Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Jelang HUT RI, IHSG Menghijau Rupiah Terus Menguat

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 14 August 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Jelang HUT RI, IHSG Menghijau Rupiah Terus Menguat

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan semangat pada awal perdagangan sesi pertama Rabu, 14 Agustus 2024, menguat 0,55 persen ke posisi 7.396,76, merespons positif data inflasi produsen Amerika Serikat (AS) yang lebih baik dari ekspektasi. Selang lima menit setelah dibuka, IHSG masih menunjukkan penguatan, meski sedikit terpangkas menjadi 0,42 persen di level 7.387,22, tetap berada di atas level psikologis 7.300.

Pada awal sesi, nilai transaksi indeks telah mencapai sekitar Rp666 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,3 miliar lembar saham, dan total transaksi sebanyak 55.749 kali. Sentimen positif ini didorong oleh data inflasi produsen AS (Producer Price Index/PPI) yang naik hanya 0,1 persen pada Juli 2024, lebih rendah dari ekspektasi kenaikan 0,2 persen, mengindikasikan meredanya tekanan inflasi dan meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed.

Penurunan harga jasa sebesar 0,2 persen, yang merupakan penurunan terbesar sejak Maret 2023, turut memperkuat harapan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada pertemuan berikutnya. Pasar kini menanti data inflasi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS untuk Juli 2024 yang akan dirilis malam nanti waktu Indonesia. Konsensus memperkirakan inflasi tahunan AS akan turun menjadi 2,9 persen dari 3 persen pada bulan sebelumnya, sementara inflasi bulanan diperkirakan meningkat menjadi 0,2 persen.

Data inflasi ini dianggap penting untuk keputusan kebijakan moneter The Fed yang akan diumumkan pada September. Pasar memperkirakan adanya peluang besar untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 hingga 50 basis poin pada pertemuan tersebut, dengan kemungkinan pemangkasan lebih lanjut pada pertemuan November dan Desember.

Perangkat FedWatch menunjukkan bahwa pasar mengantisipasi suku bunga The Fed akan berada di kisaran 4,25 persen - 4,50 persen pada akhir tahun, setelah serangkaian pemangkasan dari tingkat saat ini sebesar 5,25 persen - 5,50 persen.

Rupiah Semakin Perkasa

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat signifikan pada awal pembukaan perdagangan Rabu, 14 Agustus 2024. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah dibuka di Rp15.720 per dolar AS, menguat 0,7 persen dibandingkan posisi sebelumnya. Penguatan ini terutama didorong oleh rilis data indeks harga produsen (PPI) AS yang lebih rendah dari ekspektasi, memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga pada pertemuan September mendatang.

Indeks harga produsen AS hanya naik tipis 0,1 persen pada Juli 2024, dibandingkan dengan kenaikan 0,2 persen pada Juni 2024. Angka ini lebih rendah dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters, yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,2 persen. Secara tahunan, PPI meningkat 2,2 persen hingga Juli, turun dari 2,7 persen pada bulan sebelumnya.

Data ini menunjukkan adanya penurunan tekanan inflasi, yang mendorong pasar untuk memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed sebesar 25 hingga 50 basis poin pada pertemuan September, dan diikuti oleh pemangkasan serupa pada pertemuan November dan Desember.

Menurut perangkat FedWatch, peluang The Fed memangkas suku bunga pada Desember sangat besar, dengan kemungkinan penurunan suku bunga sebanyak 50 basis poin menjadi 4,75 persen - 5,00 persen sebesar 51,5 persen. Pasar juga memperkirakan penurunan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin pada November dan Desember, sehingga pada akhir tahun, suku bunga The Fed diproyeksikan berada di kisaran 4,25 persen - 4,50 persen.

Penguatan rupiah ini mencerminkan keyakinan pasar terhadap potensi pelonggaran kebijakan moneter AS, yang berdampak positif bagi mata uang negara berkembang seperti Indonesia.

Sentimen Penguat IHSG

Amerika Serikat (AS) akan merilis data ekonomi Indeks Harga Produsen (IHP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK) masing-masing pada Selasa, 13 Agustus dan Rabu, 14 Agustus 2024. Sentimen ini mampu membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini menghijau.

Indeks mencatat kenaikan 30,24 poin atau setara dengan 0,41 persen ke 7.327,87. Bursa Efek Indonesia (BEI), volume perdagangan tercatat 940 juta saham dengan nilai transaksi Rp580 miliar. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 63.106 kali. Sebanyak 205 saham menguat, dan 118 saham melemah. Sementara, 212 saham tidak bergerak.

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Investor menahan diri imbas menunggu lebih banyak sinyal tentang kesehatan ekonomi AS, termasuk angka inflasi utama yang akan dirilis.

Setelah turbulensi hebat di pekan lalu, investor akan fokus pada IHK untuk melihat lebih jelas apakah Federal Reserve (The Fed) akan memiliki keleluasaan, atau justru lebih terbatas dalam memfokuskan kembali pasar tenaga kerja dan memotong suku bunga secara bertahap untuk mengamankan ‘soft landing’, menurut Krishna Guha di Evercore.

“Volatilitas bisa kembali minggu ini. Jika inflasi terlalu rendah, ini dapat meningkatkan kekhawatiran bahwa AS mungkin menuju resesi. Jika inflasi terlalu tinggi, hal itu dapat mendorong kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS (The Fed) mungkin tidak dapat memangkas suku bunga cukup cepat untuk melindungi perekonomian. Risiko geopolitik juga tetap tinggi,” kata Solita Marcelli di UBS Global Wealth Management.

Menurut Keith Lerner di Truist Advisory Services, setelah guncangan volatilitas sebelumnya, investor cenderung melihat perubahan signifikan dalam kedua arah, dan proses perbaikan biasanya membutuhkan waktu.

Terutama, untuk mendapatkan kepercayaan lebih lanjut, investor akan menunggu beberapa laporan/acara dengan profil tinggi seperti pidato Gubernur The Fed Jerome Powell di Jackson Hole. Sementara itu, setiap laporan ekonomi kemungkinan akan diteliti secara berlanjut dan berulang, katanya.

Pernyataan terbaru dari pejabat Federal Reserve juga turut jadi sentimen penting. Anggota Dewan Gubernur Michelle Bowman menyatakan, suku bunga acuan sudah bisa turun jika syarat-syaratnya terpenuhi.

“Jika data yang ada menunjukkan bahwa inflasi bergerak menuju target 2 persen secara berkelanjutan, maka akan menjadi layak (appropriate) untuk secara bertahap memangkas suku bunga acuan. Namun kita harus sabar dan tidak bereaksi berlebihan terhadap satu data saja,” papar Bowman dalam sambutan di acara yang digelar Kansas Bankers Association.(*)