KABARBURSA.COM - Bursa Indonesia tidak bisa berdiri sendiri karena sudah pasti dipengaruhi oleh kondisi global. Karenanya, terdapat sejumlah cara sebelum memulai investasi.
Ketua Pembina Galeri Investasi Syariah, Roikhan, menyebut sebelum melakukan investasi ada baiknya melihat market dari daratan Eropa seperti Financial Times Stock Exchange (FTSE) dan Deutscher Aktien Index (DAX).
"Itu bisa memberikan pengaruh sebelum kita melakukan investasi keesokan harinya," ujar Roikhan dalam acara Webinar 'Menangkap Momentum di Balik Dinamika IHSG' yang diselenggarakan Kabar Bursa, Kamis, 15 Agustus 2024.
Setelah itu, Roikhan menganjurkan untuk melihat Dow Jones yang di dalamnya ada emiten-emiten ternama seperti Microsoft hingga Tesla.
Roikhan menuturkan hal tersebut harus dijalankan agar calon investor memiliki acuan dalam berinvestasi.
"Esok harinya kita sudah tahu, misal Dow Jones tadi malam hijau, sebelum FTSE dan DAX juga hijau, itu artinya market sedang hijau," ucap dia.
Dengan begitu, lanjut Roikhan, investor memiliki harapan bahwa pagi harinya ketika ingin melakukan investasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi hijau.
"Inilah yang kemudian kita mendapatkan view yang awal sekali sebelum melakukan investasi," pungkasnya.
Sebelumnya IHSG ditutup menguat 1,0 persen ke level 7.436,039 pada perdagangan Rabu, 14 Agustus 2024. Level tersebut merupakan rekor tertinggi baru yang diukir IHSG setelah ditutup melampaui rekor sebelumnya 7.433 pada 14 Maret 2024. Di level itu, IHSG menguat 2,24 persen secara year-to-date dengan kapitalisasi pasar menyentuh Rp12.601 triliun
Beberapa saham penyokong utama IHSG dalam lonjakan ini termasuk BREN, BBRI, AMMN, BMRI, ASII, MSIN, BRPT, TPIA, BBNI, dan GOTO. Di sisi lain, saham-saham yang menjadi pemberat terbesar bagi IHSG kemarin adalah BBCA, DSSA, MBMA, CMRY, ITMG, BYAN, ADRO, INCO, BHIT, dan UNVR.
Secara total, 20 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar mencatat total market cap sebesar Rp8.037,47 triliun, yang mewakili 63,78 persen dari total kapitalisasi pasar IHSG, yang mencapai Rp12.601 triliun pada penutupan kemarin. Investor asing mencatat net buy sebesar Rp577,91 miliar di seluruh pasar, dengan net buy di pasar reguler sebesar Rp874,30 miliar dan net sell di pasar negosiasi sebesar Rp296,39 miliar.
Dari 11 indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI), ada 10 sektor yang mencatatkan penguatan bersama IHSG, dengan sektor properti dan real estat menjadi satu-satunya sektor yang melemah, turun 0,25 persen. Sektor barang konsumsi nonprimer mencatatkan penguatan terbesar, naik 3,42 persen, diikuti oleh sektor infrastruktur yang menguat 1,51 persen dan sektor barang baku yang naik 1,27 persen. Sektor keuangan dan teknologi juga mencatatkan penguatan masing-masing sebesar 0,81 persen dan 0,74 persen.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyiapkan langkah strategis guna mencapai kapitalisasi pasar tahun ini hingga USD1 triliun di tengah situasi global yang tak menentu. Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menjelaskan volatilitas di pasar modal belakangan tidak lepas dari isu-isu yang terjadi, baik di dalam negeri maupun isu global.
Menurutnya ada beberapa faktor yang mendorong naiknya kinerja IHSG, salah satunya adalah semakin besarnya kemungkian penurunan Fed Fund Rate dalam waktu dekat ini.
“Menurut Fedwatch Tool, peluang The Fed akan menurunkan suku bunga bulan depan adalah 100 persen. Hal ini juga menjelaskan mengapa dalam beberapa hari ini kita melihat Rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan terhadap USD. Saat ini sudah berada di level USD15.600,” kata Iman dalam keterangannya, Kamis, 15 Agustus 2024.
Selain itu Iman menejelaskan, faktor kenaikan IHSG juga karena laporan keuangan emiten kuartal II tahun 2024 yang masih menunjukkan pertumbuhan, terutama beberapa saham dengan kapitalisasi pasar besar juga diapresiasi positif oleh pelaku pasar.
“Jika hal ini terus berlanjut dan tidak ada gejolak yang signifikan di market, bukan tidak mungkin kapitalisasi pasar akan terus meningkat signifikan,” lanjut Iman.
Selain itu, didorong oleh optimisme penurunan suku bunga, penguatan rupiah dan penambahan jumlah emiten tercatat serta kinerja emiten yang terus tumbuh.
Saat ini kepemilikan SBN, SRBI, dan sebagainya, serta kripto yang cukup meningkat. Selain itu, tentu saja wait and see para investor terkait dengan komposisi kabinet baru yang akan dimulai pada pertengahan Oktober nanti. Bersamaan dengan itu pula, yang menjadi perhatian investor yakni kondisi pemilu di Amerika Serikat, perlambatan ekonomi China, dan tensi geopolitik di Rusia maupun di Timur Tengah.
“Nah ini tentu saja mempengaruhi. Kalau kita lihat bulan-bulan terakhir, indeks year to date per 9 Agustus 2024 bahkan masih turun 0,22 persen dibandingkan akhir tahun lalu. RNTH. Kondisi ini cukup fluktuatif, di mana awal tahun itu di angka rata-rata bulanan Rp10 triliun-an, dan kemarin sudah mulai lebih dari Rp12 triliun-an per hari,” ungkap dia.
” Kami optimis dan berharap kapitalisasi pasar saham bisa menembus angka di USD1 trilliun pada tahun ini, dari posisi saat ini di angka USD773 juta,” harapnya.
Iman menambahkan, sesuai dengan master plan, Bursa akan menerbitkan berbagai instrumen baru serta kebijakan yang tentu diharapkan berdampak positif dan menambah likuiditas bagi perdagangan di Bursa. Bersamaan dengan itu, Bursa juga memperhatikan aspek perlindungan investor atau investor protection.
“Jadi, ada beberapa hal yang kita lakukan, walaupun kondisi ekonomi ataupun kondisi global tetap menjadi challenge, tapi kita harapkan bahwa transaksi di Bursa tetap bisa meningkat signifikan di periode-periode setelah Agustus ini,” ujar Iman.
Bursa sendiri mematok target penambahan 2 juta hingga akhir tahun dengan target RNTH Rp12,25 triliun. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.