15,57 persen menjadi USD1,42 miliar pada Juli 2024, naik dari USD1,23 miliar pada Juni 2024. Peningkatan ini juga kuat secara tahunan.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa lonjakan ekspor nonmigas, terutama komoditas bijih logam, terak, dan abu yang naik hingga 3.900 persen, menjadi pendorong utama peningkatan ekspor pada Juli 2024.

“Secara keseluruhan, peningkatan ekspor di bulan Juli 2024 didorong oleh nonmigas bijih logam, terak, dan abu yang naik 3.900 persen,” kata Amalia Adininggar dalam konferensi pers, Kamis, 15 Agustus 2024.

Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar dengan kenaikan 4,56 persen, menyumbang 3,46 persen terhadap total ekspor.

Dari sepuluh komoditas nonmigas dengan nilai ekspor terbesar pada Juli 2024, mayoritas mencatat peningkatan, dengan kenaikan terbesar pada komoditas bijih logam, terak, dan abu yang nilainya mencapai USD691,2 juta atau setara dengan lonjakan 3.973,44 persen.

Pasar ekspor nonmigas terbesar Indonesia pada Juli 2024 adalah Tiongkok dengan nilai ekspor mencapai USD4,82 miliar, disusul oleh Amerika Serikat (AS) sebesar USD2,15 miliar, dan Jepang sebesar USD1,78 miliar. Kontribusi ketiga negara ini terhadap total ekspor Indonesia mencapai 42,11 persen.

Namun, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia untuk periode Januari hingga Juli 2024 mencapai USD147,30 miliar, justru mencatat penurunan sebesar 1,47 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.

Selain data ekspor, BPS juga mencatat kenaikan signifikan pada impor bulan Juli 2024 yang mencapai USD21,74 miliar, meningkat 17,82 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya mencapai USD18,45 miliar. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan impor migas dan nonmigas.

Amalia menjelaskan bahwa nilai impor migas pada Juli mencapai USD3,56 miliar, meningkat sebesar 8,78 persen dari bulan sebelumnya yang hanya USD3,27 miliar. Sementara itu, impor nonmigas meningkat lebih tajam, mencapai USD18,18 miliar atau naik 19,76 persen dibandingkan bulan Juni 2024 yang tercatat USD15,18 miliar.

“Kenaikan nilai impor migas didorong oleh peningkatan volume dan rata-rata harga agregat. Secara lebih spesifik, kelompok migas yang mengalami peningkatan nilai impor cukup tinggi adalah impor hasil minyak yang meningkat 30 persen,” ujar Amalia.

Peningkatan nilai impor nonmigas didorong oleh kenaikan volume sebesar 31,74 persen. Secara tahunan, nilai impor Juli 2024 sebesar USD21,74 miliar juga meningkat 11,07 persen dari periode sama tahun lalu yang mencapai USD19,57 miliar. (*)