KABARBURSA.COM - Pada penutupan perdagangan Rabu, 14 Agustus 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak signifikan sebesar 1,08 persen, atau 79,40 poin, mencapai penutupan tertinggi sepanjang masa di 7.436,04. Sebelumnya, posisi tertinggi IHSG tercatat pada 7.454,45 pada 14 Maret 2024. Dalam sepekan, IHSG menguat 3,10 persen, dan sejak awal tahun, telah mencatat kenaikan sebesar 2,24 persen.
Beberapa saham penyokong utama IHSG dalam lonjakan ini termasuk BREN, BBRI, AMMN, BMRI, ASII, MSIN, BRPT, TPIA, BBNI, dan GOTO. Di sisi lain, saham-saham yang menjadi pemberat terbesar bagi IHSG kemarin adalah BBCA, DSSA, MBMA, CMRY, ITMG, BYAN, ADRO, INCO, BHIT, dan UNVR.
Secara total, 20 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar mencatat total market cap sebesar Rp8.037,47 triliun, yang mewakili 63,78 persen dari total kapitalisasi pasar IHSG, yang mencapai Rp12.601 triliun pada penutupan kemarin. Investor asing mencatat net buy sebesar Rp577,91 miliar di seluruh pasar, dengan net buy di pasar reguler sebesar Rp874,30 miliar dan net sell di pasar negosiasi sebesar Rp296,39 miliar.
Saham-saham dengan net buy terbesar oleh asing adalah:
Sementara itu, saham-saham dengan net sell terbesar oleh asing adalah:
Top gainers di indeks LQ45 kemarin adalah:
Top losers di indeks LQ45 adalah:
Dari 11 indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI), 10 sektor mencatatkan penguatan bersama IHSG, dengan sektor properti dan real estat menjadi satu-satunya sektor yang melemah, turun 0,25 persen. Sektor barang konsumsi nonprimer mencatatkan penguatan terbesar, naik 3,42 persen, diikuti oleh sektor infrastruktur yang menguat 1,51 persen dan sektor barang baku yang naik 1,27 persen. Sektor keuangan dan teknologi juga mencatatkan penguatan masing-masing sebesar 0,81 persen dan 0,74 persen.
NH Korindo Sekuritas Indonesia (NHKSI) menyarankan investor untuk tetap waspada terhadap pergerakan sentimen pasar. Tak bisa diabaikan, data inflasi Amerika Serikat (AS) memiliki dampak yang signifikan terhadap arah gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Dalam pandangan NHKSI, data inflasi AS menjadi penentu utama arah IHSG ke depan. “Data ini akan sangat mempengaruhi arah IHSG,” ungkap NHKSI dalam pernyataan yang diterima oleh Kabar Bursa, Rabu, 14 Agustus 2024.
Karenanya, NHKSI mendorong investor dan trader untuk selalu mengamati sentimen pasar yang terus berkembang. Selain itu, disarankan juga untuk menetapkan level trailing stop sebagai langkah antisipasi.
Di sisi lain, NHKSI menyoroti IHSG yang mencatat angka 7356,64 pada penutupan perdagangan Selasa, 13 Agustus 2024, yang menjadi level tertinggi dalam lima bulan terakhir.
Menurut NHKSI, pencapaian ini didorong oleh masuknya dana asing sebesar IDR484,13 miliar kemarin (seluruh pasar) dan penguatan Rupiah yang stabil pada posisi 15830/USD saat ini.
Namun, NHKSI juga memperingatkan bahwa indikator RSI menunjukkan divergensi negatif, mengisyaratkan kepada investor atau trader bahwa penguatan ini tidak disertai momentum beli yang cukup kuat.
Sementara diberitakan sebelumnya, Wall Street mencatatkan kenaikan signifikan pada perdagangan Selasa, 13 Agustus 2024, dengan indeks utama mencapai level tertinggi dalam hampir dua minggu terakhir. Penguatan ini didorong oleh data harga produsen yang lebih rendah dari perkiraan, yang memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve akan segera melakukan pemotongan suku bunga pada bulan September.
Pada penutupan perdagangan Selasa, indeks S&P 500 naik 90,04 poin atau 1,68 persen, berakhir di level 5.434,43. Sementara itu, Nasdaq Composite melonjak 407,00 poin atau 2,43 persen, menutup perdagangan pada 17.187,61. Dow Jones Industrial Average juga mencatatkan kenaikan, menambah 408,63 poin atau 1,04 persen menjadi 39.765,64.
Data terbaru menunjukkan bahwa harga produsen di Amerika Serikat mengalami kenaikan yang lebih rendah dari perkiraan pada bulan Juli. Sektor jasa yang lebih murah berhasil menekan kenaikan biaya barang, mengindikasikan bahwa tekanan inflasi terus mereda. Dalam periode 12 bulan hingga Juli, indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) meningkat sebesar 2,2 persen, lebih rendah dibandingkan kenaikan 2,7 persen yang tercatat pada bulan Juni.
Para investor kini mengalihkan perhatian mereka ke data harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) yang akan dirilis pada hari Rabu, 14 Agustus 2024 malam dan data penjualan ritel yang dijadwalkan keluar pada hari Kamis malam. Kedua data ini diharapkan dapat memberikan konfirmasi lebih lanjut mengenai kemungkinan pemotongan suku bunga yang agresif oleh bank sentral AS.
Michael James, Direktur Pelaksana Perdagangan Ekuitas di Wedbush Securities, menyatakan bahwa angka inti PPI mendukung narasi bahwa Federal Reserve telah berhasil menjaga inflasi tetap terkendali. “Kemungkinan besar, langkah yang akan diambil adalah pemotongan suku bunga lebih cepat daripada nanti,” ujar James.
Ia juga menambahkan bahwa setiap data ekonomi yang dirilis saat ini akan memiliki dampak yang besar pada pasar, mengingat kondisi pasar yang sangat sensitif dan gelisah.
Saat ini, para pelaku pasar memperkirakan ada peluang sebesar 55 persen bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin. Sebelum data PPI dirilis, probabilitas ini masih berada di bawah 50 persen, menurut CME FedWatch Tool.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.